Jonathan pergi ke sebuah restoran di bawah gedung apartemennya. Restoran itu indah dengan tata pencahayaan yang apik dan cantik, menyinari setiap meja, kursi, dan peralatan keramik yang halus serta gelas-gelas anggur yang berkilauan.
Pohon-pohon yang di susun rapi di atas pot tembaga besar berada di sepanjang jendela kaca sehingga orang dalam restoran bisa memandang ke arah kolam renang dan taman bunga di sekitarnya.
Sembari duduk di salah satu meja dekat jendela kaca itu, Jonathan memutuskan untuk memesan lobster pada seorang pelayan. Berpikir apa yang sedang Bella lakukan sekarang. Apakah dia sedang bersama seorang pria diakhir pekan ini? Orang yang dia sebut cinta dalam kontak handphone wanita itu.
Kenapa juga dia harus memikirkan Bella? Masih banyak wanita lain yang bisa dia kejar tetapi dia tetap tidak bisa mengindahkan bayangan Bella yang selalu berputar dalam otak.
Dia mulai memakan Lobster yang dibawa oleh pelayan. Dia menikmati makan malamnya kali ini yang lezat. Pencuci mulutnya pun terasa lembut di lidahnya. Ice cream tiga rasa yang di taburi oleh remahan roti rempah dan disiram dengan sirup anggur merah. Seperti kebanyakan pria, Jonathan suka yang manis, apapun itu termasuk wanita.
Jonathan menyendok lagi makanannya ke dalam mulut, lalu mendongak melihat ke sekitar. Dia melihat suara pandangan yang membuatnya terpaku. Pertanyaan yang tadi sempat bertengger dalam benaknya kini menemukan kepastiannya.
Jonathan menatap wanita paling cantik yang pernah dia lihat meskipun dia sering menemukan banyak wanita cantik sebelumnya.
Tubuhnya yang tinggi dan langsing dibalut gaun merah muda yang cerah. Rambutnya yang hitam gelap, lurus, dan lebat tergerai indah di bahunya. Wajahnya oval, kulitnya seperti bunga Magnolia di bawah sinar cahaya temaram lampu restoran. Wanita itu adalah Bella, wanita yang sedang menjadi incaran Jonathan sekarang.
Bella berjalan diantar ke sebuah meja yang ada di depan Jonathan. Di sana ada seorang pria berdiri menyambut kedatangan wanitanya. Pria itu nampak muda, tampan, dan memancarkan aura kekuasaan. Matanya yang gelap nampak berseri-seri dengan pandangan penuh kasih sayang. Pria itu memeluk tubuh Bella sejenak sebelum duduk di kursi panjang.
Jonathan mengumpat kesal.
Jadi ini pria misterius Bella yang membuat hati wanita itu terpikat? Lama Jonathan memandangi kebersamaan mereka. Hatinya menjadi panas seketika. Harus diakui dalam hal penampilan pria itu tidak kalah darinya. Bella pun terlihat tertawa lepas dan bahagia ketika bersamanya. Pemikiran jika Bella tidak mungkin akan tertarik padanya membuat Jonathan cemas. Hal itu, membuat anggur yang dia minum berasa asam seperti cuka. Selera makannya tiba-tiba hilang seketika.
Jonathan menghembuskan nafas kuat-kuat. Bagaimana dia bisa keluar dari tempat ini tanpa terlihat oleh Bella.
Dia merasa berada di situasinya yang buruk. Pemandangan itu seperti menyerang hati dan jiwanya. Dia tidak bisa berlapang dada begitu saja menerima kekalahan ini, meskipun Bella mungkin mencintai pria itu. Dia harus bisa merencanakan sesuatu secara matang untuk bisa memiliki Bella. Walau terdengar licik, tidak ada yang salah dalam memperebutkan cinta.
Tatapan Bella hanya tertuju pada pria itu sepanjang pembicaraan. Tidak sekalian pandangan wanita muda itu ke sekeliling seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Jonathan bisa mendengar tawa renyah Bella.
Ya Tuhan? Mengapa dia menjadi pria pengecut yang hanya bersembunyi di belakang pohon hias saja? Batin Jonathan kesal pada diri sendiri.
Tangan Bella menyentuh lengan jaket pria itu. Pria itu langsung menyambar dan menggenggamnya. Mereka nampak asik berdiskusi. Pria itu nampak sering menyentuh dan menggenggam kokoh tangan Bella.
Mendadak Jonatan merasa jijik pada tingkahnya sendiri yang seperti tukang intip kebahagiaan orang.
Dia lalu memanggil pelayan untuk membayar makanannya dan bertanya adakah jalan rahasia lain di restoran ini agar dia tidak perlu melalui sepasang muda mudi itu.
*
Jonathan lalu berjalan keluar restoran itu. Dia hendak kembali ke apartemennya tetapi mengingat hal tadi membuat moodnya turun secara drastis. Dia merasa patah hati dan frustasi, lalu memutuskan untuk pergi ke parkiran di bawah tanah.
Dia melajukan kendaraannya ke satu tempat yang bisa membuat hatinya menjadi tenang. Mampir di sebuah swalayan untuk membeli beberapa makanan dan minuman lalu kembali lagi ke tujuannya.
Satu jam kemudian dia telah sampai di depan sebuah pintu. Mengetuknya dengan lesu. Setelah menunggu selama satu menit dia mengambil handphonenya.
"Aku berada di depan pintu apartemenmu, sekarang!" seru Jonathan kesal. Tidak lama kemudian terdengar suara di balik pintu, pintu mulai dibuka.
"Ada apa lagi, si Bos, kau selalu mengganggu tidurku. Bukankah ini weekend, aku bebas tugas," ucap Lily menyandarkan kepala di dinding pintu. Wanita itu tanpa sungkan menguap di depan bosnya.
"Aku sedang gabut jadi aku kemari." Jonatan mendorong tubuh Lily lalu masuk ke dalam ruangan. Dia meletakkan barang belanjaan di atas meja.
"Buatkan aku segelas kopi," perintah Jonathan. Lily menggaruk kepalanya kesal. Bosnya ini suka memerintah setiap waktu dan saat tidak peduli pada waktu dan tempat.
"Aku cuci muka dulu," kata Lily masuk ke dalam kamarnya.
Beberapa saat kemudian mereka sudah duduk bersebelahan di karpet bersandar pada sofa menonton kompetisi bola di layar televisi.
"Kenapa kau datang ke sini Bos? Kau sedang tidak punya teman kencan?" tanya Lily sembari membuka kulit kacang lalu memakannya.
"Tidak ada yang bisa menggerakkan hatiku selain Bella," ucap Jonathan lemas.
"Kalau begitu mengapa tidak mengajaknya kencan saja? Bukankah kalian tetangga, itu mempermudah untuk mendekatinya kan?"
"Jika semudah itu," ucap Jonathan memerhatikan pemain bola kesayangannya Messi sedang menggiring bola. "Akh, sial. Kau lihat pemain nomer 21 itu, dia menendang kaki idolaku, itu namanya curang."
Lily memutar bola matanya malas. Jonathan tidak pernah serius soal hatinya. Seperti ini. Katanya Bella sudah mencuri hatinya tetapi ketika membicarakan wanita itu dia nampak tidak fokus.
"Aku melihatnya dengan seorang pria muda hari ini," cetus Jonathan membuat Lily terkejut memandang ke arahnya.
"Mungkin pria itu sahabat atau saudaranya. Setahuku, Bella tidak punya kekasih." Lily memang sempat menanyai Bella.
"Apa kau kira aku ini anak muda yang tidak punya pengalaman dalam bercinta sama sekali?" Nada bicara pria itu terdengar meninggi.
"Bukan begitu, hanya saja kita selidiki masalah ini terlebih dahulu. Mungkin kau sedang salah sangka," nasihat Lily. Jonathan mendengus.
"Jika dia memang kekasih Bella bagaimana?" tanya Jonathan.
"Kalau begitu cari lagi wanita lain seperti biasanya. Layu satu kuntum bunga, mekar seribu bunga lainnya, begitu kan motomu," ujar Lily.
"Tapi dia berbeda. Aku seperti tidak bisa berpaling padanya. Hatiku sudah terjerat dalam pesonanya begitu dalam pada pandangan pertama."
"Ya, sudah jangan jadi pria cengeng yang hanya bisa mengadu pada wanita lain soal percintaan. Maju dan katakan padanya jika kau mencintainya, jadilah pria gentleman. Seorang Cassanova punya seribu cara untuk mendapatkan pujaan hatinya, masa kau lupa akan hal itu," kata Lily.
Mendengar ucapan dari Lily membuat Jonathan bersemangat lagi. Dia lalu memeluk Lily dengan erat.
"Aku bahagia mempunyai kau dalam hidupku. Terimakasih banyak karena kau selalu bisa memecahkan masalahku dan membantuku setiap saat."
Tangan Lily terkepal erat, dia tidak kuasa untuk membalas pelukan Jonathan. Takut malah hal ini akan bisa membuat luka di hatinya semakin dalam. Dia mencintai pria itu tetapi Jonathan tidak pernah bisa melihatnya sebagai seorang wanita sejati. Jonathan hanya memandangnya sebagai sahabat saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
Ribet dasar boos somplak, kejar cewek tapi nyaman sama lily, bego dasar otak ngk jelas😡😡
2023-09-26
0
Winsulistyowati
Kasihan Lili say..Sabar Lili..Moga Bos Jo..Suatu saat Meyadari hal itu..
2023-01-13
0
Anggi Susanti
lily yg sabar ya siapa tau suatu saat nanti pk bos melirik km
2022-05-31
0