"Rapat seharusnya sudah dimulai tetapi aku harus menunggu seseorang yang sama sekali tidak menghargai waktu," gerutu Jonathan mengetuk pena di meja dalam suatu rapat yang ditunda karena ketua komisaris mereka belum juga datang.
Pikir Jonathan yang akan datang adalah pria tua, yang botak, bertubuh tambun. Tidak mungkin wanita seksi, cantik dan muda yang bisa menimbulkan gairah kerjanya berkali-kali lipat. Dia lalu memandang bosan pada jam yang melingkar di tangannya. Entah sudah berapa puluh kali dia menatap jam itu tetapi orang yang ditunggu belum juga menampakkan batang hidungnya.
"Lima menit lagi jika dia tidak datang maka aku akan meminta Pak Danu untuk mengganti orang kepercayaannya."
"Tapi Pak...?" Lily menatap ke arah pintu yang mulai terbuka.
"Kenapa? Seorang pimpinan harus tahu betapa pentingnya itu waktu. Satu hela nafas itu akan berarti jika kita melakukan sesuatu dengan benar. Jika dia tidak bisa menghargai waktu maka dia juga tidak bisa menghargai pekerjaannya! Padahal ada puluhan ribu karyawan yang bergantung pada kinerja kita di sini," ungkap Jonathan pada Lily. Dia melihat Lily meringis, tatapan matanya lurus ke arah pintu ruang rapat.
"Aku sedang berbicara padamu malah kau melihat hal lainnya," gerutu Jonathan kesal.
"Pak." Lily memberi isyarat pada Jonathan untuk melihat ke arah belakangnya.
"Ck, ada apa sih? Memang ada yang lebih penting selain aku bagimu!" Jonathan lalu menoleh ke belakang dan melihat senyuman terindah di depan matanya. Untuk sesaat dia terpana, tidak bisa mengatakan apa-apa.
"Eh, Bella. Kau datang kemari? Untuk apa? Pasti mencariku?" tanya Jonathan spontan sembari menyugar rambut samping ke belakang. Dia lupa jika masih ada di ruang rapat bersama dengan banyak orang. Lily lalu berjalan ke arah samping Bella dan menyambutnya.
"Selamat Pagi, Nona Bella, selamat datang di Perusahaan Wins Corporation. Perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan."
"Kenalkan semuanya. Dia adalah pengganti Pak Danuwijaya yang akan bertugas sebagai komisaris utama perusahaan ini."
Jonathan menutup mulutnya. Bagaimana bisa Tuhan dengan cepat mengabulkan permintaannya untuk menggantikan Pak Danu yang gemuk itu dengan wanita cantik yang tidak lain adalah putrinya sendiri. Dada Jonathan berdetak dengan cepat. Ini diluar dari ekspektasinya. Dia mendadak tersenyum sendiri sewaktu melihat dan mendengar bagaimana Bella memperkenalkan diri di depan semua orang. Dia juga menyampaikan visi dan misi yang membuat semua orang yang hadir bertepuk tangan tidak terkecuali dirinya.
"Bella, apa yang kau sampaikan tadi sangat luar biasa," puji Jonathan pada wanita itu ketika mereka makan siang bersama setelah rapat.
"Anda bisa saja, Pak Jo. Saya ini baru saja terjun ke dunia bisnis dan perlu banyak bimbingan dari senior seperti Pak Jo," ucap Bella merendah.
"Tetapi kau katakan jika kau sudah mulai terjun di dunia bisnis dari SMU?" tanya Jonathan lagi ingin mengenal lebih dekat.
"Ya, Ayah mulai mengajari kami sedari dini. Kami akan diberikan satu sektor usaha kecil. Jika kakakku di beri sebuah toko swalayan sewaktu SMU dan aku di beri sebuah cafe. Penghasilan dari cafe itu yang akan menjadi uang jajanku selama sekolah. Jika cafe itu bangkrut atau bangkrut maka otomatis aku tidak dapat uang jajan. Jadi sebisa mungkin kami harus bisa berusaha agar usaha kami menemui hasil yang memuaskan agar bisa berfoya-foya. Ha... ha...," ungkap Bella tertawa.
Jonathan dibuat terpana oleh tawa itu. "Hei, aku bercanda. Mana mungkin aku membuang uang dengan begitu mudah setelah aku tahu bagaimana sulitnya untuk mencari uang itu."
"Kalau begitu biar aku saja yang membiayai hidupmu, agar uangmu tidak usah kau gunakan."
Bella mengibaskan tangannya lalu memakan Lobster setan yang dia pesan tadi.
"Apa kau akan merayu semu gadis yang dekat denganmu?" tanya Bella.
"Kau benar," sela Lily yang dari tadi asik dengan gadgetnya dari pada makanan itu. Pekerjaannya lebih penting dari pada acara makan yang memakan waktu banyak karena Jonathan ingin membuat lama acara makan mereka.
Jonatan yang mendengar ucapan Lily langsung menendang tulang keringnya. Lily menoleh dan melihat sang bos sedang menatapnya tajam.
"Aww ...." pekik Lily.
"Kau kenapa?" tanya Bella khawatir.
"Sepertinya restoran ini tidak disemprot dengan obat pembunuh serangga. Sepertinya nyamuk sedang mengigit kakiku, terasa sakit sekali," kilah Lily seraya mengusap kakinya yang sakit.
"Nanti aku akan membuat protes pada petugas yang berjaga agar mengerjakan pekerjaannya dengan baik dan benar. Jika begitu pelanggan puas dan bosnya akan senang." Ada ancaman tersirat dari kata-kata Jonathan pada Lily.
"Benar sekali apa yang Anda katakan, Pak." Lily menelan ludahnya yang tercekat.
"Aku kira ini masalah kecil tidak perlu diperbesar dan membuat mood kita jadi berantakan."
"Bella, apakah kau ada acara akhir pekan besok?" tanya Jonathan. Belum sempat wanita itu menjawab tiba-tiba handphone milik Bella yang dia letakkan di atas meja berbunyi.
Jonathan bisa melihat nama yang tertera di panggilan itu. My Love. Kenapa hatinya merasa nyeri ketika membacanya?
Apakah Bella sudah punya orang spesial dihatinya? Jika iya, dia pasti akan merebutnya kecuali wanita itu sudah menikah. Pantang baginya untuk merebut istri dari suaminya. Pamali, suatu hari karma itu pasti akan berjalan dan dia tidak ingin jika dia mempunyai istri direbut oleh pria lain. Sebelum janur kuning melengkung, dia akan memperjuangkan nasib wanita di depannya ini.
Jatuh cinta membuatnya gila, pagi siang malam. Bayangan wanita itu selalu terlintas dalam pikirannya.
Bella mengambil handphonenya. Menjawab panggilan itu.
"Hallo."
"Ya, hmmm aku akan menginap di rumahmu nanti malam," jawab Bella. Lily melirik ke arah Jonathan. Melihat wajah pias pria itu. Nampaknya, bosnya ini lebih dari sekedar tertarik pada Bella. Mungkin? Atau hanya sebatas rasa penasaran saja.
"Tunggu saja di sana, aku pasti datang setelah pekerjaanku selesai," terang Bella pada suara dalam panggilan itu.
"Iya... aku juga merindukanmu," lanjut Bella. Jonathan nampak sudah tidak berselera dengan makanannya. Lily bisa menebak perasaan Jonathan yang kecewa.
"Baiklah. Tutup teleponnya dan istirahatlah." Bella terlihat tersenyum cerah.
"I love you too." Bella lalu menutup panggilan itu dan meletakkan handphonenya di meja lagi.
Di saat yang sama Jonathan meletakkan sendok itu di atas piring. Dia menatap ke arah Lily.
"Aku akan ke toilet," ujar pria itu memundurkan kursi ke belakang dan berjalan ke arah kamar mandi.
"Kalau boleh tahu, sekarang kau tinggal di mana," tanya Lily.
"Langham residence," jawab Bella.
"Lantai berapa?"
"Lantai 17."
"Unitmu ternyata terletak di lantai yang sama dengan Pak Boss jangan-jangan malah bersebelahan," tebak Lily.
"Kau dan aku tinggal di apartemen dan lantai yang sama?" sela Jonathan antusias setelah dari toilet. "Wow, mungkin kita berjodoh jadi Tuhan mempermudah semuanya."
Lily dan Bella saling memandang dan menghela nafas bersamaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
Jonathan kaya bekicot nempel sana sini ngk mikir tempat🤫🤫🤫
2023-09-26
0
Nila Nila
Jonathaaan...beuh kok kamu nemplok sana sini ya sama cewek...playboy cap Yupi....lembek sekali....😂😂😂😂
2022-05-31
1
My Isti
akhirnya up juga thor .
2022-05-20
0