"Kau kira aku barang," ujar Lily ketika dibilang sebagai paket lengkap.
"Bukan begitu, semua yang ada di dirimu itu sudah ada. Kau itu sempurna," puji Jonathan membuat Bella melirik ke arah pria itu.
"Kau membuatku melayang dengan jawabanmu, Bos," ujar Lily dengan nada tidak senang. "Jika aku sempurna mengapa kau tidak pernah melihat padaku."
"Apakah itu hanya sebatas pujian atau lainnya?" celetuk Alberth mewakili perasaan Bella.
"Aku sangat mengenal Lily, kami itu dekat seperti seorang sahabat atau saking dekatnya aku menganggap dia sebagai saudara. Maka dari itu, aku tidak pernah melihatnya sebagai seorang wanita karena aku takut jika aku melihatnya begitu hubungan kami akan berakhir di tengah jalan."
Jawaban Jonathan membuat semua orang terkejut tidak terkecuali Lily. Bella bahkan sampai menjatuhkan sendoknya.
"Kenapa tidak?" desak Alberth.
"Akan sangat lucu mencintai sahabat yang sudah dianggap sebagai saudara. Aku tidak bisa melakukannya," ucap Jonathan tersenyum.
Dia memang sangat menyayangi dan menghormati Lily di bawah ibunya. Dia tidak pernah tertarik menjalin hubungan percintaan dengan Lily karena takut jika hal itu malah akan merusak hubungan yang ada. Baginya cukup Lily menjadi sahabat karib tempatnya bisa mencurahkan perasaan tanpa ada sekat di dalamnya.
"Kalau begitu, aku boleh dong mendekati Lily," uji Alberth pada Jonathan.
"Silahkan, jika Lily mau. Dia juga tidak perna dekat dengan seorang pria manapun."
"Wow... kenapa? Padahal kau cantik," goda Alberth menatap Lily lekat.
"Karena semua waktuku di sita olehnya, bahkan dalam tidurku pun dia selalu membuatku bekerja. Aku bekerja dengannya bukan sampai jam kantor saja, tetapi dua puluh empat jam. Terkadang aku harus menemaninya belanja, kencan, pergi ke pesta sampai menonton bola. Lalu kapan aku punya teman kencan?" terang Lily.
Dia lalu menatap ke arah Jonathan dan bergantian ke arah Bella agar tidak ada pikiran buruk mengenai hubungannya dengan sang Bos.
"Aku meminta Bos lekas menikah agar tidak menggangguku terus menerus karena aku ingin juga mempunyai pendamping hidup. Kini dia telah menemukan kau sebagai tempat berlabuh cintanya. Tugasku sekarang bertambah ringan. Aku bisa tidur nyenyak karena Bos tidak mengganggu waktu istirahatku lagi dengan semua kegiatannya."
"Kalau begitu berkencanlah denganku," ajak Albert.
"Tidak bisa. Aku sudah punya calon suami." Pernyataan Lily membuat Jonathan terkejut. Dia menghentikan makannya memandang Lily sedangkan Bella bernafas lega. Ternyata ketakutannya yang mengatakan jika Lily menyukai Jonathan itu tidak terjadi. Dia takut jika Jonathan hanya tidak tahu perasaannya pada Lily atau memang dia yang terlalu perasa.
"Ya, Lily sudah menceritakan pada Ibu jika dia sudah punya calon suami dan akan menikah, bagitu kan Lily?'' imbuh Ibu Aliya.
"Kenapa kau tidak mengatakannya padaku! Ini tidak adil padahal aku selalu mengatakan apa yang ada dalam hatiku padamu," ujar Jonathan kesal menghentikan makannya. Moodnya seakan hilang dalam sekejap.
"Itu... aku takut jika kau... me... karena itu aku ingin Bos segera menikah. Agar ada yang mengurus Bos setelah aku resign." Lily merendahkan suaranya di akhir kalimat dan nyaris hampir tidak terdengar.
"Resign... ada apa lagi ini?" Nada bicara Jonathan semakin meninggi. Acara makan malam yang sedianya berlangsung dengan hati yang gembira malah terjadi ketegangan.
"Aku akan pulang kembali ke kampung untuk menikah dengan pria yang telah orang tuaku jodohkan." Lily mengatakannya dengan rasa takut dan tenggorokan yang tercekat. Dua individu ini saling menatap satu sama lain dengan ekspresi yang tidak dimengerti. Lily yang memutuskan kontrak dan melihat ke arah semua orang sambil tersenyum. Padahal saat ini dia ingin marah dan menangis.
"Walau dijodohkan tetapi sebelumnya kami adalah pasangan. Dia pacarku dulu hanya saja karena dia bekerja di Jepang kami sempat memutuskan putus dan kini setelah dia kembali dia ingin menikah denganku. Rupanya aku terlalu berharga untuk dilupakannya."
Bella tersenyum. "Kalau begitu selamat aku senang mendengarnya."
Sedangkan, Jonathan menggeser tempat duduknya ke belakang sehingga suara gesekan antara kayu dan lantai terdengar keras, lalu dia melangkah pergi dari ruangan itu dengan kesal.
Semua orang terdiam.
"Kita teruskan makannya. Mungkin Jonathan sedang butuh waktu untuk menenangkan perasaannya," ujar Ibu Aliya.
"Mereka berdua memang dekat jadi wajar jika Jonathan kecewa karena Lily menyembunyikan hal ini darinya." Pak Kusuma tiba-tiba berbicara. Pria itu sangat jarang mengatakan sesuatu kecuali hal yang sangat penting.
"Maaf, aku kira ini masalah pribadiku dan tidak ada sangkut paut dengan pekerjaan." Suara Lily terdengar bergetar.
"Kau benar, jika itu adalah urusan pribadimu tetapi hubungan kalian tidak hanya berkisar soal pekerjaan. Kalian selalu bersama selama ini jadi mungkin Jonathan merasa terkhianati karena kau tidak jujur padanya mengenai hal ini. Lagipula berhentinya kau dari pekerjaan membuat Jonathan tidak senang. Sangat sulit mendapatkan partner yang baik dalam menjalankan sebuah usaha. Kau telah membuktikan bahwa kau adalah partner terbaik yang Jonathan miliki maka kepergianmu adalah pukulan berat baginya," terang Aliya.
"Sebenarnya aku juga tidak ingin kau berhenti dari pekerjaanmu namun semua keputusan ada ditangan mu."
Lily memaksakan diri tersenyum seraya menganggukkan kepala. Acara makan malam berlangsung sunyi setelahnya. Lily lalu pergi ke kamar yang biasa dia gunakan jika berada di rumah ini. Sebelumnya, Ibu Aliya sudah menyiapkan beberapa baju untuk dia gunakan di rumah ini.
Sedangkan Aliya mengajak berbicara Bella di kamarnya.
"Bella, kau tenangkan Jonathan. Beri pengertian padanya. Dia anaknya sangat sensitif setelah kecelakaan."
"Kecelakaan?" tanya Bella terkejut.
"Oh, apakah Jonathan belum menceritakan tentang kecelakaan yang menimpanya?"
Bella menggelengkan kepalanya. Berapa banyak lagi hal yang tidak dia ketahui dari Jonathan selain hubungan spesialnya dengan Lily?
"Motornya yang dia kendarai menabrak sebuah truk dan dia sempat lumpuh selama setahun lebih. Dia menolak melakukan terapi untuk pemulihan karena pernah gagal. Setelah dia bertemu dengan Lily Jonathan mau melakukannya. Oleh karena itu, Ibu menganggap Lily sebagai putri walau tidak pernah ibu ungkapkan. Ibu berhutang budi padanya."
"Karena itu mereka dekat?" tanya Bella. Aliya mengangguk.
"Bukankah tadi Jonathan menerangkan jika Lily itu seperti sahabat dan layaknya saudara bagi dirinya. Dia menganggap Lily adalah orang penting bagi hidupnya. Dia menceritakan semua hal pada Lily tetapi tidak pada Ibu. Kadang jika Ibu ingin mengatakan sesuatu lebih enak mengatakannya pada Lily karena dia bisa menyampaikan hal itu dengan baik pada Jonathan. Lily tahu bagaimana mengatasi hati Jonathan dan selalu mengerti tentang Jonathan."
Bella tersenyum kaku. Mengapa hatinya tiba-tiba merasa takut akan satu hal?
"Kau jangan salah sangka. Mereka tidak pernah punya hubungan percintaan dan ibu bisa menjaminnya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
momnaz
salah satu novel terbaik yg pernah saya baca....lebih mengisahkan tentang perasaan bukan sekedar hallu tentang kemewahan....
2022-11-02
0
Leny Marlina
senang aqu tengok sijo kecewa🤗🤭
2022-06-03
0
Deti M. Filik
aku nunggu Lily resign.....Jonathan jd kehilangan tu....merana deh🤭
2022-06-03
0