Bab 19. Hati yang terluka

Bab 19. Hati yang terluka

.

.

.

...🌺🌺🌺...

Citra

Pertahanannya seketika runtuh kala melihat Ayah yang baru pulang dengan seorang wanita yang terlihat membawa paper bag.

Ayah baru pergi belanja? Tanpa aku?

Ia marah kepada Ayah. Ayah selalu tidak bisa seperti Ibu, Oma, Mbak Nining bahkan tidak seperti Bu Galuh.

Ayah selalu menjadi Ayah yang selalu sibuk dengan dunianya.

Bukan tanpa alasan, Citra memang benar-benar haus perhatian Raka. Sepeninggal ibunya, ia memang menjadi serakah dan ingin memonopoli kasih sayang Ayah. Tapi apakah itu salah?

Ia berharap, sedikit waktu yang Raka miliki dari kesibukannya bekerja itu, bisa Raka luangkan khusus untuk dirinya. Tapi kenyataannya? Ayah merupakan orang sibuk dan Oma bilang laki-laki memang akan sibuk.

Ia menangis dengan posisi tengkurap. Melebur emosinya dengan menangis. Entah mengapa ia tak mau menjawab apapun saat dia marah.

" Anak Ayah kenapa, hm?" Ia hanya diam saat merasakan tangan besar itu mengusap punggungnya yang mungil.

" Maafin Ayah ya? Tadi Ayah jenguk temen ayah dulu!"

Ia tak mau menjawab dan berjanji tak akan bicara. Citra kesal sekaligus kecewa. Kenapa Ayahnya tidak mau mengerti.

Merasa di abaikan, Raka diam seraya terus mengusap punggung anaknya. Ia menarik napas panjang guna menetralisir rasa pengap di dada demi melihat reaksi Citra yang merajuk.

Jelas ini suatu beban untuknya.

" Citra...!" Panggil Ayah lagi namun ia sama sekali tak mau menjawab.

Raka menghembuskan nafasnya pasrah. Anak itu persis ibunya. Jika sudah marah, lebih banyak diam dan tak mau berbicara.

.

.

Raka

Pintu itu terlihat mengayun setelan beberapa saat lamanya Raka berada di dalam. Menampilkan sosok Mama dan Kalyna yang rupanya berdiri diluar. Entah sejak kapan?

"Gimana Citra?" Tanya Mama cemas.

" Dia ketiduran. Kecapekan nangis!" Sahutnya dengan wajah lesu.

" Persis ibunya dulu. Kalau lagi marah sama kamu, nangis terus sampai hatinya lega terus ketiduran!"

Membuat kesemuanya terdiam.

" Lagian kamu ini, pergi enggak tanggung-tanggung kamu!"

" Itu anak di pikir Ka. Mau mama seharian disini, Nining juga, tapi tetep kamu yang berperan penting disana. Anak itu lagi butuh-butuhnya sosok orang tua!"

Mama mencecarnya dengan omelan. Dan ia terima akan hal itu. That's my bad!

" Dewi mana ma?" Tanya Raka sejurus kemudian penuh kecemasan. Mengabaikan ocehan mama yang memang benar adanya.

" Pulang. Tadi dia bilang suruh nyampaikan ke kamu kalau...!" Sahut Mama terdengar kurang suka.

" Aduh Raka enggak enak sama Dewi ma, CK!"

Raka mendecak frustasi. Ia takut jika Dewi tersinggung dengan kelakuan perilaku Citra yang secara kasar menolak mainan yang wanita itu belikan. Dan itu sukses membuat mama makin kesal.

" Ka! Anak kamu itu lebih penting. Kenapa kamu justru khawatir akan orang lain. Dewi aja ngerti kalau Citra itu marah sama kamu. Ini kamu malah ngawatirin yang enggak-enggak!"

" Anak kamu itu marah karena merasa waktu Ayahnya selalu habis untuk orang lain!" Tutur Mama terdengar marah.

Oh astaga!

" Mama bener mas. Mas Raka ini harus sadar kalau peran mas itu peran ganda. Mas inget itu!" Tutur Kalyna turut geram dengan kakaknya.

Raka tertegun dengan ucapan adiknya yang terdengar memukul telak kesadarannya itu. Dari mana bocah SMA itu mendapat kata-kata menohok seperti itu.

" Mama senang kamu mau dekat dengan orang lain. Tapi tetap libatkan Citra dalam apapun. Sebab tujuan kamu tak lain ialah Citra. Jangan pernah lupakan hal itu Ka!"

.

.

Dibawah temaram lampu balkon kamarnya, Raka menghisap rokok dalam-dalam. Ia tak bisa memejamkan matanya barang sejenak pun. Otaknya benar-benar penuh dengan berbagai hal yang membuat dirinya terjaga.

"Ayah jahat!"

Tentang Citra yang marah dan harus ia akui jika itu salahnya. Perasaan tak enak hati kepada Dewi atas sikap Citra yang tidak sopan, dan masih banyak lagi serentetan hak yang membuatnya pusing. Termasuk perkataan mama yang mengatakan jika ia harus melibatkan Citra untuk urusan apapun.

"Mama senang kamu mau dekat dengan orang lain. Tapi tetap libatkan Citra dalam apapun. Sebab tujuan kamu tak lain ialah Citra. Jangan pernah lupakan hal itu Ka!"

Dan itu benar adanya.

Ia sebenarnya mulai tertarik dengan Dewi, wanita itu menurutnya merupakan sosok yang hangat dan idealis. Terlebih, pemikirannya selalu membuat Raka takjub. Mungkin Citra masih perlu waktu sedikit lagi agar mau mengenal Dewi, begitu pikirnya.

Namun, di saat ia masih gencar memetakan segala pikiranya yang semrawut, sekelebat wajah seseorang melintas tanpa izin ke otaknya. Wajah lelap Galuh tadi siang lagi-lagi datang dan membuatnya tersentak.

"Sialan! Kenapa wajah wanita itu tidak mau hilang dari ingatanku sih!"

Raka seketika menggelengkan kepalanya agar bayangan wajah itu rontok dan gugur dari otaknya. Sungguh, Raka sama sekali tak mengerti dengan dirinya sendiri.

Kenapa wajah itu menyelinap masuk ke otaknya? Sial!

.

.

Galuh

Malam ini terasa dingin sekali. Ia melirik jam dan ternyata sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Kemana mas Adi pikirnya. Kenapa tempat tidur sebelahnya masih kosong.

Namun sejurus kemudian, pintu kamarnya terlihat mengayun, dengan gerakan cepat ia pura-pura memejamkan matanya.

Dari gerakan yang ia dengar, mas Adi terlihat mengganti bajunya dengan setelan pakaian tidur. Sejurus kemudian pria itu mematikan lampu di kamarnya.

Tubuhnya turut bergoyang saat mas Adi membaringkan tubuhnya tepat di sampingnya. Ia bisa merasakan jika mas Adi juga menarik selimut yang sama dengan yang ia gunakan.

Posisi Galuh yang memunggungi Adipati membuat pria itu tak mengetahui bila ia saat ini tengah menitikan air matanya.

Galuh menangis dalam diam.

Dari lampu yang berpijar redup itu, bisa ia simpulkan jika suaminya itu tengah menyalakan ponselnya. Siapa juga yang ia hubungi malam-malam begini? Dan apa yang barusaja pria itu lakukan diluar?

" Apa yang sebenarnya kamu inginkan dari pernikahan ini mas?"

Galuh menahan sesak di hatinya. Air mata itu mengalir dan merembes hingga ke bantalnya, bahkan tanpa suaminya ketahui.

Malam hangat yang ia dambakan, nyatanya hanya omong kosong belaka.

.

.

Pagi hari ia melihat ponsel Mas Adi yang tergeletak di atas kasur mereka. Suara gemericik air menandakan jika suaminya itu belum selesai dengan ritual mandinya.

Terselip rasa penasaran dan ingin tahu histori di ponsel suaminya. Tapi...untuk apa dia curiga? Toh selama ini mas Adi sikapnya memang begitu kan? Bahkan sejak awal mereka menikah.

Ia bahkan ingat, malam pertama mereka bahkan tidak terlalui seperti pengantin pada umumnya. Pria itu bahkan pertama kali menggaulinya saat mabuk di hari ketiga mereka menikah. Entah dari mana, mas Adi pulang-pulang sudah dalam keadaan sempoyongan.

Ia ingat betul saat itu, bahkan ia sempat tak percaya jika suaminya itu mencabut penyatuan mereka sesaat sebelum kelelakianya hendak memuntahkan isinya.

Detik itu juga, ia tahu jika Adipati benar-benar masih belum mau menerimanya. Dan dari sanalah pula, semua itu menjadi cikal bakal dirinya yang mengkonsumsi pil KB.

" Kamu enggak ke sekolah?" Ia tersentak dari lamunannya saat melihat mas Adi yang sudah berada di ambang pintu kamar mandinya.

" Hari ini terakhir mengajar privat. Jadi aku masih akan berangkat siang!" Sahutnya.

" Privat? Dimana? Sejak kapan?" Mas Adi nampak ingin tahu, tak seperti biasanya.

Galuh menatap punggung lebar suaminya yang kini hendak meraih ****** *****. Tentu saja dia tidak tahu apapun. Bahkan pria itu tidak tahu soal pekerjaannya hingga detik ini kan?

" Sudah seminggu ini!" Sahutnya yang kini membantu Adipati memakaikan kemejanya. Ia tak berani menatap Adipati dan hanya tekun melakukan tugasnya. Ia hanya mau menjalankan tugasnya dengan baik.

" Ibu besok datang...jadi...!"

Ia masih tekun mengancingkan satu persatu kancing kemeja suaminya. Menarik napasnya dalam dan bersiap untuk mendengar kalimat berikutnya.

" Aku harap kita tidak ribut lagi saat ada papa dan mama!"

Galuh menelan ludahnya. Apakah sedikitpun kau tidak memikirkan perasaanku mas?

" Tenang aja, bukankah ini bukan pertama kalinya aku harus berlakon?" Ucapnya masih tekun dengan pekerjaannya. Ia sama sekali tak menatap Adipati, namun kini sibuk beralih membuat simpul dasi untuk suaminya.

Ia bisa melihat jakun mas Adi yang naik turun, jelas menandakan jika pria itu pasti terpojokkan dengan ucapannya.

" Jangan pikirkan diriku. Tetapi pikirkan dirimu sendiri....!" Ia menarik simpul dasi itu dengan tajam, membuat tubuh Adipati turut berguncang.

Sejurus kemudian ia menatap tajam mata suaminya, " Sebab di mata orang tua, kita ini masih anak-anak untuk mereka. Sekecil apapun kebohongan yang kita lakukan, mereka bisa mengendus hal itu dari kejauhan!"

Galuh seketika melesat pergi usai mengatakan hal itu. Meninggalkan Adipati yang diam mematung karena jelas tengah terpukul oleh ucapannya.

.

.

.

Terpopuler

Comments

dementor

dementor

🐜🐜🐜🐜🐜🐜🐜🐜🦍🦍🦍🦍🦍

2023-05-20

0

ᰔᩚ 𝙼𝚊𝚖 𝚄𝚖𝚎𝚢𝚜 ♡ᰔᩚ

ᰔᩚ 𝙼𝚊𝚖 𝚄𝚖𝚎𝚢𝚜 ♡ᰔᩚ

semoga aja cpt ketahuan klo adipati nikah lgi,,

2022-06-18

1

NNPAPALE🦈🦈🦈🦈

NNPAPALE🦈🦈🦈🦈

kalo sampe ketauan si adi ini selingkuh, emak bapaknya bakala nyoret dia dari daftar ahli waris gak ya hahahahah

2022-06-03

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Ayah!
2 Bab 2. Sepenggal kisah
3 Bab 3. Losing Valuable Things
4 Bab 4. Manusia dengan segala warna hidupnya
5 Bab 5. Bersembunyi dari kejaran
6 Bab 6. Seperti pernah bertemu
7 Bab 7. Hari buruk untuk semua
8 Bab 8. Pria arogan
9 Bab 9. Sikap Manusiawi
10 Bab 10. Wanita Rapuh
11 Bab 11. Arti kehadiran keluarga
12 Bab 12. Merasa asing dalam rumah sendiri
13 Bab 13. Manusia dengan segala persoalannya
14 Bab 14. Mengetahui fakta
15 Bab 15. Tak sejalan
16 Bab 16. Menghujamku dengan luka
17 Bab 17. Tabir gelap
18 Bab 18. Kau menyakitiku Ayah!
19 Bab 19. Hati yang terluka
20 Bab 20. Menyentuh kalbuku
21 Bab 21. Bertemu lagi
22 Bab 22. Dualisme
23 Bab 23. Kemustahilan
24 Bab 24. Isi Kalbu
25 Bab 25. Persimpangan ambigu
26 Bab 26. Secuil luapan isi hati
27 Bab 27. Di batas keresahan
28 Bab 28. Tak sengaja
29 Bab 29. Getaran itu
30 Bab 30. Kalah telak
31 Bab 31. Insan yang ironis
32 Bab 32. Aku dan segala kesedihanku
33 Bab 33. Mengoyak paksa nurani
34 Bab 34. Petunjuk dari nirwana
35 Bab 35. Ujian seorang pria
36 Bab 36. Bertemu rival sebenarnya
37 Bab 37. Merasa terancam
38 Bab 38. Macam warna hidup manusia
39 Bab 39. Ucapan menohok
40 Bab 40. Menipu diri
41 Bab 41. Arti sebuah kecemburuan
42 Bab 42. Mulai mengendus
43 Bab 43. Secuil sedu sedan
44 Bab 44. Titik terendah dalam hidup
45 Bab 45. Menyingkap tabir gelap
46 Bab 46. Lentera kehidupan yang meredup
47 Bab 47. Mendung di hati
48 Bab 48. Aku dan perasaan ini
49 Bab 49. Fakta
50 Bab 50. Siasat
51 Bab 51. Akar pahit masa lalu
52 Bab 52. Sebuah peringatan
53 Bab 53. Puing kesedihan
54 Bab 54. Jurang yang dalam
55 Bab 55. Sebuah insiden
56 Bab 56. Kekhawatiran itu
57 Bab 57. Satu perhatian
58 Bab 58. Meniti takdir
59 Bab 59. Become a nanny?
60 Bab 60. Seraut wajah yang tak asing
61 Bab 61. Hari pertama
62 Bab 62. Rasa demi rasa
63 Bab 63. A Feud
64 Bab 64. Sebuah petaka
65 Bab 65. Di titik rendah kehidupan
66 Bab 66. Cikal bakal kejahatan
67 Bab 67. Angin sakal sebuah keluarga
68 Bab 68. Pelukan itu
69 Bab 69. Siapa dia sebenarnya?
70 Bab 70. Perasaan yang berubah
71 Bab 71. Menyelamatkan Citra part1
72 Bab 72. Menyelamatkan Citra part2
73 Bab 73. Menyelamatkan Citra part3
74 Bab 74. Dendam hanya membuatmu berteman dengan kerugian
75 Bab 75. Sebuah Cinta yang datang terlambat
76 Bab 76. Akhir dari Kepanikan
77 Bab 77. Rasaku rasamu
78 Bab 78. Puncak rasa legowo
79 Bab 79. Insan dalam amuk asmara
80 Bab 80. Hawa panas
81 Bab 81. Selaksa peristiwa
82 Bab 82. Akulah pelindungmu
83 Bab 83. Resmi milikku
84 Bab 84. Love you
85 Bab 85. Di Lounge
86 Bab 86. Bertemu mantan rival
87 Bab 87. Tirta membangkit sukma
88 Bab 88. Rasa titipan
89 Bab 89. Nyonya Raka
90 Bab 90. Ratu di hidupku
91 Bab 91. Selapis kebersamaan
92 Bab 92. Kebenaran tetap harus di kabarkan
93 Bab 93. Di kesunyian hati Jodhi
94 Bab 94. Two-line fighter
95 Bab 95. Riuh kebahagiaan
96 Bab 96. Wanita berwajah kuyu
97 Bab 97. Penggalan kisah pilu
98 Bab 98. Pertolongan dari wanita dekil
99 Bab 99. Berkalang tanah
100 Bab 100. Danuja Pradipta
101 Bab 101. Kejang
102 Bab 102. Wajah yang meresahkan
103 Bab 103. Sometimes love doesn't need a reason
104 Bab 104. Is that you? My star?
105 Bab 105. Anak haram
106 Bab 106. Dia?
107 Bab 107. Menemukanmu
108 Bab 108. Naluri anak
109 Bab 109. Sesal menggelayut
110 Bab 110. Api kecemburuan
111 Bab 111. Di titik emosional
112 Bab 112. Pria dan sebuah logika
113 Bab 113. Pencabut hatiku
114 Bab 114 . Long time no see
115 Bab 115. Ungkapan hati
116 Bab 116. Sebuah dukungan
117 Bab 117. Anakku
118 Bab 118. Keresahan seorang Ibu
119 Bab 119. Perjuangan Jodhi
120 Bab 120. Sebuah penegasan
121 Bab 121. Tantrum
122 Bab 122. Di sudut malam
123 Bab 123. Kala anak menjadi alasan
124 Bab 124. Inspeksi mendadak
125 Bab 125. Pingsan
126 Bab 126. Belatung nangka!
127 Bab 127. Kamu cemburu?
128 Bab 128. Membuat sebuah kesepakatan
129 Bab 129. Mempertimbangkan
130 Bab 130. Keadaan selalu punya kenyataan
131 Bab 131. Ayah Danuja
132 Bab 132. Potret nyata sebuah kehidupan
133 Bab 133. Secuil titik terang
134 Bab 134. Akhir dari penantian
135 Bab 135. Travel plans to the west
136 Bab 136. Kebijaksanaan para orang tua
137 Bab 137. Danuja's Grandma
138 Bab 138. Anak Ayah!
139 Bab 139. Bertiga bersama kalian
140 Bab 140. See you again
141 Bab 141. Kota J, aku kembali
142 Bab 142. Terimakasih sudah mau menerimaku
143 Bab 143. Aku sayang padamu
144 Bab 144. Rahasia semesta
145 Bab 145. Karma
146 Bab 146. Jelang pernikahan
147 Bab 147. Saya terima nikah dan kawinnya...
148 Bab 148. Perusuh
149 Bab 149. Resah di tengah sukacita
150 Bab 150. Sisipan kisah
151 Bab 151. Arti sebuah kesabaran
152 Bab 152. Oh God!
153 Bab 153. Dibatas logika
154 Bab 154. Akhir kisah bahagia ( The End)
155 Bab 155. From Author with love
156 Bab 156. Present New creation
Episodes

Updated 156 Episodes

1
Bab 1. Ayah!
2
Bab 2. Sepenggal kisah
3
Bab 3. Losing Valuable Things
4
Bab 4. Manusia dengan segala warna hidupnya
5
Bab 5. Bersembunyi dari kejaran
6
Bab 6. Seperti pernah bertemu
7
Bab 7. Hari buruk untuk semua
8
Bab 8. Pria arogan
9
Bab 9. Sikap Manusiawi
10
Bab 10. Wanita Rapuh
11
Bab 11. Arti kehadiran keluarga
12
Bab 12. Merasa asing dalam rumah sendiri
13
Bab 13. Manusia dengan segala persoalannya
14
Bab 14. Mengetahui fakta
15
Bab 15. Tak sejalan
16
Bab 16. Menghujamku dengan luka
17
Bab 17. Tabir gelap
18
Bab 18. Kau menyakitiku Ayah!
19
Bab 19. Hati yang terluka
20
Bab 20. Menyentuh kalbuku
21
Bab 21. Bertemu lagi
22
Bab 22. Dualisme
23
Bab 23. Kemustahilan
24
Bab 24. Isi Kalbu
25
Bab 25. Persimpangan ambigu
26
Bab 26. Secuil luapan isi hati
27
Bab 27. Di batas keresahan
28
Bab 28. Tak sengaja
29
Bab 29. Getaran itu
30
Bab 30. Kalah telak
31
Bab 31. Insan yang ironis
32
Bab 32. Aku dan segala kesedihanku
33
Bab 33. Mengoyak paksa nurani
34
Bab 34. Petunjuk dari nirwana
35
Bab 35. Ujian seorang pria
36
Bab 36. Bertemu rival sebenarnya
37
Bab 37. Merasa terancam
38
Bab 38. Macam warna hidup manusia
39
Bab 39. Ucapan menohok
40
Bab 40. Menipu diri
41
Bab 41. Arti sebuah kecemburuan
42
Bab 42. Mulai mengendus
43
Bab 43. Secuil sedu sedan
44
Bab 44. Titik terendah dalam hidup
45
Bab 45. Menyingkap tabir gelap
46
Bab 46. Lentera kehidupan yang meredup
47
Bab 47. Mendung di hati
48
Bab 48. Aku dan perasaan ini
49
Bab 49. Fakta
50
Bab 50. Siasat
51
Bab 51. Akar pahit masa lalu
52
Bab 52. Sebuah peringatan
53
Bab 53. Puing kesedihan
54
Bab 54. Jurang yang dalam
55
Bab 55. Sebuah insiden
56
Bab 56. Kekhawatiran itu
57
Bab 57. Satu perhatian
58
Bab 58. Meniti takdir
59
Bab 59. Become a nanny?
60
Bab 60. Seraut wajah yang tak asing
61
Bab 61. Hari pertama
62
Bab 62. Rasa demi rasa
63
Bab 63. A Feud
64
Bab 64. Sebuah petaka
65
Bab 65. Di titik rendah kehidupan
66
Bab 66. Cikal bakal kejahatan
67
Bab 67. Angin sakal sebuah keluarga
68
Bab 68. Pelukan itu
69
Bab 69. Siapa dia sebenarnya?
70
Bab 70. Perasaan yang berubah
71
Bab 71. Menyelamatkan Citra part1
72
Bab 72. Menyelamatkan Citra part2
73
Bab 73. Menyelamatkan Citra part3
74
Bab 74. Dendam hanya membuatmu berteman dengan kerugian
75
Bab 75. Sebuah Cinta yang datang terlambat
76
Bab 76. Akhir dari Kepanikan
77
Bab 77. Rasaku rasamu
78
Bab 78. Puncak rasa legowo
79
Bab 79. Insan dalam amuk asmara
80
Bab 80. Hawa panas
81
Bab 81. Selaksa peristiwa
82
Bab 82. Akulah pelindungmu
83
Bab 83. Resmi milikku
84
Bab 84. Love you
85
Bab 85. Di Lounge
86
Bab 86. Bertemu mantan rival
87
Bab 87. Tirta membangkit sukma
88
Bab 88. Rasa titipan
89
Bab 89. Nyonya Raka
90
Bab 90. Ratu di hidupku
91
Bab 91. Selapis kebersamaan
92
Bab 92. Kebenaran tetap harus di kabarkan
93
Bab 93. Di kesunyian hati Jodhi
94
Bab 94. Two-line fighter
95
Bab 95. Riuh kebahagiaan
96
Bab 96. Wanita berwajah kuyu
97
Bab 97. Penggalan kisah pilu
98
Bab 98. Pertolongan dari wanita dekil
99
Bab 99. Berkalang tanah
100
Bab 100. Danuja Pradipta
101
Bab 101. Kejang
102
Bab 102. Wajah yang meresahkan
103
Bab 103. Sometimes love doesn't need a reason
104
Bab 104. Is that you? My star?
105
Bab 105. Anak haram
106
Bab 106. Dia?
107
Bab 107. Menemukanmu
108
Bab 108. Naluri anak
109
Bab 109. Sesal menggelayut
110
Bab 110. Api kecemburuan
111
Bab 111. Di titik emosional
112
Bab 112. Pria dan sebuah logika
113
Bab 113. Pencabut hatiku
114
Bab 114 . Long time no see
115
Bab 115. Ungkapan hati
116
Bab 116. Sebuah dukungan
117
Bab 117. Anakku
118
Bab 118. Keresahan seorang Ibu
119
Bab 119. Perjuangan Jodhi
120
Bab 120. Sebuah penegasan
121
Bab 121. Tantrum
122
Bab 122. Di sudut malam
123
Bab 123. Kala anak menjadi alasan
124
Bab 124. Inspeksi mendadak
125
Bab 125. Pingsan
126
Bab 126. Belatung nangka!
127
Bab 127. Kamu cemburu?
128
Bab 128. Membuat sebuah kesepakatan
129
Bab 129. Mempertimbangkan
130
Bab 130. Keadaan selalu punya kenyataan
131
Bab 131. Ayah Danuja
132
Bab 132. Potret nyata sebuah kehidupan
133
Bab 133. Secuil titik terang
134
Bab 134. Akhir dari penantian
135
Bab 135. Travel plans to the west
136
Bab 136. Kebijaksanaan para orang tua
137
Bab 137. Danuja's Grandma
138
Bab 138. Anak Ayah!
139
Bab 139. Bertiga bersama kalian
140
Bab 140. See you again
141
Bab 141. Kota J, aku kembali
142
Bab 142. Terimakasih sudah mau menerimaku
143
Bab 143. Aku sayang padamu
144
Bab 144. Rahasia semesta
145
Bab 145. Karma
146
Bab 146. Jelang pernikahan
147
Bab 147. Saya terima nikah dan kawinnya...
148
Bab 148. Perusuh
149
Bab 149. Resah di tengah sukacita
150
Bab 150. Sisipan kisah
151
Bab 151. Arti sebuah kesabaran
152
Bab 152. Oh God!
153
Bab 153. Dibatas logika
154
Bab 154. Akhir kisah bahagia ( The End)
155
Bab 155. From Author with love
156
Bab 156. Present New creation

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!