Menjadi Ibu Untuk Anakmu
Bab 1. Ayah!
.
.
.
...🌺🌺🌺...
Perumahan Taman Gading
***
Raka
Sepasang sepatu mengkilap yang membungkus kaki jenjang seorang pria tengah terlihat menapaki lantai marmer bersih nan licin. Kaki milik seorang pria yang berwajah letih dan lesu.
Ia berjalan menuju kedalam rumahnya yang besar malam itu. Rutinitas sama yang telah ia lakoni selama ini.
" Citra lagi apa mbak?" Ia bertanya kepada Mbak Nining, pengasuh Citra yang kedapatan tengah turun untuk mengambil air.
" Non Citra demam, Den. Itu Ibuk lagi ada di sini sama Mbak Kalyna!" Tutur wanita itu dengan wajah muram dan takut.
" Demam? Sejak kapan?" Sahutnya dengan nada bicara penuh kekhawatiran.
Raka tentu saja begitu terkejut. Baru tadi pagi ia menelpon putrinya itu dan mengutarakan jika ia akan pulang terlambat malam ini dan terdengar baik- baik saja.
" Siang tadi Den, tadi berantem sama temannya, terus jatuh!" Ucap Mbak Nining penuh sesal. Wajahnya muram karena dirundung ketakutan.
Mata Raka membulat, ia hendak memarahi penjaga anaknya itu. Namun sebuah suara, membuat niatnya urung.
" Dari mana aja jam segini kamu baru pulang Ka?" Andhira terlihat menapaki anak tangga rumah Raka dengan wajah ingin marah. Berjalan mendekati anaknya yang terlihat lelah.
" Mama!" Raka meninggalkan Nining dan segera menuju ke tempat Andhira dengan wajah suram. Jelas mamanya itu telah salah duga.
" Raka lembur hari ini, banyak banget masalah di kantor!" Wajah Raka menyiratkan lelah dan letih.
" Kamu ini apa enggak ada staff di kantor? Kok lembur terus. Perasaan dulu papa kamu gak begini-begini amat Lo!" Wajah Dhira besengut karena memprotes anaknya. Wanita itu tak bisa mentolerir jika menyangkut cucunya.
" Kamu harusnya bisa fokus ke Citra dong Ka!"
"Minimal tahu kalau anak kamu itu di sekolah lagi gak beres!"
" Kamu ada Niko yang bisa kamu bantu buat handle semuanya kan?" Dhira menatap putranya penuh sesal.
" Coba kamu buka hati kamu Ka. Banyak kok ibu sambung yang baik, yang bisa jadi temen buat Citra kalau kamu sibuk begini. Mau sampai kapan?"
Dhira sangat kasihan sekali dengan cucunya yang saat ini terlihat murung. Bocah TK Nol kecil itu kerap marah jika teman-temannya jahil dan menanyakan keberadaan sang mama. Bullying.
" Raka capek ma, gak usah bahas itu dulu!"
" Raka mau nengok Citra dulu!" Pria dengan kumis tipis itu melenggang pergi saat mamanya lagi-lagi membahas hal itu. Ia tak ingin mendebat sang mama. Meski ia tahu, tujuan mamanya pasti merupakan sebuah kebaikan.
Dhira membuang napasnya dengan wajah muram. Merasa kasihan sekali dengan hidup putranya yang harus menjadi duda di usianya yang masih muda.
Raka melempar jasnya ke kamarnya, melonggarkan dasi serta melepaskan sepatunya. Ia menggulung kemejanya lalu mencuci tangan dan wajahnya barang sejenak.
Menatap diri di dalam cermin. Ia terlihat lelah sekali. Luar dalam. Lahir batin.
" Visya?" Lirihnya dalam hati yang sebenarnya ingin menjerit. Memanggil nama almarhumah istrinya yang telah melesat ke nirwana.
Sejurus kemudian Raka membuka pintu kamar anaknya, terlihat adiknya Kalyna tengah membacakan cerita dongeng pada putrinya yang berbaring pucat diatas ranjang.
" Ayah!" Seorang gadis kecil berusia lima tahun dengan dua mata jernih kini terlihat menyambut kedatangan Raka.
" Hey! Lagi apa? Wah di temani onty ya?" Raka berucap seraya menutup pintu kamar putrinya itu.
" Onty jago banget kalau baca Yah!" Gadis kecil itu kini terlihat membetulkan posisi baringnya.
" Emm anak Ayah udah wangi banget!" Raka menciumi pipi dan rambut Citra. Penuh kasih. Penuh cinta.
" Citra susah banget makan mas. Dari tadi nanyain ayahnya terus. Makanya aku bacain ini dulu sambil nunggu mas Raka datang. Nih coba, ini baru diantar mbak Nining. Mau makan nunggu mas Raka katanya!"
Kalyna mengangsurkan semangkuk bubur yang memang masih hangat kepada Raka dengan wajah muram. Berharap Citra mau membuka mulutnya jika sang Ayah yang menyuapi.
" Kamu kapan datang?" Jawab Raka sembari mengaduk bubur anaknya.
" Tadi sore, mama di kabarin Mbak Nining. Mau telpon mas takut katanya. Jangan galak-galak sama pembantu mas!" Kalyna kini membantu Citra untuk berselanjar.
" Gitu mama nyalahin aku tadi!" Mendecak dalam hati. Sepertinya mamanya itu lebih sayang ke cucunya. Mengingat jika terjadi sesuatu kepada Citra, mamanya itu langsung sigap menuju TKP. Seperti saat ini misalnya.
Raka tak menyahut, ia lebih memilih fokus kepada Citra meski jiwa dan raganya tengah letih sekali.
" Anak Ayah makan dulu yah! Nanti sambil cerita, kenapa kok princess nya ayah tiba-tiba demam!" Raka mengusap lembut rambut hitam Citra.
Bocah itu tersenyum dan mengangguk.
" Onty disini aja ya. Nemenin Citra, Citra takut ayah marah nanti!" Bocah bersuara lembut itu menarik lengan putih milik Kalyna.
Membuat Raka saling melirik dengan adiknya yang beda papa itu.
" Oke princess, nanti kalau Ayah marah, biar onty cubit deh!" Tukas Kalyna sembari terkekeh. Jelas ia tahu isi pikiran kakaknya itu.
Citra tersenyum meski dengan wajah pucat. Onty nya yang cerewet itu benar-benar tak pernah kehabisan kata-kata pamungkas.
" Aaaa!" Raka menyuapkan satu sendok bubur sembari turut membuka mulutnya.
" Aemmm!" Ucap Kalyna saat keponakannya itu melahap suapan dari Raka. Membuat Citra meringis.
" Anak pinter! Harus habis, biar besok sehat, terus kita bisa renang deh!" Tukas Kalyna senang seraya mengusap lembut rambut hitam berkilau milik keponakannya.
Raka tersenyum senang. Pasalnya, adiknya yang cerewet itu selalu bisa membuat suasana ceria. Terlebih, Citra kerap menangis seorang diri kala banyak yang menanyakan keberadaan ibunya .
Hati Raka sebenarnya menjerit. Tapi jalan hidup memang seperti sebuah buku. Cerita selanjutnya tidak akan pernah kita ketahui, jika kita tidak membukanya.
...🌺🌺🌺...
The Paradise Pub
***
Jodhistira
Sementara itu di waktu yang sama, namun berada di belahan bumi yang lain, seorang pria tengah tersenyum sembari meremas foto wanita.
Jodhistira. Pria kini menjadi cassanova yang tengah menyimpan dendam kepada seorang wanita yang ia kenal sejak dulu.
Lintang.
Singkat cerita Jodhi diam-diam menyukai Lintang sejak SMP. Pertemuannya saat di lapangan Voli beberapa tahun silam saat ia menunggui Raka, menjadi titik mula tumbuhnya rasa cinta monyet.
" Gue gak suka sama elo Jo. Sory! Tapi gue sukanya sama Raka!"
" Maaf Jo, tapi aku gak pernah suka dengan pria nakal dan bandel seperti kamu!" Ucapnya di lain hari sewaktu Jodhi mengutarakan kalimat mendayu pernyataan cintanya.
Well, Raka memang pribadi sempurna yang kerap di incar para gadis-gadis karena sikapnya yang tenang dan cerdas. Tak seperti dirinya yang bandel, berandal dan suka berkelahi.
Ia kehilangan jejak Lintang setelah lulus sekolah SMA. Menurut kabar angin, gadis itu pindah ke kota lain bersama keluarganya. Entah kemana.
Tahun-tahun telah berlalu,
Sampai suatu hari, ia yang telah lulus dari universitas di luar negeri dan mulai mengurusi pekerjaan bersama Papa Bastian, tanpa sengaja ia bertemu Lintang di sebuah cafe plus-plus.
Dan hari itu adalah hari ini.
Tapi, yang membuatnya cukup terkejut ialah, mengapa Lintang berpakaian sangat minim dan sibuk melayani tamu.
" Kau dulu menolak ku dengan alasan aku bandel dan nakal. Sekarang lihatlah dirimu? Bahkan kau seperti sedang melacurkan diri Lin!"
Jodhi Tersenyum sumbang sembari terus menata wanita yang kini sibuk menemani pria tua berjas hitam.
Malam itu, ia bersama Papa Bastian kebetulan tengah menemui calon investor untuk pelebaran Dapur Isun yang kini sudah memiliki banyak sekali cabang di seluruh kota di penjuru tanah air.
Relasi Papa Bastian kebetulan meminta mereka untuk bertemu di cafe plus-plus kelas kakap itu.
" Pa, aku ke toilet sebentar!" Ucap Jodhi sembari berdiri. Bastian membalas dengan anggukan. Hal lumrah yang terjadi saat kita berada di luar.
" Hey! Apa wanita itu bekerja disini sudah lama?" Jodhi bertanya kepada salah satu pegawai yang sepertinya merupakan sebuah cleaning servis disana.
" Yang mana Tuan?" Pria itu menyapukan pandangannya ke arah dimana mata Jodhi menatap.
" Yang pakai baju hitam, rambut sebahu!"
" Oh, itu...baru setahun Tuan, ada yang bisa saya bantu?"
" Apa dia open BO?" Tanya Jodhi. Sungguh tak bisa berbasa-basi.
" Bisa jadi!" Ucap pria itu yang entah mengapa membuat Jodhi merasa marah.
" Kau dulu menolak ku dengan alasan aku seorang pria nakal . Dan sekarang kau menjual dirimu seperti ini?" Jodhi tersenyum licik.
" Bisa kau memesankan dia untukku!" Jodhi saling menatap dengan pria pekerja itu. Menyiratkan hal jika Jodhi akan membayar berapapun uang yang pria itu harapkan.
.
.
Meja 07
" Baik Tuan, sekali lagi terimakasih. Anda bisa menghubungi Putra saya Jodhi untuk info selanjutnya!" Bastian menjabat tangan rekan bisnisnya itu. Namun Jodhi malah celingak-celinguk mencari seseorang.
" Pssttt! Jo!" Bastian menyenggol lengan putranya karena tamu di depannya sudah mengatungkan tangannya ke arah Jodhi.
" Oh...maaf maaf. Terimakasih banyak Tuan!" Sambut Jodhi dengan gelagapan. Haishh, anak itu!
Bastian menggelengkan kepalanya.
Usai rekan bisnisnya pergi, Bastian ingin mengajak anaknya pulang. Tentu saja ia tak ingin jika Rania ngomel nanti.
" Ayo Jo, mamamu udah ngamuk-ngamuk nih. Minta di bawain kwetiaw. Mana papa ngantuk banget lagi!" Tukas Bastian yang memang terlihat lelah.
" Papa duluan aja ya, Jodhi mau ketemu sama temen. Bilang aja sama mama kalau Jodhi ada urusan!"
Bastian menggelengkan kepalanya sembari tersenyum penuh arti. Oh jelas ia juga pernah muda.
" Teman apa teman?" Goda Bastian mengerlingkan matanya kepada Jodhi.
" CK, beneran? Udah papa pulang dulu. Nanti mama ngamuk baru tau rasa!" Jodhi terkekeh. Memperingati Bastian akan resiko yang bisa di dapat jika ia meninggalkan Rania terlalu lama.
" Anak sama mamanya sama aja. Sama-sama tukang ancam!" Dengus Bastian yang membuat Jodhi terkekeh.
" Ya udah, papa pulang ya. Cari istri yang bener Jo. Masa kalah sama Raka !" Papa Bastian menepuk bahunya.
Sejenak Jodhi tertegun. Dari dulu ia memang selangkah di belakang kakaknya itu. Tapi ia tak pernah mempermasalahkan. Ia tahu diri akan hal itu. Raka merupakan sosok kakak yang ideal.
" Dari dulu Raka memang selalu menang Pa!"
Lirihnya dalam hati yang merasa menjadi pengecut karena masih saja cemburu kepada Raka, bahkan meski tahu jika Raka tengah berada dalam titik nadir hidupnya saat ini.
.
.
.
.
To be continued...
.
.
.
Note:
Di beberapa part awal, author memang sengaja ngasih spill konflik Jodhi dan Lintang ya readers. Thanks for read 😘
Ingat, baca kisah mereka saat kecil dulu, agar lebih nyambung 🤟
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
dementor
lanjut up terus mama eng.. semangat.. 💪💪💪💪💪💪
2023-05-19
0
Nazka Aditya
duh raka ko jadi pemarah gini....padahal waktu kecil dulu jadi anak yg manis dan pengertian banget lho....😁
2023-01-08
1
Nazka Aditya
langsung sejauh ini ceritanya....Raka...kangeeennn
2023-01-08
1