Bab 14. Mengetahui fakta

Bab 14. Mengetahui fakta

.

.

.

...🌺🌺🌺...

Galuh

Ia sengaja berangkat agak siang hari itu guna menghindari ayah dari Citra. Pria itu benar-benar membuatnya ketakutan. Tapi mau bagaimana lagi, ia senang dengan pekerjaan ini. Lagipula, memiliki pekerjaan itu juga bisa membuat rasa sedihnya teralihkan.

Wanita itu terlihat menarik napasnya guna menetralisir rasa gugup. Ia akan melakukan pendekatan secara personal kepada Citra. Bocah itu agaknya perlu memerlukan sedikit healing untuk pemilihan mentalnya.

Ia menekan bel yang berada di samping gawang pintu besar dan tinggi rumah Citra. Berdiri sambil merapihkan rambutnya yang ia kuncir satu bagai ekor kuda.

"Sebentar!"

Suara sahutan dari dalam membuatnya lega sekaligus tenang. Betul kata satpam di depan tadi. Menekan bel akan mendapatkan respon yang lebih cekatan dari pada jika ia mengetuk pintu.

CEKLEK

Seorang wanita paruh baya terlihat menjengukkan kepalanya sambil mengangguk sopan saat menatapnya.

" Gurunya Non Citra?" Tanya wanita itu menebak sembari terlihat mengingat-ingat.

Iya mengangguk sopan " Iya Mbak benar!"

" Oh mari- mari, non Citra baru aja selesai mandi, itu kebetulan sudah menunggu di dalam, mari Bu...!" Tukas wanita itu ramah dengan wajah sumringah.

Ia mengekor di belakang tubuh wanita itu. Citra sudah menunggunya. Itu berarti ia akan aman. Ayahnya pasti sudah pergi.

"Selamat Pa...!"

Namun rasa tentramnya rupanya hanya bersifat fana. Dalam sekejap saja, ia merasa tubuhnya kembali menegang demi melihat pria yang kini menatapnya datar.

Oh tidak. Ia pikir pria itu sudah entah ke kantornya. Astaga.

" Bu guru..!" Ucap Citra yang membuatnya tersentak dari lamunan dan rasa takutnya.

Ia tersenyum mencoba menetralisir rasa gugup bercampur takut demi melihat ketidakramahan Raka kepadanya.

" Selamat pagi Pak!" Ia berusaha menyapa seraya menganggukkan kepalanya penuh sopan pada dua pria di depannya.

Pria tinggi dengan lesung pipi itu tersenyum membalas sapaannya, namun tidak dengan yang satu itu. Pria dengan kumis tipis itu bangkit berdiri dan terlihat hendak menuju ke dalam.

" Mbak Las, antar gurunya Citra ke tempatnya. Jo kita pindah ke belakang!" Pria itu malah berbicara kepada pembantunya yang berasa di dekat Galuh.

Lihatlah, pria itu bahkan sama sekali tak menggubris kehadirannya. Benar-benar!

.

.

Raka

Entah mengapa ia masih merasa kesal dengan guru baru itu. Sama sekali tak setuju sebenarnya jika guru itu yang harus mengajar anaknya dirumahnya.

Guru yang tidak profesional sekali pikirnya.

Selain masih terlihat muda, ia mengira jika wanita itu pasti belum memiliki pengalaman soal pendekatan dengan anak-anak. Ia juga mendecak kesal demi mengingat ia yang sempat bertabrakan dengan wanita itu kemarin.

Menunjukkan jika wanita itu benar-benar minim persiapan.

" Itu tadi gurunya Citra?" Tanya Jodhi yang kini mendudukkan tubuhnya ke sofa yang berada di halaman belakang rumahnya. Menampilkan view kolam renang yang menyejukkan mata.

" Hmmmm!" Gumamnya malas membahas wanita itu.

" Cantik!" Puji Jodhi sembari menggulir ponselnya.

Raka mendengus " Cantik tapi enggak berkompeten gak ada gunanya juga!" Ketus Raka.

Membuat Jodhi menatapnya. What's your problem?

" Lagipula, siapa sih yang enggak kamu bilang cantik Jo!" Raka tersenyum mengejek.

" Kambing di dandanin aja juga elu bilang cantik!"

Ya itu benar, sebagai womanizer nomer wahid, talentanya dalam merayu wanita dengan gombalan mautnya sudah tidak perlu di ragukan lagi. Jodhi juga memang dengan mudahnya mengatakan jika para ladies itu cantik.

Raka tidak tahu, sikap Jodhi yang seperti itu merupakan manifestasi dari rasa kecewanya akan Lintang yang sedari dulu lebih memilih Raka ketimbang dirinya.

Jodhi terkekeh " Ini nih, bedanya aku sama kamu!"

Raka mengernyit, apa maksud dari ucapan adiknya itu.

" Hidup itu sekali man! Kalau kita masih bisa bersenang-senang, ngapain bersusah-susah?"

" Hidup itu dinikmati dan dirayakan!"

" Nih ya...kamu itu ganteng, mapan, idaman para wanita, sugar daddy lah pokoknya. Tapi...."

Raka terdiam saat Jodhi hendak membisikkan sesuatu kepadanya.

" Tapi kamu itu kelas pria yang gagal move on sama kaku banget!"

" Hahaha!" Jodhi tergelak demi melihat reaksi kusut Raka usai ia cibir. Benar-benar mulut combe.

" Sialan!" Raka menjitak kepala adiknya dengan keras. Kesal demi mendapatkan predikat pria gagal move on yang tak ia suka.

" Aduh!" Jodhi mengaduh lantaran memang sakit.

Kini mereka sama-sama terdiam. Hening dan tertegun selama beberapa detik demi menyadari persoalan hidup masing-masing.

Ya, mereka sebenarnya sama galaunya.

Namun ,sejurus kemudian mereka berdua tertawa bersama demi menyadari wajah bodoh satu sama lain saat keduanya saling menatap. Tertawa demi melupakan segala kerumitan hidup yang mendera mereka.

" Besok kalau Citra dah sehat Ki ke Patrick star yuk. Udah lama banget enggak kesana!"

" Pak duda harus sering-sering nongkrong biar cepet laku!" Jodhi terkekeh menggoda kakak sepupunya itu.

Dan hal itu sukses membuat Raka tertawa. Bahkan, sejenak mereka merasa seperti kembali ke masa sekolah mereka waktu dulu. Dimana persolan tersulit mereka, hanya sebatas PR matematika dan Fisika.

" Jangan benci- benci amat ke orang lain Ka. Karena, rasa benci itu bisa jadi merupakan awal dari rasa cinta!" Ucapnya itu ia maksudkan kepada Raka yang bersikap tak ramah kepada Galuh.

Jodhi berucap dengan tatapan menerawang demi mengingat dirinya yang awalnya juga sakit hati dan benci akan penolakan Lintang. Bahkan pria bertato itu sempat meragukan diri Lintang. Keburu memvonis jika Lintang merupakan wanita yang lacur dan kotor.

Dan kini, kesemua hal itu justru mendatangkan sesal yang tiada bertepi di hati Jodhi.

Raka terdiam tak menyahut. Bahkan hingga sekarang, ia masih tak bisa begitu saja melupakan Visya mendiang istri. Raka tentu memiliki sifat yang berbeda dengan Jodhi.

Jika Jodhi liar, womanizer bahkan Playboy, tapi tidak dengan Raka yang lurus dan taat pada aturan hidup yang belum pernah sekalipun melenceng.

"Pak, itu ada tamu yang nyari Bapak!" Ucap Mbak Las yang tiba-tiba datang membawa berita. Menginterupsi obrolan intens mereka berdua.

" Tamu? Siapa?" Raka seketika membenarkan posisi duduknya demi bertanya kepada pembantunya itu. Seingat dia, dia tak memiliki janji dengan siapapun hari itu.

Lagipula, urusan kantor sudah ia serahkan kepada Niko hari ini. Ia sengaja tak masuk ke kantor karena ingin menunggui Citra. Lalu siapa?

" Raka..!" Sapa seorang wanita yang rupanya menyusulnya ke belakang.

" Dewi?"

.

.

Dewi

Ia merupakan wanita karir yang menjadi pemilik perusahaan properti di kota itu. Mengenal Raka saat ia mengenyam pendidikan yang sama di sebuah universitas yang sama dengan Raka.

Hanya saja, mereka berbeda fakultas.

Ia belum lama ini baru saja menyelesaikan proyeknya dari kota ke kota. Wanita dengan kulit coklat eksotis itu berniat menjenguk Citra saat ia tahu jika anak Raka itu tengah sakit.

Ia membuntuti pembantu Raka hingga ke belakang. Ingin tahu bagiamana Raka saat ini setelah sekian lama tidak bertemu.

" Raka!" Sapanya saat sudah berada di tempat dimana Raka berada.

" Dewi?" Raka seketika beranjak dari duduknya dan menuju ke tempat temannya itu berdiri. Membuat Jodhi memicingkan matanya.

" Seperti pernah lihat, tapi dimana?" Batin Jodhi menatap wanita cantik dengan baju yang menggugah gelora pria itu.

" Kamu makin cantik aja Wi. Astaga, aku kira kamu udah enggak ingat sama aku!" Ucap Raka sumringahnya usai menyapa temannya itu.

" Ah kamu bisa aja Ka. Kamu juga masih ganteng, enggak berubah sama sekali. Makin cakep malah. Aku mana mungkin aku lupa sama kamu!" Dewi menatap Raka penuh arti.

Mereka berdua tertawa kecil usai melontarkan pujian satu sama lain.

" Ah iya.., ini adikku Jodhi. Jo, kenalkan ini Dewi temanku semasa kuliah dulu!" Raka memperkenalkan wanita itu kepada Jodhi.

" Dewi!"

" Jodhi!"

Mereka berdua saling berjabat tangan. Dewi menatap Jodhi lekat seperti menyiratkan sesuatu. Membuat Jodhi menatap wanita itu penuh maksud.

" Ah ayo, kita ke depan. Kita ngobrol disana saja. Mbak Las tolong siapkan minum untuk kita ya...!"

.

.

Galuh

" Kita sekarang kenalan dulu ya? Kemaren kan belum sempat kenalan." Ia tersenyum ramah saat mereka sudah duduk diatas karpet lembut yang sudah di siapkan Sulastri atas perintah Andhira.

" Saya Bu Galuh. Kalau murid Ibu ini..namanya siapa?" Galuh sengaja tak ingin langsung memulai pelajaran terlebih dahulu. Ia ingin mengetahui dan mengenal Citra secara pribadi terlebih dahulu agar ia bisa melakukan pendekatan dan pendampingan secara psikis.

" Citra Renjani Chandrakanta" Bocah dengan mata jernih itu menjawab sembari tersenyum. Membuat pipi gembulnya makin terkembang.

" Namanya cantik banget!" Galuh memuji bocah itu tulus. Mengusap rambut berkilau Citra yang pagi jelang siang itu beraroma stroberi.

Citra mengangguk " Ibu yang kasih nama!"

Entah mengapa wajah Galuh seketika berubah menjadi sendu saat Citra mengucapkan kata Ibu. Ia takut jika Citra akan kembali murung.

" Bu guru mau minta maaf sebab...!"

" Alfian yang nakal Bu. Citra enggak suka sama Alfian!"

" Ibu percaya kan sama Citra?"

Bocah itu menundukkan kepalanya. Wajahnya kini benar-benar murung. Takut jika ia di salahkan lagi seperti hari yang sudah-sudah

Membuat Galuh berpikir, jelas ada yang tidak ia ketahui sebelum ia bergabung di TK Pertiwi.

" Hey...!" Galuh menangkup wajah sedih Citra dan menatapnya dengan kasih.

" Sekarang kan ada Ibuk yang jadi temannya Citra. Ibuk bakal ngajarin Citra sambil bermain nanti, gimana?"

" Kalau Citra sedih, ibuk juga sedih!" Ia mencoba mendekati dan ingin mengetahui tipikal Citra itu seperti apa.

" Bu Guru mau jadi teman Citra?" Tanya Citra penuh harap. Mata jernihnya terlihat berbinar.

Ia mengangguk " Tentu!" Sahutnya tersenyum.

" Bu guru enggak bilang aku gila kan? kalau aku aku sering berbicara sendiri sama gambar ibuku yang sudah ke surga?"

DEG

Galuh mendadak tertegun demi mendengar pengakuan bocah lima tahun itu.

" Soalnya Bu guru yang lama sering bilang gitu ke Citra!" Ucap Citra polos.

Dan kenyataan pahit itu membuat dada Galuh bak di hujam benda tajam dalam waktu bersamaan. Bagaimana bisa seorang tenaga pendidik mengatai muridnya seperti itu.

Kini sedikit banyak ia tahu alasan posisi tenaga pengajar disana berkurang satu. Citra memang memiliki permasalahan khusus dengan psikisnya.

Bocah itu seiring melamun, dan berbicara sendiri di kelas. Dan yang paling parah, Citra bisa tantrum saat ia sudah berada pada titik kekesalannya jika di ganggu.

.

.

.

.

To be continued...

.

.

.

Keterangan :

Tantrum adalah ledakan emosi, biasanya dikaitkan dengan anak-anak atau orang-orang dalam kesulitan emosional, yang biasanya ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit, berteriak, menjerit-jerit, pembangkangan, mengomel marah, resistensi terhadap upaya untuk menenangkan dan, dalam beberapa kasus, kekerasan

Sumber : Wikipedia

Terpopuler

Comments

dementor

dementor

jodhi.. jomblo ditinggal mati.. lagu wali band... aku jodhi.. buy one get one free.. ☕☕☕

2023-05-20

0

Su Santi

Su Santi

😅😅😅😅😅😅😅

2023-03-06

0

Viaryani Hamid

Viaryani Hamid

dewi jgn" anknya mantan abimanyu,,,,jgn" dy mau deketin raka mau bls dendam sm abimanyu lagi,,,,,jodhi aja kya phm sma mukanya

2022-09-08

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Ayah!
2 Bab 2. Sepenggal kisah
3 Bab 3. Losing Valuable Things
4 Bab 4. Manusia dengan segala warna hidupnya
5 Bab 5. Bersembunyi dari kejaran
6 Bab 6. Seperti pernah bertemu
7 Bab 7. Hari buruk untuk semua
8 Bab 8. Pria arogan
9 Bab 9. Sikap Manusiawi
10 Bab 10. Wanita Rapuh
11 Bab 11. Arti kehadiran keluarga
12 Bab 12. Merasa asing dalam rumah sendiri
13 Bab 13. Manusia dengan segala persoalannya
14 Bab 14. Mengetahui fakta
15 Bab 15. Tak sejalan
16 Bab 16. Menghujamku dengan luka
17 Bab 17. Tabir gelap
18 Bab 18. Kau menyakitiku Ayah!
19 Bab 19. Hati yang terluka
20 Bab 20. Menyentuh kalbuku
21 Bab 21. Bertemu lagi
22 Bab 22. Dualisme
23 Bab 23. Kemustahilan
24 Bab 24. Isi Kalbu
25 Bab 25. Persimpangan ambigu
26 Bab 26. Secuil luapan isi hati
27 Bab 27. Di batas keresahan
28 Bab 28. Tak sengaja
29 Bab 29. Getaran itu
30 Bab 30. Kalah telak
31 Bab 31. Insan yang ironis
32 Bab 32. Aku dan segala kesedihanku
33 Bab 33. Mengoyak paksa nurani
34 Bab 34. Petunjuk dari nirwana
35 Bab 35. Ujian seorang pria
36 Bab 36. Bertemu rival sebenarnya
37 Bab 37. Merasa terancam
38 Bab 38. Macam warna hidup manusia
39 Bab 39. Ucapan menohok
40 Bab 40. Menipu diri
41 Bab 41. Arti sebuah kecemburuan
42 Bab 42. Mulai mengendus
43 Bab 43. Secuil sedu sedan
44 Bab 44. Titik terendah dalam hidup
45 Bab 45. Menyingkap tabir gelap
46 Bab 46. Lentera kehidupan yang meredup
47 Bab 47. Mendung di hati
48 Bab 48. Aku dan perasaan ini
49 Bab 49. Fakta
50 Bab 50. Siasat
51 Bab 51. Akar pahit masa lalu
52 Bab 52. Sebuah peringatan
53 Bab 53. Puing kesedihan
54 Bab 54. Jurang yang dalam
55 Bab 55. Sebuah insiden
56 Bab 56. Kekhawatiran itu
57 Bab 57. Satu perhatian
58 Bab 58. Meniti takdir
59 Bab 59. Become a nanny?
60 Bab 60. Seraut wajah yang tak asing
61 Bab 61. Hari pertama
62 Bab 62. Rasa demi rasa
63 Bab 63. A Feud
64 Bab 64. Sebuah petaka
65 Bab 65. Di titik rendah kehidupan
66 Bab 66. Cikal bakal kejahatan
67 Bab 67. Angin sakal sebuah keluarga
68 Bab 68. Pelukan itu
69 Bab 69. Siapa dia sebenarnya?
70 Bab 70. Perasaan yang berubah
71 Bab 71. Menyelamatkan Citra part1
72 Bab 72. Menyelamatkan Citra part2
73 Bab 73. Menyelamatkan Citra part3
74 Bab 74. Dendam hanya membuatmu berteman dengan kerugian
75 Bab 75. Sebuah Cinta yang datang terlambat
76 Bab 76. Akhir dari Kepanikan
77 Bab 77. Rasaku rasamu
78 Bab 78. Puncak rasa legowo
79 Bab 79. Insan dalam amuk asmara
80 Bab 80. Hawa panas
81 Bab 81. Selaksa peristiwa
82 Bab 82. Akulah pelindungmu
83 Bab 83. Resmi milikku
84 Bab 84. Love you
85 Bab 85. Di Lounge
86 Bab 86. Bertemu mantan rival
87 Bab 87. Tirta membangkit sukma
88 Bab 88. Rasa titipan
89 Bab 89. Nyonya Raka
90 Bab 90. Ratu di hidupku
91 Bab 91. Selapis kebersamaan
92 Bab 92. Kebenaran tetap harus di kabarkan
93 Bab 93. Di kesunyian hati Jodhi
94 Bab 94. Two-line fighter
95 Bab 95. Riuh kebahagiaan
96 Bab 96. Wanita berwajah kuyu
97 Bab 97. Penggalan kisah pilu
98 Bab 98. Pertolongan dari wanita dekil
99 Bab 99. Berkalang tanah
100 Bab 100. Danuja Pradipta
101 Bab 101. Kejang
102 Bab 102. Wajah yang meresahkan
103 Bab 103. Sometimes love doesn't need a reason
104 Bab 104. Is that you? My star?
105 Bab 105. Anak haram
106 Bab 106. Dia?
107 Bab 107. Menemukanmu
108 Bab 108. Naluri anak
109 Bab 109. Sesal menggelayut
110 Bab 110. Api kecemburuan
111 Bab 111. Di titik emosional
112 Bab 112. Pria dan sebuah logika
113 Bab 113. Pencabut hatiku
114 Bab 114 . Long time no see
115 Bab 115. Ungkapan hati
116 Bab 116. Sebuah dukungan
117 Bab 117. Anakku
118 Bab 118. Keresahan seorang Ibu
119 Bab 119. Perjuangan Jodhi
120 Bab 120. Sebuah penegasan
121 Bab 121. Tantrum
122 Bab 122. Di sudut malam
123 Bab 123. Kala anak menjadi alasan
124 Bab 124. Inspeksi mendadak
125 Bab 125. Pingsan
126 Bab 126. Belatung nangka!
127 Bab 127. Kamu cemburu?
128 Bab 128. Membuat sebuah kesepakatan
129 Bab 129. Mempertimbangkan
130 Bab 130. Keadaan selalu punya kenyataan
131 Bab 131. Ayah Danuja
132 Bab 132. Potret nyata sebuah kehidupan
133 Bab 133. Secuil titik terang
134 Bab 134. Akhir dari penantian
135 Bab 135. Travel plans to the west
136 Bab 136. Kebijaksanaan para orang tua
137 Bab 137. Danuja's Grandma
138 Bab 138. Anak Ayah!
139 Bab 139. Bertiga bersama kalian
140 Bab 140. See you again
141 Bab 141. Kota J, aku kembali
142 Bab 142. Terimakasih sudah mau menerimaku
143 Bab 143. Aku sayang padamu
144 Bab 144. Rahasia semesta
145 Bab 145. Karma
146 Bab 146. Jelang pernikahan
147 Bab 147. Saya terima nikah dan kawinnya...
148 Bab 148. Perusuh
149 Bab 149. Resah di tengah sukacita
150 Bab 150. Sisipan kisah
151 Bab 151. Arti sebuah kesabaran
152 Bab 152. Oh God!
153 Bab 153. Dibatas logika
154 Bab 154. Akhir kisah bahagia ( The End)
155 Bab 155. From Author with love
156 Bab 156. Present New creation
Episodes

Updated 156 Episodes

1
Bab 1. Ayah!
2
Bab 2. Sepenggal kisah
3
Bab 3. Losing Valuable Things
4
Bab 4. Manusia dengan segala warna hidupnya
5
Bab 5. Bersembunyi dari kejaran
6
Bab 6. Seperti pernah bertemu
7
Bab 7. Hari buruk untuk semua
8
Bab 8. Pria arogan
9
Bab 9. Sikap Manusiawi
10
Bab 10. Wanita Rapuh
11
Bab 11. Arti kehadiran keluarga
12
Bab 12. Merasa asing dalam rumah sendiri
13
Bab 13. Manusia dengan segala persoalannya
14
Bab 14. Mengetahui fakta
15
Bab 15. Tak sejalan
16
Bab 16. Menghujamku dengan luka
17
Bab 17. Tabir gelap
18
Bab 18. Kau menyakitiku Ayah!
19
Bab 19. Hati yang terluka
20
Bab 20. Menyentuh kalbuku
21
Bab 21. Bertemu lagi
22
Bab 22. Dualisme
23
Bab 23. Kemustahilan
24
Bab 24. Isi Kalbu
25
Bab 25. Persimpangan ambigu
26
Bab 26. Secuil luapan isi hati
27
Bab 27. Di batas keresahan
28
Bab 28. Tak sengaja
29
Bab 29. Getaran itu
30
Bab 30. Kalah telak
31
Bab 31. Insan yang ironis
32
Bab 32. Aku dan segala kesedihanku
33
Bab 33. Mengoyak paksa nurani
34
Bab 34. Petunjuk dari nirwana
35
Bab 35. Ujian seorang pria
36
Bab 36. Bertemu rival sebenarnya
37
Bab 37. Merasa terancam
38
Bab 38. Macam warna hidup manusia
39
Bab 39. Ucapan menohok
40
Bab 40. Menipu diri
41
Bab 41. Arti sebuah kecemburuan
42
Bab 42. Mulai mengendus
43
Bab 43. Secuil sedu sedan
44
Bab 44. Titik terendah dalam hidup
45
Bab 45. Menyingkap tabir gelap
46
Bab 46. Lentera kehidupan yang meredup
47
Bab 47. Mendung di hati
48
Bab 48. Aku dan perasaan ini
49
Bab 49. Fakta
50
Bab 50. Siasat
51
Bab 51. Akar pahit masa lalu
52
Bab 52. Sebuah peringatan
53
Bab 53. Puing kesedihan
54
Bab 54. Jurang yang dalam
55
Bab 55. Sebuah insiden
56
Bab 56. Kekhawatiran itu
57
Bab 57. Satu perhatian
58
Bab 58. Meniti takdir
59
Bab 59. Become a nanny?
60
Bab 60. Seraut wajah yang tak asing
61
Bab 61. Hari pertama
62
Bab 62. Rasa demi rasa
63
Bab 63. A Feud
64
Bab 64. Sebuah petaka
65
Bab 65. Di titik rendah kehidupan
66
Bab 66. Cikal bakal kejahatan
67
Bab 67. Angin sakal sebuah keluarga
68
Bab 68. Pelukan itu
69
Bab 69. Siapa dia sebenarnya?
70
Bab 70. Perasaan yang berubah
71
Bab 71. Menyelamatkan Citra part1
72
Bab 72. Menyelamatkan Citra part2
73
Bab 73. Menyelamatkan Citra part3
74
Bab 74. Dendam hanya membuatmu berteman dengan kerugian
75
Bab 75. Sebuah Cinta yang datang terlambat
76
Bab 76. Akhir dari Kepanikan
77
Bab 77. Rasaku rasamu
78
Bab 78. Puncak rasa legowo
79
Bab 79. Insan dalam amuk asmara
80
Bab 80. Hawa panas
81
Bab 81. Selaksa peristiwa
82
Bab 82. Akulah pelindungmu
83
Bab 83. Resmi milikku
84
Bab 84. Love you
85
Bab 85. Di Lounge
86
Bab 86. Bertemu mantan rival
87
Bab 87. Tirta membangkit sukma
88
Bab 88. Rasa titipan
89
Bab 89. Nyonya Raka
90
Bab 90. Ratu di hidupku
91
Bab 91. Selapis kebersamaan
92
Bab 92. Kebenaran tetap harus di kabarkan
93
Bab 93. Di kesunyian hati Jodhi
94
Bab 94. Two-line fighter
95
Bab 95. Riuh kebahagiaan
96
Bab 96. Wanita berwajah kuyu
97
Bab 97. Penggalan kisah pilu
98
Bab 98. Pertolongan dari wanita dekil
99
Bab 99. Berkalang tanah
100
Bab 100. Danuja Pradipta
101
Bab 101. Kejang
102
Bab 102. Wajah yang meresahkan
103
Bab 103. Sometimes love doesn't need a reason
104
Bab 104. Is that you? My star?
105
Bab 105. Anak haram
106
Bab 106. Dia?
107
Bab 107. Menemukanmu
108
Bab 108. Naluri anak
109
Bab 109. Sesal menggelayut
110
Bab 110. Api kecemburuan
111
Bab 111. Di titik emosional
112
Bab 112. Pria dan sebuah logika
113
Bab 113. Pencabut hatiku
114
Bab 114 . Long time no see
115
Bab 115. Ungkapan hati
116
Bab 116. Sebuah dukungan
117
Bab 117. Anakku
118
Bab 118. Keresahan seorang Ibu
119
Bab 119. Perjuangan Jodhi
120
Bab 120. Sebuah penegasan
121
Bab 121. Tantrum
122
Bab 122. Di sudut malam
123
Bab 123. Kala anak menjadi alasan
124
Bab 124. Inspeksi mendadak
125
Bab 125. Pingsan
126
Bab 126. Belatung nangka!
127
Bab 127. Kamu cemburu?
128
Bab 128. Membuat sebuah kesepakatan
129
Bab 129. Mempertimbangkan
130
Bab 130. Keadaan selalu punya kenyataan
131
Bab 131. Ayah Danuja
132
Bab 132. Potret nyata sebuah kehidupan
133
Bab 133. Secuil titik terang
134
Bab 134. Akhir dari penantian
135
Bab 135. Travel plans to the west
136
Bab 136. Kebijaksanaan para orang tua
137
Bab 137. Danuja's Grandma
138
Bab 138. Anak Ayah!
139
Bab 139. Bertiga bersama kalian
140
Bab 140. See you again
141
Bab 141. Kota J, aku kembali
142
Bab 142. Terimakasih sudah mau menerimaku
143
Bab 143. Aku sayang padamu
144
Bab 144. Rahasia semesta
145
Bab 145. Karma
146
Bab 146. Jelang pernikahan
147
Bab 147. Saya terima nikah dan kawinnya...
148
Bab 148. Perusuh
149
Bab 149. Resah di tengah sukacita
150
Bab 150. Sisipan kisah
151
Bab 151. Arti sebuah kesabaran
152
Bab 152. Oh God!
153
Bab 153. Dibatas logika
154
Bab 154. Akhir kisah bahagia ( The End)
155
Bab 155. From Author with love
156
Bab 156. Present New creation

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!