Bab 12. Merasa asing dalam rumah sendiri

Bab 12. Merasa asing dalam rumah sendiri

.

.

.

...🌺🌺🌺...

Jodhistira

Pria dengan tinggi mencapai 184 sentimeter itu kini bertelanjang dada dengan duduk menghadap ke dinding kaca transparan lebar, yang menghadap ke hamparan perkotaan yang malam itu kelap-kelip bagai Lintang Kemukus.

Nama yang sama yang menjadi sebab musababnya ia menjadi galau.

Pria Single dan sebuah apartemen jelas bukan hal aneh. Apalagi bagi pria pebisnis macam Jodhistira. Ya... meski sikapnya masih sama bengalnya sewaktu dia menjadi remaja.

Uniknya, sebuah unit apartemen mewah itu ia miliki tanpa sepengetahuan keluarganya. Entahlah, pria itu kerap membawa para ladies pemuas berahi-nya, kesana . Akan sangat tidak aman jika hal itu di ketahui Mamanya. Yeah!

Pria muda dengan gelora yang menyala-nyala itu jelas tak mungkin tak menikmati dunia dan seisinya.

Pada waktu yang tak bertepi, ia kini menenggak minuman dengan kadar alkohol sedang seorang diri. Nuraninya terkoyak habis-habisan, ia kehilangan jejak Lintang.

" Dia sudah tidak bekerja disini!"

" Meskipun kau membunuhku, kau tidak akan mendapatkan apa-apa. Sebab aku memang tidak tahu Melati ada dimana!"

Ucapan Zaky kemarin telak memukul hatinya. Menciptakan jarak angannya yang semakin samar.

" Kemana kau pergi?" Gumamnya dengan sorot mata sendu.

Jodhi larut dalam keresahan yang membuatnya jatuh dalam palung kegetiran paling dalam dan menyiksa hidupnya.

Ia sudah berkali-kali meniduri para wanita demi kepuasan hasratnya. Tapi rasa yang tercipta saat bersama Lintang, terlebih ia yang mengetahui jika dialah pria pertama yang memasuki wanita itu, membuatnya semakin ingin memiliki Lintang seutuhnya.

Gelisah kian menghujam pikirannya. Kemana dia harus mencari?

Jodhi terlihat menyalakan ponselnya yang sedari kemaren ia matikan. Ia tahu, Papa dan Mamanya pasti akan mencari dirinya.

Jika sewaktu remaja ia haus akan perhatian, namun setelah menjadi dewasa justru ini menjadi hal yang menyebalkan.

" Kamu dimana Jo?" Papa Bastian merupakan orang pertama yang mengirimkan pesan kepadanya.

" Jangan bilang kamu minum-minum lagi Jo! Cepat kembali, Citra baru terkena musibah dan tadi di larikan ke rumah sakit. Paman macam apa kamu ini?"

Jodhi langsung membenarkan posisi duduknya saat netranya membaca pesan dari Mamanya saat itu juga. Terlihat serius demi mengetahui jika keponakannya itu tidak dalam kondisi yang baik-baik saja.

Ya, semua orang mencintai dan menyayangi Citra. Terlebih dirinya.

" Citra masuk rumah sakit?" Dengan cepat ia bangkit meski kepalanya sudah mulai nyut-nyutan.

Pria dengan hidung bangir itu terlihat menuju toilet dan membasuh wajahnya dengan gerakan cepat. Ia menatap pantulan wajahnya di cermin.

Masih terganggu dengan nama wanita yang tak mau sirna dari otak dan hatinya.

" Tidakkah kau mengenaliku setelah sekian lama Lin? Apa hanya wajah Raka yang selalu tak asing di hatimu?" Gumamnya lirih.

Hatinya benar-benar sesak demi mengetahui kenyataan jika Lintang sudah tidak bekerja di cafe Ozon.

.

.

Jatayu, Rafa dan Gita dan juga Kalyna memiliki usia yang hampir sama. Mereka kini menemani Citra bersama Bu Kartika di dalam kamar. Membuat beberapa manusia dewasa itu senang. Pasalnya hal itu bisa menghibur Citra.

" Manggil guru privat saja Ka, kok aku ngerasa ini kejadian bukan kali pertamanya deh!" Seru Rania saat mereka bertujuh duduk di sofa lebar dan panjang di rumah keluarga rumah Raka.

Tengah duduk sambil melakukan sidang kelas ringan.

" Sudah Ran, tadi mbak Dhira bilang kalau besok ada guru yang datang kemari!" Sahut Anggi.

Raka hanya diam, sama sekali tak menyahuti obrolan para orang tua itu. Ia masih sibuk menenggelamkan diri ke layar ponselnya. Membuka sebuah pesan dan menekuninya dengan wajah serius.

" Kalau aku enggak ngeyel, mana dia mau!" Sindir Dhira kepada putranya demi mengingat kejadian tadi pagi.

Namun Raka masih bergeming. Pria itu seperti sedang memutar sesuatu.

" Ma!" Abimanyu memperingati Dhira untuk tidak memulai hal yang sudah melandai. Pria itu sangat perhatian dengan kondisi emosional istrinya.

" Jadi gimana dengan anak yang mendorong Citra Ka? Apa perlu kamu datangi orang tuanya?" Kini Indra mengajukan pertanyaan kepada putranya. Merasa cucunya masih belum aman.

Membuat Bastian mengangguk. Itu pertanyaan bagus pikirnya.

Raka terlihat meletakkan ponselnya saat ia merasa para tetua itu tengah mengajaknya untuk bicara.

" No need!" Ucap Raka yang membuat kesemuanya heran.

" Barusan aku di kirimi CCTV sewaktu di kelas. Citra ngelempar pulpen ke temannya duluan!"

Membuat kesemuanya makin terperanjat.

" Meski karena awalnya Citra di bully!" Raka tersenyum kecut. Tak mengira jika putrinya berbeban mental demi menahan hati yang tak terima, atas kepergian Ibunya.

Kini ia menunduk lesu. Mental anaknya rupanya di tempa habis-habisan dan ia baru mengetahui.

Kini, para orang tua wanita itu saling memandang. Mereka sangat mengasihani anak-nya yang saat ini jelas dirundung kesusahan.

" Papa setuju kalau untuk sementara Citra di ajar secara privat dulu sampai dia ready!" Sahut Abimanyu di tengah-tengah kesunyian.

" Hemm, aku juga setuju. Atau jika tidak, Citra kamu pindahkan saja ke sekolah lain!" Imbuh Indra yang juga turut memikirkan nasib cucunya.

Membuat Raka menghembuskan nafasnya. Sesulit inikah menjadi orang tua?

" Kami semua ada untuk kamu Ka. Selain itu, pertimbangkan saran mamamu untuk membuka hati bagi orang lain. Kita semua punya masa lalu, pun dengan Om." Bastian kini menatap sendu wajah keponakannya yang berbeban berat.

Semua yang disana mengangguk setuju. Mereka semua juga pernah terlibat circle rekam jejak yang rumit dan menguji habis-habisan batas kesabaran.

Raka tertegun demi mendengar saran Oma-nya yang justru makin membuatnya mumet. Sungguh, ia saat ini sama sekali tak berminat untuk membahas wanita.

" Bagaimana keadaan Citra?"

Suara bass yang terdengar tergesa-gesa mendadak terdengar membuat ketujuh manusia yang saling duduk santai berhadapan itu melempar pandangan mereka ke arah depan. Menampilkan sosok jangkung yang datang dengan wajah cemas.

" Jodhi?"

.

.

Galuh

Ia mematut dirinya ke sebuah cermin di kamarnya. Blouse putih dengan celana katun abu-abu terlihat membungkus tubuhnya. Ia memoleskan lipstik tipis warna peach yang membuat tampilannya makin segar.

Galuh cantik.

Parfum beraroma vanilla ia semprotkan tipis ke belakang telinganya, leher juga dua pergelangan tangannya. Membuatnya makin percaya diri.

CEKLEK

Ia melirik Adipati yang hanya mengenakan handuk sebatas pinggang lalu mengalihkan pandangannya. Tubuh itu sebenarnya miliknya, sah dan tiada terbantahkan. Tapi entah mengapa, ia merasa hati pria itu bukan untuknya.

Galuh merasa asing dirumahnya sendiri.

" Pagi sekali?" tanya Mas Adi sembari meraih pakaian dalam lalu memakainya.

"Hemm, ke sekolah dulu baru ke...!"

" Aku nanti keluar kota bersama Bimo. Mungkin pulang malam!"

Ucapnya menguap tergantikan dengan penjelasan dari suaminya. Tangannya menggenggam erat sebuah botol parfum yang barusaja ia gunakan.

Selalu saja begini.

Hatinya nyeri dan sesak. Pernikahan macam apa ini? Apa yang di mau pria itu?

.

.

Adipati

Ia tak menampik jika Galuh merupakan wanita baik dan cantik. But, keduanya itu bukanlah indikator atau tolok ukur dirinya bisa mencintai istrinya sepenuh hati.

Ada hati yang tak bisa di paksakan meski sepenuh hati ia bersikeras. Entahlah, ia juga berusaha untuk tidak mau menyakiti siapapun. Meski itu mustahil. My bad!

Sebisa mungkin memberikan nafkah lahir maupun batin. Meski tak jarang, jika saat mencumbu istrinya, ia justru terbayang oleh wajah orang lain.

Ya, dia memang brengsek!

Pernikahan itu kudus dan suci.Tapi bagaimana jika pria seperti dirinya justru tak sanggup memaknai?

Ia tak pernah kasar kepada Galuh, hanya saja ia tak bisa memaksakan dirinya kepada wanita yang dijodohkan oleh orang tuanya itu kepadanya. Adipati masih memiliki nama lain di hatinya hingga saat ini. Entahlah, disebut apa pria semacam ini?

" Kamu aku antar atau..?" Ucapnya sengaja menggantungkan kalimatnya saat ia tengah tekun mengoleskan Nutela pada roti tawarnya.

Galuh tak menyahut. Bukankah setiap hari ia berangkat sendiri bersama taksi?

" Resti jemput nanti. Dia mau ke arah yang sama dengan sekolahku. Mas Adi berangkat saja dulu!"

Ucapnya sambil menyuapkan nasi goreng buatannya sendiri. Sebagai warga +62 tentu ia memiliki ciri khas perut sendiri. Yang merasa tak kenyang jika tak makan nasi.

Terasa hambar sebab hatinya sesak.

" Hmm..!" Sahut Adipati yang terdengar seperti sebuah gumaman lantaran mulutnya masih terjejal roti empuk lezat itu.

Hah, entah akan sampai kapan, berapa lama ia dan istrinya akan sama-sama menyiksa diri seperti ini.

"Aku pergi dulu!" Adipati mencium puncak kepala Galuh lalu mengusapnya sekilas dan sejurus kemudian melangkah pergi.

Ciuman itu bukan satu pembuktian cinta. Namun karena sebuah kebiasaan.

.

.

Galuh

Dengan dada nyeri ia menyusut dua matanya yang tak mau berhenti memproduksi cairan bening. Di tambah hati dan jiwanya yang makin merasa sesak.

Harusnya ia berangkat dengan semangat. Namun, lagi-lagi hal seperti ini yang ia dapatkan.

" Loh mbak, kok tumben dereng tindak ( belum berangkat)?" Yu Sul pagi itu sudah datang. Pembantu paruh waktunya itu rupanya datang agak terlambat pagi ini. Ia memaklumi, mungkin anaknya yang bungsu masih terkena demam.

" Belum nunggu jemputan!" Ucapnya tersenyum.

" Yudi gimana Yu? Udah sehat? Lanjutnya sambil mendorong piring berisikan nasi goreng yang masih separuh. Selera makannya menguap entah kemana lagi itu.

" Sudah mbak, gara-gara makan rambutan kemaren itu langsung panas badannya. Bocah kalau di kasih tahu enggak mau dengar!" Wajah Yu Sul muram.

Ia tersenyum. Wanita berusia 40 tahun itu baru di karuniai anak setelah pernikahannya menginjak usia 15 tahun. Membuatnya sedikit tersenyum kecut akan dirinya. Ia juga belum diberikan anak. Bagiamana mau diberi? Sedangkan mereka sangat jarang bercumbu.

Apalagi ia menyadari, tingkat kesuburan manusia terutama di usia produktif jelas berbeda. Hah!

TIN

TIN

Suara klakson mobil mengalihkan atensinya. Itu pasti Resti. Sahabatnya.

" Yu aku berangkat dulu. Tadi bajunya udah aku masukin ke mesin tinggal sampean giling saja Yu. Gak usah masak juga, Mas Adi kayaknya nanti pulang malam!"

Ia menyambar tas yang sudah berada di dekatnya dan berjalan keluar. Menemui sahabatnya yang pagi ini jelas akan menampung segala curahan hatinya.

" Kusut teroos itu muka pagi-pagi!" Cibir Rasti yang kini menekan tombol indikator untuk membuka kaca mobilnya, saat dirinya telah berada di jarak yang dekat.

" Asli butuh quality time bareng elu deh aku Res!" Tukasnya sembari membuka pintu mobil. Benar-benar nyaman jika sudah bertemu bestie.

" Elu enggak kerja dulu pagi ini?" Resti melepas kacamatanya lalu menatap Galuh penuh selidik saat wanita itu kini sibuk memasang sabuk pengamannya.

Galuh menggelengkan kepalanya " Ngajar privat atas tugas Bu Kepsek. Tapi aku mau ngobrol sama kamu dulu, agak siangan aja ke rumahnya. Masih jam tujuh kan sekarang?"

Resti tersenyum sambil memikirkan tempat yang cocok untuk mereka jadikan tempat bergunjing.

Ya...meski perempuan jomblo itu tidak tau, apa yang akan Galuh gunjingkan bersamanya nanti.

.

.

.

.

.

To be continued...

Terpopuler

Comments

fiendry🇵🇸

fiendry🇵🇸

ceritanya bagus...

2022-10-22

0

Farul Ayang

Farul Ayang

typo, Thor.
Om nya...
bukan Oma. 😁😁😁😁

2022-08-22

0

Kinan Rosa

Kinan Rosa

semoga Adipati tak berselingkuh dengan bestie nya Galuh

2022-08-15

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Ayah!
2 Bab 2. Sepenggal kisah
3 Bab 3. Losing Valuable Things
4 Bab 4. Manusia dengan segala warna hidupnya
5 Bab 5. Bersembunyi dari kejaran
6 Bab 6. Seperti pernah bertemu
7 Bab 7. Hari buruk untuk semua
8 Bab 8. Pria arogan
9 Bab 9. Sikap Manusiawi
10 Bab 10. Wanita Rapuh
11 Bab 11. Arti kehadiran keluarga
12 Bab 12. Merasa asing dalam rumah sendiri
13 Bab 13. Manusia dengan segala persoalannya
14 Bab 14. Mengetahui fakta
15 Bab 15. Tak sejalan
16 Bab 16. Menghujamku dengan luka
17 Bab 17. Tabir gelap
18 Bab 18. Kau menyakitiku Ayah!
19 Bab 19. Hati yang terluka
20 Bab 20. Menyentuh kalbuku
21 Bab 21. Bertemu lagi
22 Bab 22. Dualisme
23 Bab 23. Kemustahilan
24 Bab 24. Isi Kalbu
25 Bab 25. Persimpangan ambigu
26 Bab 26. Secuil luapan isi hati
27 Bab 27. Di batas keresahan
28 Bab 28. Tak sengaja
29 Bab 29. Getaran itu
30 Bab 30. Kalah telak
31 Bab 31. Insan yang ironis
32 Bab 32. Aku dan segala kesedihanku
33 Bab 33. Mengoyak paksa nurani
34 Bab 34. Petunjuk dari nirwana
35 Bab 35. Ujian seorang pria
36 Bab 36. Bertemu rival sebenarnya
37 Bab 37. Merasa terancam
38 Bab 38. Macam warna hidup manusia
39 Bab 39. Ucapan menohok
40 Bab 40. Menipu diri
41 Bab 41. Arti sebuah kecemburuan
42 Bab 42. Mulai mengendus
43 Bab 43. Secuil sedu sedan
44 Bab 44. Titik terendah dalam hidup
45 Bab 45. Menyingkap tabir gelap
46 Bab 46. Lentera kehidupan yang meredup
47 Bab 47. Mendung di hati
48 Bab 48. Aku dan perasaan ini
49 Bab 49. Fakta
50 Bab 50. Siasat
51 Bab 51. Akar pahit masa lalu
52 Bab 52. Sebuah peringatan
53 Bab 53. Puing kesedihan
54 Bab 54. Jurang yang dalam
55 Bab 55. Sebuah insiden
56 Bab 56. Kekhawatiran itu
57 Bab 57. Satu perhatian
58 Bab 58. Meniti takdir
59 Bab 59. Become a nanny?
60 Bab 60. Seraut wajah yang tak asing
61 Bab 61. Hari pertama
62 Bab 62. Rasa demi rasa
63 Bab 63. A Feud
64 Bab 64. Sebuah petaka
65 Bab 65. Di titik rendah kehidupan
66 Bab 66. Cikal bakal kejahatan
67 Bab 67. Angin sakal sebuah keluarga
68 Bab 68. Pelukan itu
69 Bab 69. Siapa dia sebenarnya?
70 Bab 70. Perasaan yang berubah
71 Bab 71. Menyelamatkan Citra part1
72 Bab 72. Menyelamatkan Citra part2
73 Bab 73. Menyelamatkan Citra part3
74 Bab 74. Dendam hanya membuatmu berteman dengan kerugian
75 Bab 75. Sebuah Cinta yang datang terlambat
76 Bab 76. Akhir dari Kepanikan
77 Bab 77. Rasaku rasamu
78 Bab 78. Puncak rasa legowo
79 Bab 79. Insan dalam amuk asmara
80 Bab 80. Hawa panas
81 Bab 81. Selaksa peristiwa
82 Bab 82. Akulah pelindungmu
83 Bab 83. Resmi milikku
84 Bab 84. Love you
85 Bab 85. Di Lounge
86 Bab 86. Bertemu mantan rival
87 Bab 87. Tirta membangkit sukma
88 Bab 88. Rasa titipan
89 Bab 89. Nyonya Raka
90 Bab 90. Ratu di hidupku
91 Bab 91. Selapis kebersamaan
92 Bab 92. Kebenaran tetap harus di kabarkan
93 Bab 93. Di kesunyian hati Jodhi
94 Bab 94. Two-line fighter
95 Bab 95. Riuh kebahagiaan
96 Bab 96. Wanita berwajah kuyu
97 Bab 97. Penggalan kisah pilu
98 Bab 98. Pertolongan dari wanita dekil
99 Bab 99. Berkalang tanah
100 Bab 100. Danuja Pradipta
101 Bab 101. Kejang
102 Bab 102. Wajah yang meresahkan
103 Bab 103. Sometimes love doesn't need a reason
104 Bab 104. Is that you? My star?
105 Bab 105. Anak haram
106 Bab 106. Dia?
107 Bab 107. Menemukanmu
108 Bab 108. Naluri anak
109 Bab 109. Sesal menggelayut
110 Bab 110. Api kecemburuan
111 Bab 111. Di titik emosional
112 Bab 112. Pria dan sebuah logika
113 Bab 113. Pencabut hatiku
114 Bab 114 . Long time no see
115 Bab 115. Ungkapan hati
116 Bab 116. Sebuah dukungan
117 Bab 117. Anakku
118 Bab 118. Keresahan seorang Ibu
119 Bab 119. Perjuangan Jodhi
120 Bab 120. Sebuah penegasan
121 Bab 121. Tantrum
122 Bab 122. Di sudut malam
123 Bab 123. Kala anak menjadi alasan
124 Bab 124. Inspeksi mendadak
125 Bab 125. Pingsan
126 Bab 126. Belatung nangka!
127 Bab 127. Kamu cemburu?
128 Bab 128. Membuat sebuah kesepakatan
129 Bab 129. Mempertimbangkan
130 Bab 130. Keadaan selalu punya kenyataan
131 Bab 131. Ayah Danuja
132 Bab 132. Potret nyata sebuah kehidupan
133 Bab 133. Secuil titik terang
134 Bab 134. Akhir dari penantian
135 Bab 135. Travel plans to the west
136 Bab 136. Kebijaksanaan para orang tua
137 Bab 137. Danuja's Grandma
138 Bab 138. Anak Ayah!
139 Bab 139. Bertiga bersama kalian
140 Bab 140. See you again
141 Bab 141. Kota J, aku kembali
142 Bab 142. Terimakasih sudah mau menerimaku
143 Bab 143. Aku sayang padamu
144 Bab 144. Rahasia semesta
145 Bab 145. Karma
146 Bab 146. Jelang pernikahan
147 Bab 147. Saya terima nikah dan kawinnya...
148 Bab 148. Perusuh
149 Bab 149. Resah di tengah sukacita
150 Bab 150. Sisipan kisah
151 Bab 151. Arti sebuah kesabaran
152 Bab 152. Oh God!
153 Bab 153. Dibatas logika
154 Bab 154. Akhir kisah bahagia ( The End)
155 Bab 155. From Author with love
156 Bab 156. Present New creation
Episodes

Updated 156 Episodes

1
Bab 1. Ayah!
2
Bab 2. Sepenggal kisah
3
Bab 3. Losing Valuable Things
4
Bab 4. Manusia dengan segala warna hidupnya
5
Bab 5. Bersembunyi dari kejaran
6
Bab 6. Seperti pernah bertemu
7
Bab 7. Hari buruk untuk semua
8
Bab 8. Pria arogan
9
Bab 9. Sikap Manusiawi
10
Bab 10. Wanita Rapuh
11
Bab 11. Arti kehadiran keluarga
12
Bab 12. Merasa asing dalam rumah sendiri
13
Bab 13. Manusia dengan segala persoalannya
14
Bab 14. Mengetahui fakta
15
Bab 15. Tak sejalan
16
Bab 16. Menghujamku dengan luka
17
Bab 17. Tabir gelap
18
Bab 18. Kau menyakitiku Ayah!
19
Bab 19. Hati yang terluka
20
Bab 20. Menyentuh kalbuku
21
Bab 21. Bertemu lagi
22
Bab 22. Dualisme
23
Bab 23. Kemustahilan
24
Bab 24. Isi Kalbu
25
Bab 25. Persimpangan ambigu
26
Bab 26. Secuil luapan isi hati
27
Bab 27. Di batas keresahan
28
Bab 28. Tak sengaja
29
Bab 29. Getaran itu
30
Bab 30. Kalah telak
31
Bab 31. Insan yang ironis
32
Bab 32. Aku dan segala kesedihanku
33
Bab 33. Mengoyak paksa nurani
34
Bab 34. Petunjuk dari nirwana
35
Bab 35. Ujian seorang pria
36
Bab 36. Bertemu rival sebenarnya
37
Bab 37. Merasa terancam
38
Bab 38. Macam warna hidup manusia
39
Bab 39. Ucapan menohok
40
Bab 40. Menipu diri
41
Bab 41. Arti sebuah kecemburuan
42
Bab 42. Mulai mengendus
43
Bab 43. Secuil sedu sedan
44
Bab 44. Titik terendah dalam hidup
45
Bab 45. Menyingkap tabir gelap
46
Bab 46. Lentera kehidupan yang meredup
47
Bab 47. Mendung di hati
48
Bab 48. Aku dan perasaan ini
49
Bab 49. Fakta
50
Bab 50. Siasat
51
Bab 51. Akar pahit masa lalu
52
Bab 52. Sebuah peringatan
53
Bab 53. Puing kesedihan
54
Bab 54. Jurang yang dalam
55
Bab 55. Sebuah insiden
56
Bab 56. Kekhawatiran itu
57
Bab 57. Satu perhatian
58
Bab 58. Meniti takdir
59
Bab 59. Become a nanny?
60
Bab 60. Seraut wajah yang tak asing
61
Bab 61. Hari pertama
62
Bab 62. Rasa demi rasa
63
Bab 63. A Feud
64
Bab 64. Sebuah petaka
65
Bab 65. Di titik rendah kehidupan
66
Bab 66. Cikal bakal kejahatan
67
Bab 67. Angin sakal sebuah keluarga
68
Bab 68. Pelukan itu
69
Bab 69. Siapa dia sebenarnya?
70
Bab 70. Perasaan yang berubah
71
Bab 71. Menyelamatkan Citra part1
72
Bab 72. Menyelamatkan Citra part2
73
Bab 73. Menyelamatkan Citra part3
74
Bab 74. Dendam hanya membuatmu berteman dengan kerugian
75
Bab 75. Sebuah Cinta yang datang terlambat
76
Bab 76. Akhir dari Kepanikan
77
Bab 77. Rasaku rasamu
78
Bab 78. Puncak rasa legowo
79
Bab 79. Insan dalam amuk asmara
80
Bab 80. Hawa panas
81
Bab 81. Selaksa peristiwa
82
Bab 82. Akulah pelindungmu
83
Bab 83. Resmi milikku
84
Bab 84. Love you
85
Bab 85. Di Lounge
86
Bab 86. Bertemu mantan rival
87
Bab 87. Tirta membangkit sukma
88
Bab 88. Rasa titipan
89
Bab 89. Nyonya Raka
90
Bab 90. Ratu di hidupku
91
Bab 91. Selapis kebersamaan
92
Bab 92. Kebenaran tetap harus di kabarkan
93
Bab 93. Di kesunyian hati Jodhi
94
Bab 94. Two-line fighter
95
Bab 95. Riuh kebahagiaan
96
Bab 96. Wanita berwajah kuyu
97
Bab 97. Penggalan kisah pilu
98
Bab 98. Pertolongan dari wanita dekil
99
Bab 99. Berkalang tanah
100
Bab 100. Danuja Pradipta
101
Bab 101. Kejang
102
Bab 102. Wajah yang meresahkan
103
Bab 103. Sometimes love doesn't need a reason
104
Bab 104. Is that you? My star?
105
Bab 105. Anak haram
106
Bab 106. Dia?
107
Bab 107. Menemukanmu
108
Bab 108. Naluri anak
109
Bab 109. Sesal menggelayut
110
Bab 110. Api kecemburuan
111
Bab 111. Di titik emosional
112
Bab 112. Pria dan sebuah logika
113
Bab 113. Pencabut hatiku
114
Bab 114 . Long time no see
115
Bab 115. Ungkapan hati
116
Bab 116. Sebuah dukungan
117
Bab 117. Anakku
118
Bab 118. Keresahan seorang Ibu
119
Bab 119. Perjuangan Jodhi
120
Bab 120. Sebuah penegasan
121
Bab 121. Tantrum
122
Bab 122. Di sudut malam
123
Bab 123. Kala anak menjadi alasan
124
Bab 124. Inspeksi mendadak
125
Bab 125. Pingsan
126
Bab 126. Belatung nangka!
127
Bab 127. Kamu cemburu?
128
Bab 128. Membuat sebuah kesepakatan
129
Bab 129. Mempertimbangkan
130
Bab 130. Keadaan selalu punya kenyataan
131
Bab 131. Ayah Danuja
132
Bab 132. Potret nyata sebuah kehidupan
133
Bab 133. Secuil titik terang
134
Bab 134. Akhir dari penantian
135
Bab 135. Travel plans to the west
136
Bab 136. Kebijaksanaan para orang tua
137
Bab 137. Danuja's Grandma
138
Bab 138. Anak Ayah!
139
Bab 139. Bertiga bersama kalian
140
Bab 140. See you again
141
Bab 141. Kota J, aku kembali
142
Bab 142. Terimakasih sudah mau menerimaku
143
Bab 143. Aku sayang padamu
144
Bab 144. Rahasia semesta
145
Bab 145. Karma
146
Bab 146. Jelang pernikahan
147
Bab 147. Saya terima nikah dan kawinnya...
148
Bab 148. Perusuh
149
Bab 149. Resah di tengah sukacita
150
Bab 150. Sisipan kisah
151
Bab 151. Arti sebuah kesabaran
152
Bab 152. Oh God!
153
Bab 153. Dibatas logika
154
Bab 154. Akhir kisah bahagia ( The End)
155
Bab 155. From Author with love
156
Bab 156. Present New creation

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!