Bab 10. Wanita Rapuh
.
.
.
...🌺🌺🌺...
Abimanyu
Ia meninggalkan Dhira sejenak guna menemui Raka. Ia harus bisa menjembatani permasalahan yang terjadi antara anak dan istrinya.
CEKLEK
Ia membuka tanpa mengetuk pintu kamar yang telah tertutup itu. Dilihatnya Raka yang menatap ke luar dari atas balkon sembari melipat kedua tangannya.
Pria itu berjalan menuju ke tempat anak-nya yang tengah melamun. Sejenak ia tersenyum demi melihat Raka yang mirip dengannya dulu waktu galau saat terhimpit masalah seputar Dhira.
" Rendah hati bukan berarti rendah diri!" Ia mengucapkan hal itu saat posisinya sudah mensejajari anaknya yang terlihat muram.
Raka menoleh. Sejurus kemudian mengarahkan pandangannya kembali ke arah semula.
" Apa papa juga kecewa kepadaku?"
Raka bertanya tanpa menoleh, ia masih tekun menatap angkasa tanpa awan siang itu. Terik membakar kulit.
" Luput itu suatu kewajaran nak!"
"Seperti yang papa bilang tadi, rendah hati itu berbeda dengan rendah diri!"
Raka mendengarkan meski pria itu masih tekun menatap ke luasnya cakrawala. Menyadari jika ia memang bersalah.
" Banyak hal yang tidak selesai hanya dengan emosi!"
Raka mengakui itu dalam hati.
" Mau jadi hitam, putih bahkan merah sekalipun...semua ada upahnya!"
Keduanya diam, larut dalam kebisuan masing-masing. Raka menelaah perkataan dari papanya yang selalu memiliki makna dalam itu.
" Aku minta maaf!" Sahut Raka. Menunduk menyadari kesilapan yang ia lakukan.
" Not to me!( Tidak kepadaku)"
" But for that teacher!"
.
.
Raka
" Ko, kamu telepon Bu Bening. Bilang sama beliau jika aku mengijinkan guru itu untuk datang kemari!"
Ia menelpon Niko di depan Mama dan papanya. Membuat dua orang tersebut kini bernapas lega. Ya...meski entah mengapa ia masih kesal dulu guru itu.
" Raka mau istirahat dulu Mah, Pah!" Ia berlalu dan menuju kamarnya usai memungkasi panggilannya. Tak mau mendebat kedua orang yang paling berjasa dalam hidupnya itu.
" Ra..."
Abimanyu menahan langkah istrinya yang hendak mengejar Raka. Pria itu menggeleng sebagai pertanda meminta Dhira untuk membiarkan Raka.
" Beri dia kepercayaan untuk mengurus Citra Ma!"
" Beri dia kepercayaan untuk berdamai dengan dirinya sendiri!" Ucap Abimanyu mengangguk mantap.
Membuat Dhira mengangguk. Ya, seringkali orang yang kerap di tempa masalah, justru bisa lebih bijak dalam bersikap.
Raka menghentikan langkahnya kala ponselnya berkedip. Membuat niatnya yang ingin mandi menguap seketika.
Dewi calling...
" Halo?" Sahutnya saat benda itu sudah menempel ke cuping telinganya.
" Hay Ka, malam ini free?"
Raka menggaruk kepalanya " Aku sibuk Wi kenapa?"
" Kamu suka hadiahnya?"
Raka tersenyum sembari melirik dasi warna navy yang terlihat eksklusif pemberian dari temannya itu. Dasi yang kini ia letakkan di tempat khusus dasi miliknya.
" Thanks ya. Aku pikir kamu udah..."
" Don't say like that. Ya sudah, besok aja kita ketemu ya?"
Raka tertegun, ia berniat bolos ke kantor jika kondisi Citra masih belum pulih.
" Citra habis masuk rumah sakit lagi. So...besok aku..!"
" Oh, me sad to hear that. Jadi bagaimana dia sekarang?"
Raka terus mengobrol sampai melupakan niatnya untuk mandi. Harus ia akui, bernostalgia sedikit dengan Dewi agaknya bisa mengalihkan emosi yang membuncah di dadanya.
.
.
Galuh
Dengan langkah gontai tak terarah, ia berjalan masuk kedalam rumahnya usai menutup pintu itu dengan wajah kusut. Hari pertama justru ia lalui dengan kesialan yang bertubi.
Bagaimana tidak, pagi hari ia sudah terlambat. Agak siang ia harus menyaksikan muridnya yang berkelahi dan harus berurusan dengan pihak medis. Bahkan puncaknya, ia yang banjir air mata karena di bentak oleh orang tua salah satu muridnya.
Benar-benar sial!
Sesulit inikah menjadi tenaga pendidik?
Ia melepaskan sepatu hak tingginya lalu meletakkannya ke atas rak khusus. Sejurus kemudian ia meletakkan tasnya lalu melempar tubuhnya keatas kasur di kamarnya.
Benar-benar lelah.
Kasur yang dingin yang sangat jarang ia libatkan dalam pertempuran panas, meski ia merupakan seorang istri.
Miris kan?
Ya, Galuh telah menikah dan memiliki suami bernama Adipati. Ia dijodohkan dengan pria itu oleh kedua orangtuanya. Singkat cerita, orang tua Adi dan orang tuanya merupakan teman baik.
Adipati bekerja di sebuah perusahaan multinasional terkenal di kota itu. Biduk rumah tangganya hampa karena Adipati tak seperti harapannya dulu. Gimana menyebutnya ya? Pria itu tidak perhatian sama sekali, tetapi juga masih rutin memberikan dirinya uang belanja.
Entahlah. Terlalu rumit untuk di definisikan.
Ia bahkan ingat saat ia meminta izin untuk mengajar lagi usai menikah, pria itu bahkan bersikap acuh tak acuh.
" Terserah kamu!"
" Enaknya gimana, kamu yang atur!"
" Baiknya gimana, kamu sendiri yang tahu!"
Amarah sempat dalam dada, namun akalnya menerkam. Meski lambat laun ia terbiasa dengan sikap Adipati yang bah bah lomoh. Namun sebagai wanita normal, ia kerap rindu sebuah sentuhan hangat.
Tanpa terasa, air mata Galuh menetes. Ia merasa sedih siang jelang sore itu. Merasa selalu sendiri. Bahkan niat mengajar agar dia bisa melupakan kesedihan hatinya, malah justru menjadi beban combo yang kini mengganggu pikirannya.
TRING
Sebuah pesan masuk ke ponselnya.
" Besok kamu mengajar Citra secara privat Luh. Jam-nya kamu atur, sebaiknya jangan terlalu pagi. Nanti rentang waktunya akan saya diskusikan lagi"
Galuh melempar ponselnya usai membaca pesan dari Bu Bening. Sejurus kemudian wanita itu merentangkan tangannya sembari memejamkan matanya yang terasa berat.
Berharap ia terlelap barang sejenak dan melupakan segala kerumitan hidup yang terjadi.
.
.
To be continued...
.
.
.
.
Raka
.
.
Galuh
.
.
Jodhistira
.
.
Lintang
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
dementor
lanjut mama eng.. 💪💪💪💪💪
2023-05-20
0
fiendry🇵🇸
ternyata Galuh seorang istri...
2022-10-22
0
marhayati
lintang manis♥️
2022-09-30
0