Lyza memasuki kamarnya yang ada di markas atau lebih tepatnya markas yang bak mansion tersebut, di ikuti oleh Zean.
Lyza duduk di kursi balkon sembari memandang langit sore. " Zean ". Panggil nya. Yang di panggil pun mengerti dengan apa yang di mau oleh sang bos.
Zean melangkah menghampiri salah satu lemari besar disitu. Ia membukanya dan mengambil satu botol rose wine dan juga gelas. Zean menuangkan rose wine tersebut ke dalam gelas dan menaruhnya di samping meja tempat duduk Lyza.
Lyza mengambil gelas berisi wine tersebut, ia menggoyang-goyangkan nya lalu diminum. " Zean cepat interogasi Charles, jangan sampai Sean membunuhnya lebih dulu ". Kembali menggoyang-goyang gelas berisi wine sembari meminumnya.
" Baik bos ". Zean membungkuk, lalu pergi dari situ. Ia berjalan ke tempat interogasi, dimana Sean menginterogasi Charles.
Sesampainya di sana ia langsung membuka pintu. " Sean kau ini! Lagi-lagi! ". Zean tak heran lagi saat melihat Sean malah menyiksa Charles. Hal tersebut sudah sering terjadi, bahkan terkadang interogasi nya tidak lancar gara-gara Sean yang ingin selalu menyiksa musuhnya.
" Apa lagi yang sedang kau lakukan! ".
Sean berbalik. " Hahah tentu saja menyiksanya ".
" Interogasi nya? ".
" Oh.. tenang saja, sudah aku tanya. Kali ini aku tidak akan membuat kesalahan ". Tersenyum bangga.
" Bagus! Jadi apa yang di katakan nya? ".
" Black Red ". Dua kata keluar dari mulut Sean dan Zean langsung bisa mengetahui apa yang di maksud oleh Sean.
" Benarkah? ". Memperlihatkan wajah tidak percaya
" Hei! Jangan ragukan aku ". Tidak terima dengan raut wajah yang diperlihatkan sang kakak.
" Aku tidak meragukan mu. Minggir! Biar ku tanya langsung dan apa motifnya ". Zean pun berjalan mendekati Charles, yang di pastikan jika memang ia selamat. Dirinya akan cacat seumur hidup. Namun, jika dia selamat!.
Sean memberi ruang untuk Zean menginterogasi Charles. Karena jujur yang di tanyakan Sean tadi saat interogasi hanya siapa dalang dibalik semuanya dan tidak menanyakan motif Kenapa Charles berkhianat. Menurutnya menanyakan motifnya sangat tidak penting karena ujung-ujungnya Charles akan mati juga.
" Angkat kepala mu! ". Ujar Zean dengan wajah dingin.
Dengan susah payah Charles mengangkat kepalanya. " Ke.. ketua ". Lirihnya.
" Dirimu sungguh miris Charles! ". Zean sungguh tak percaya saat ia mengetahui Charles yang berwajah lembut itu yang berkhianat. Salah satu bawahan yang sangat dipercayai Zean.
" Ke.. ketu.. a ma.. maafkan... Sa.. ya.. ". Ucap Charles terbata-bata sembari menunduk.
" Katakan kenapa kau berkhianat?! ". Tidak menghiraukan perkataan maaf dari Charles.
Charles kembali mengangkat kepalanya. " Bla... ck.. Red... men.. janji...kan saya ke.. kehidupan ya.. ng la.. yak dan nor.. mal, na.. namun me... me.. reka mengingkari.. nya ". Ucapnya. Charles tak ingin berurusan lagi dengan yang namanya mafia, dirinya ingin keluar dan menjalani kehidupan normal. Niat baiknya harus gagal karena caranya yang salah.
Setelah mendengar Charles mengatakan hal tersebut, Zean langsung berbalik dan pergi dari situ. Ia tak tahu harus menjawab apa, karena yang di lakukan Charles mempunyai niat baiknya sendiri, Namun caranya yang salah. Seandainya Charles mengatakan hal tersebut terlebih dahulu padanya pasti Zean akan membantunya untuk keluar dari mafia.
" Ck dasar Zean! Aku kira tadi dia ingin mengucapkan salam perpisahan pada anak buahnya ". Desis Sean lalu kembali mendekati Charles.
Sean berjongkok lalu mengangkat kepala Charles agar melihatnya. " Kau bodoh Charles! Seharusnya kau meminta kepada Zean kalau ingin keluar, dia pasti mengizinkan mu keluar. Jangan malah berkhianat dan merelakan nyawamu sendiri hahahaha ". Tertawa di akhir kalimat.
" Hahaha tapi dengan kebodohanmu itu, aku bisa bermain lagi! Hahaha ".
.........
Zean mengetuk pintu kamar Lyza, setelah mendapat sahutan dari dalam Zean pun masuk.
" Permisi bos ".
" Bagaimana? ". Melihat pemandangan di depannya dan tidak melihat Zean. Sembari menggoyang-goyangkan gelas wine di tangannya.
" Black Red! ".
Lyza berhenti menggoyang gelas tersebut. Ia meletakkan nya di meja. Lyza tersenyum miring namun dirinya juga geram. " Rupanya Cuman cecunguk kecil! Berani sekali mereka! ". Geram Lyza. Ia sampai mengepalkan tangannya.
" Apa yang harus kita lakukan bos? ".
Lyza tersenyum licik. " Tentu saja memberikan para pemula kecil itu balasan yang berharga ". Ucapnya penuh penekanan.
" Zean kirim beberapa bawahan pemula mu untuk menyerang markas mereka ".
" Apa bos serius? ". Mengirim bawahan pemula untuk melakukan penyerangan? Apa itu tidak terlalu meremehkan mereka. Pikir Zean.
" Apa kau meragukan keputusan ku? ". Menatap tajam Zean.
Zean menunduk. " Maaf bos. Saya akan mengirim beberapa anak buah saya yang pemula untuk melakukan penyerangan ".
" Bagus ". Kembali melihat langit yang sudah berubah gelap.
" Tenang saja Zean. Palingan para cecunguk kecil itu sedang merayakan kemenangan yang sementara hahahaha ". Lyza sengaja mengatakan nya karena melihat wajah Zean yang masih ragu-ragu.
" Lagi pula bukannya mereka dibawah bimbingan mu sendiri? Pasti mereka sangat hebat seperti pelatih nya ". Lanjut Lyza.
" Baik bos ". Mendengar perkataan sang bos, membuat Zean sedikit luluh. Karena jujur saja di antara mereka bertiga, Zean lah yang masih punya hati dan baik. Walaupun Zean yang paling dingin di antara mereka bertiga.
" Katakan pada bawahan mu agar tidak membunuh bosnya. Simpan untuk aku dan Sean bersenang-senang ". Memandang kedepan seperti menerawang betapa nikmatnya menyiksa musuh-musuh.
" Baik bos ". Helaan nafas Zean keluar dari dalam batinnya. 'lembur lagi nih'.
" Apa kita akan langsung berangkat bos? ".
" Tidak, tunggu Sean bersenang-senang baru kita pergi ".
" Tapi itu akan lama bos ". Yap biasanya Sean cukup lama untuk menyiksa musuh-musuh nya. Karena Sean akan membuat musuhnya tidak berbentuk lagi, barulah ia puas.
" Tidak apa-apa. Sebaiknya kau juga bersenang-senang lah Zean ". Selama ini Lyza tak pernah melihat Zean bersenang-senang. Bahkan Lyza kadang tidak tahu isi pikiran Zean.
" Tidak bos, saya akan menunggu anda disini ". Katanya.
" Terserah kau saja ".
...***...
Setelah sekitar satu jam. Lyza dan Zean pun turun untuk melihat hasil dari penyerangan bawahan Zean yang masih pemula.
Saat melewati ruangan interogasi, Lyza berhenti. " Zean panggil Sean ".
Zean mengangguk, lalu membuka pintu. " Sean apa kau sudah selesai? ". Terlihat Sean sedang duduk di kursi depan sebuah kepala berwarna merah.
" Oh Zean. Aku masih mengulitinya ". Katanya.
" Cik. Cepatlah, bos sudah menunggu. Jangan lupa bersihkan kekacauan mu. Bagian-bagian tubuh itu kasih ke doggy ".
" Baiklah... ". Pasrah Sean. Ia memanggil anak buahnya untuk membersihkan bagian-bagian tubuh yang berada di lantai. Yah kalian tau lah bagian-bagian tubuh siapa itu.
Setelah nya mereka berdua keluar dari ruangan tersebut. Saat salah satu anak buahnya masuk, ia sempat terkejut. " Mengerikan ". Ucapnya saat melihat potong-potong tubuh di lantai berserakan.
" Kasi ke doggy. Harimau putih kok di bilang doggy ". Anak buah tersebut hanya bisa geleng-geleng.
Zean dan Sean terus melangkah, dan rupanya Lyza sudah berada di dalam mobil menunggu mereka sembari bermain ponsel. Twins itu pun masuk dengan Sean yang menyetir sedangkan Zean duduk di samping Sean.
" Maaf terlambat bos ". Ucap serentak kedua orang tersebut.
" Jangan dipikirkan ". Masih betah menatap ponsel. Kemudian Lyza melirik melihat Sean yang pakaian nya berlumur darah. " Bagaimana? Apa kau sudah puas bersenang-senang Sean? ".
" Kalo jujur sebenarnya belum bos ". Nyengir kuda. Memperlihatkan gihi putih nya sembari menjalankan mobil.
" Tenang saja, kita akan pergi bersenang-senang sekarang ".
" Benarkah bos? ". Wajah Sean berbinar. Lyza mengangguk membuat Sean tambah semangat.
" Yess!! ". Ucap Sean senang, tiba-tiba semangat 45 nya keluar.
Tak lama kemudian mereka sampai pada sebuah rumah mewah. Di luar terdapat ada banyak mayat berlumuran darah. Namun tak ada terlihat mayat dari bawahan Zean.
Lyza turun di bukakan oleh Zean. Mereka bertiga pun masuk kedalam melewati mayat-mayat tersebut begitu saja, bahkan terkadang mereka menginjaknya tanpa belas kasih.
" Kau lihat kerja bawahan mu Zean. Jangan meremehkan bawahan mu sendiri ". Ucap Lyza di sela-sela mereka berjalan.
" Baik bos ".
Hingga mereka bertiga sampai di ruang tamu yang kemungkinan besar tempat para black red berpesta, ada banyak botol alkohol di atas meja. Lyza duduk di salah satu sofa tunggal dengan gaya angkuh. Kakinya ia silangkan dengan kaki yang lain.
" Bawa dia kemari ". Titah sang bos.
Dengan cepat salah satu dari bawahan Zean pergi membawa orang yang di maksud Lyza ke hadapan nya.
Tak lama kemudian dia kembali dengan seorang pria berisi, nampak di wajah nya penuh memar biru beserta ungu. Untung merah kuning hijau tidak ada, kalau ada sudah jadi pelangi dia.
Pria berisi itu Terkejut saat melihat Lyza duduk Sombong di sofa. Wajahnya memucat, keringat dingin mulai jatuh. Lyza yang melihat kegugupan pria tersebut tersenyum miring.
" Selamat malam Babi. Ups maksudnya Denis ". Terdengar sengaja mengatakan nya.
" Se.. selamat malam no.. nona ". Denis masih berdiri, sampai laki-laki yang tadi membawanya menekan tubuh Denis agar berlutut.
" Nona? Apa aku tidak salah dengar! Kau masih menganggap aku sebagai nona?! ". Suaranya dingin. Sedingin kutub.
" I.. iya.. no..___ ".
" Oh.. jadi apa maksudmu dengan menyuruh Charles untuk berkhianat. Dasar babi tak tau diri! Ingat! Siapa yang membantu mu mempertahankan black red kalau bukan aku! ". Denis menelan salivahnya susah-susah. Keningnya tambah berkeringat. Ia tidak bisa berkata-kata lagi.
" Katakan... Siapa orang yang mendukung mu di balik layar ". Ucapnya penuh penekanan.
'wah.. bos Memang hebat. Dia bisa tau kalau ada orang lain di balik ini semua'. Batin Sean.
Glekk...
Denis terdiam. Lalu ia mengangkat wajah berlapis-lapis itu. Dengan tak tahu malunya ia tersenyum licik. " Langga ". Ucap Denis.
Brak..
" Ahhkk ".
Lyza menendang meja yang ada didepannya sampai mengenai tubuh Denis. Lyza berdiri, hawa di sekitarnya semakin dingin. Ia melangkah mendekati Denis yang terkapar dengan darah di keningnya akibat benturan meja tadi. " Katakan sekali lagi! ". Suaranya tambah dingin nan menusuk.
Wajah Denis berubah menjadi pias. Sekarang dirinya benar-benar membangkitkan singa betina yang seharusnya jangan di ganggu.
" Hei.. mana keberanian mu tadi ". Pelan namun penuh penekanan.
Glekk.. " La.. Langga ".
" Hahahaha... ". Lyza tertawa sekencang-kencangnya, namun sangat mengerikan di telinga orang-orang yang ada disitu.
Plak... Satu tamparan berhasil ia layangkan di wajah Denis.
Lyza mengambil pistolnya dan Dor... Dor.. dua peluru berhasil bersarang di lengan kanan dan kiri Denis.
" Ahhhhhhhhhhhhkkkk ".
Sekali lagi Lyza berniat ingin menembak Denis tepat di jantung nya. Namun langsung ditahan oleh Zean dan Sean.
" Bos tidak perlu mengotori tangan bos dengan membunuh pria tua ini. Serahkan saja pada Sean ". Zean menjelaskan saat melihat tatapan tanya dari Lyza. Namun, nama Sean lah yang ia bawa.
" Iya bos biar saya saja ". Jawab Sean. 'nama aku lagi yang dibawa-bawa. Biarlah hitung-hitung sebagai hadiah hihihi'.
Lyza kembali melihat Denis yang kedua lengannya sudah dipenuhi darah segar.
Dengan wajah datar nan dingin, Lyza berbalik. " Sean, babi tak tau malu itu untuk mu ".
" Yes.. baik bos ". Tampak Sean kegirangan, namun tidak dengan Denis yang wajah nya seketika tambah pucat, bahkan untuk bernafas ia sudah tidak sanggup.
" Zean hilangkan semua jejak yang tertinggal ".
" Baik bos ".
" Aku mau pergi dulu. Setelah selesai kalian bisa datang ke tempat biasa ". Ujar nya.
" Baik bos ". Jawab serentak kedua twins Zean dan Sean.
Lyza pun pergi ke tempat ia selalu melampiaskan hasrat nya. Kini ia benar-benar kesal. Mendengar nama pria itu saja sudah membuat darahnya mendidih.
TBC
jangan lupa tinggalkan jejak kalian. like, komen dan votenya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Oh Harimau?? Ku pikir Anjing 🤣🤣🤣😜😜
2023-09-09
0
meE😊😊
masih nyimakk
2023-08-02
0
Nurul Eny
Ayo p.ustadz
2022-07-07
2