Perlahan Yohan membuka matanya. Saat bangun ia langsung terduduk menyadari sesuatu. "Mimpi? Ya, aku pasti hanya bermimpi!? Itu tidak mungkin terjadi. Ibu pasti baik baik saja, aku harus segera mencari ibu!?" ujarnya terburu buru sembari bangun tanpa melihat lihat sekitar.
Bruk!?
Diwaktu yang bersamaan juga ada yang membuka pintu dan Yohan langsung bertabrakan dengan orang itu. Ia mendongakkan kepalanya melihat orang yang ditabraknya. Orang itu lagi lagi, pak tua kultivator. Sepertinya Yohan berjudoh bertemu dengannya.
"Oh? Nak, kau sudah bangun? Aku khawatir melihatmu tidak sadarkan diri selama seminggu dengan nadi yang lemah. Syukurlah kau berhasil kuselamatkan dari kebakaran itu. Sekarang apa kau baik baik saja? Sebaiknya kau beristirahat, wajahmu terlihat sangat pucat." Ujarnya melihat Yohan sangat Syok. Kondisinya sangat mengkhawatirkan, tubuhnya penuh luka dan kulitnya terlihat sangat pucat.
Kepalanya langsung kosong setelah mendengar kalau semua itu bukanlah mimpi, melainkan kenyataan. "Dimana ibuku?" Tanyanya yang sudah tahu jawabannya.
"Maafkan aku karena datang terlambat, tapi ibumu sudah meninggal terbakar api." Jawab pak tua. "Dan sekarang kau berada di Akademi Qing Luo. Jangan terlalu putus asa dan terlarut dalam kesedihan. Semua makhluk fana pasti akan mati suatu hari nanti. Kau harus melanjutkan hidupmu meskipun itu sulit." sepertinya pak tua itu mencoba menghibur Yohan untuk tetap tabah dengan kata kata bijaknya.
Namun pemuda itu tampak tidak mendengarkan dan sibuk dengan pikirannya yang sedang kacau. "Aku akan membiarkanmu istirahat disini. Oh, dan pendaftaran murid Akademi Qing Luo akan segera dibuka dalam beberapa hari. Jika kau mau, aku bisa mendaftarkanmu masuk." ujar Pak tua itu. Masih tidak ada respon dari Yohan. "Kalau begitu aku akan pergi." dia pergi sembari menutup pintu kembali.
Tepat setelah Pak tua itu pergi Yohan langsung duduk bersender ke pintu. Ia masih mencerna kejadian kejadian ini yang terjadi begitu cepat. "Tidak mungkin… tidak mungkin…" gumamnya tanpa ekspresi.
...***...
Yohan berjalan menuju tempat terbakarnya rumahnya. Dia terbelalak melihat puing puing yang hangus terbakar. "Dimana rumahku? Dimana ibu?" gumamnya.
Terlihat seorang pria paruh baya lewat didepannya. Yohan langsung menghampiri pria itu, "Tunggu!? Tunggu sebentar!?" panggil Yohan.
Pria itu berbalik dan melihat Yohan, "Ada apa?" tanyanya.
Yohan menunjuk puing puing yang habis terbakar, "Dimana rumah yang ada disana?" tanyanya dengan wajah yang cukup menakutkan.
"H huh?"
"Dimana ibuku? Dimana pemilik rumah itu?" tanya Yohan lagi sambil mendekati pria itu.
"T tunggu sebentar," pria itu tampak bingung dan takut melihat seorang pemuda menanyakan pertanyaan yang sudah pasti jawabannya. 'Bukannya dia Liu Yohan? Aku pikir dia tahu jawabannya. Apa dia sudah gila sekarang?' pikirnya ketakutan.
Tidak lama Yohan memegang kedua bahu pria paruh baya itu dengan tatapannya yang menakutkan, "Katakan padaku dimana ibuku?" tanyanya. Namun pria itu malah tambah ketakutan.
Dia dengan paksa melepaskan tangan Yohan dan memukul perut pemuda itu. Yohan terlihat kesakitan memegangi perutnya. Pria paruh baya itu mundur dengan kaki gemetar masih mengingat tatapan dari mata merah pemuda itu.
Bruk
"A aaahhh to tolong akuuu!?" teriaknya kabur meskipun harus jatuh bangun.
Nyuut
Tiba tiba kepalanya sakit seakan terbelah menjadi dua. Ingatan ketika semuanya terbakar serta ibunya yang tertusuk pedang, terbakar didalam api kembali terkuak.
...***...
Di dalam hutan Yohan berjalan ke tempat Daoyun dimakamkan oleh Lao Yan, pak tua yang menyelamatkannya. 'Mereka bilang ke arah sini, kan? Dimana itu?' tapi tiba tiba ada yang menarik tangannya dengan kasar, membuat tubuh kurusnya ikut tertarik ke belakang. Terlihat beberapa preman dari pinggiran kota.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Yohan panik. Satu dari mereka memegangi tangan Yohan ke belakang. "Lepaskan aku!?" ujarnya, ia tahu siapa mereka. Bahkan mungkin sangat tahu, karena mereka adalah sekelompok preman cabul yang menggoda setiap gadis atau pria cantik di kota. Bisa dibilang, mereka adalah penjahat kelamin. Dan naasnya, mereka selalu melakukan pelecehan pada Yohan.
Ketua mereka yang biasa dipanggil Kun, menatap mesum Yohan dari atas sampai bawah. Dia mencengkram dagu Yohan dan membolak balikkan wajah Yohan. "He he he, kau seorang pria tapi kenapa cantik sekali? Aku jadi ingin merasakanmu sedikit, sayang." ujarnya genit. "Sepertinya semakin hari, kau semakin cantik Liu Yohan~"
Bisa dirasakan kalau Kun memegang bokongnya dan kemudian meremasnya. Kun bahkan mencoba menc*um Yohan.
Menjijikan
Memuakkan
Sangat memuakkan
Rasanya Yohan akan memenggal kepala Kun langsung ditempat. Tidak, apa kematian saja cukup? "Cuh!?" Tanpa sadar Yohan meludah ke wajah Kun yang langsung memerah merah.
Bugh
Dengan keras Kun memukul Yohan yang membuat sudut bibir pemuda itu robek. Entah kenapa dipukul jauh lebih baik dari pada hal menjijikan tersebut.
...***...
Terlihat Yohan yang sedang duduk didepan kuburan ibunya dengan kondiri yang sangat buruk. Kedua sudut bibirnya robek dan mengeluarkan darah, beberapa bagian wajahnya ungu membiru, Sebelah matanya bonyok hingga tak terlihat jelas karena lebam, di bagian lain tubuhnya juga ada beberapa pukulan dan tendangan. Warna merah serta bau anyir tak luput darinya dari kecil, sampai sekarang. Sekarangpun seluruh tubuhnya penuh dengan darah.
Yohan hanya menatap nisan Daoyun tanpa mengatakan apaoun, bahkan air mata saja tidak bisa keluar. Kematian Daoyun tidak akan pernah ia lupakan. Dirinya sangat yakin pasti ada yang sengaja membunuh ibunya. Sebab perut Daoyun berdarah, yang membuat Yohan semakin yakin kalau kebakaran itu disengaja.
"Bagaimana ini? Apa kita sudah keterluan?" Ujar suara seseorang.
Yohan merasa kenal dengan suara itu. Ia bangun dan melihat siapa yang bicara. Diintipnya dari atas tebing kecil. Terlihat Jiang Feng dengan dua orang temannya. 'Apa yang mereka bicarakan?' Pikirnya.
"Apa yang kalian takutkan? Apa kalian lupa siapa aku? si sampah Yohan tidak akan bisa melakukan apapun, dia hanya bocah miskin biasa. Dia tidak akan sadar kalau kita sudah membunuh ibunya!?" Ujar Jiang Feng yang tentu saja membuat Yohan yang ada di atas tebing kecil membelalakkan matanya.
karena terlalu kaget mendengar kenyataan yang mereka keluarkan dirinya tidak sengaja menjatuhkan beberapa batu dari atas tebing.
"Jiang Feng, lihat!? disana ada si sampah Yohan!?" Tunjuk Xituo melihat Yohan.
Seketika Yohan langsung terjengat kaget mereka mengetahui keberadaannya. Dirinya langsung berdiri dan menjauh dari tepi tebing.
Jiang Feng langsung melompat ke atas tebing diikuti dua temannya. "Ternyata kau mendengar percakapan kami. Itu bagus juga, aku tidak perlu susah payah memberitahumu. Sekarang aku hanya perlu membunuhmu!?" ujar Jiang Feng dengan senyum liciknya. "Kalian berdua, bunuh dia!?"
Kedua teman Jiang Feng berjalan mendekati Yohan untuk membunuhnya. Yohan secara alami mundur dengan ekspresi ketakutan.
Terlihat senyum jahat di wajah Jiang Feng. 'Mati kau kali ini!? Setelah kau mati Qin Qiu pasti akan kembali padaku!?' Pikir Jiang Feng. Dia berbalik dan melihat pemandangat dari atas tebing sambil ingin mendengar terjakan Yohan.
"AAGRH!?"
Senyumnya luntur ketika yang dia dengar adalah teriakan kedua temannya. Jiang Feng segera berbalik dan membelalakkan matanya ketika melihat Yohan mengusap pipinya yang terciprat darah kedua temannya yang sudah tergorok. "Kau bed*bah sialan!?" kemarahan terlihat dimata dan suaranya. Dia langsung melesat ke hadapan Yohan dan menyerangnya dengan bola angin.
Duak
"Akh!?" Yohan menghantam pohon di belakangnya. Ia memegangi punggungnya yang terasa sangat sakit. 'Kekuatannya tidak bisa diremehkan. Bagaimanapun dia berasal dari keluarga besar, pasti sudah berlatih sejak kecil.' Tapi Yohan tetap bangkit meskipun lukanya kembali terbuka sampai mengeluarkan darah. Dirinya sudah bertekad akan membunuh siapapun yang telah membunuh ibunya. Jadi kata menyerah tidak akan ada hari ini.
Jiang Feng mengerahkan kekuatannya yang berupa elemen angin. Dia melempar angin yang setajam belati dengan serangan bertubi tubi.
Yohan sendiri berlari mendekati Jiang Feng sembari menghindari serangan. Beberapa angin membeset tubuhnya, tapi ia tetap berlari menuju Jiang Feng seperti banteng gila.
Bahkan yang menyerang merasa gentar melihat Yohan hampir mendekatinya. 'Sialan!? Dia benar benar menerjang semua seranganku. Dan apa apaan langkahnya itu? Aneh sekali.' Pikirnya yang melihat langkah Yohan yang sangat aneh dimatanya.
Whush
Jiang Feng segera mengeluarkan perisai angin untuk menahan belati Yohan. Jiang Feng yang berada di ranah Zhuji menengah merasa kewalahan menahan tenaga Yohan yang menurutnya tidak masuk akal. Setahunya Yohan tidak pernah berkultivasi, tubuhnya juga kurus kering, bagaimana bisa orang biasa sepertinya memiliki tenaga monster seperti ini.
'Sialan, dia makan apa sampai bisa sekuat ini?' Pikir Jiang Feng kewalahan menahan serangan Yohan. "Tunggu!? Tunggu sebentar!? Sebenarnya yang membunuh ibu mu bukan aku, tapi orang lain!?" Ujar Jiang Feng.
Yohan mundur setelah mendengar pernyataan Jiang Feng yang aneh, "Apa maksudmu?" Tanya Yohan bingung
"Hmph!?" Dengan licik Jiang Feng menyerang Yohan saat sedang bertanya.
Untung saja insting bahaya Yohan tinggi, ia dengan cepat menghindari serangan dadakan tersebut. Tapi saat ia kembali melihat Jiang Feng, dia sudah tidak ada. Yohan melihat kanan kirinya, tiba tiba…
Duk
Dari belakang ada yang menendangnya hingga jatuh tersungkur ke tanah.
Dus Dus Dus
Jiang Feng menyerang bertubi tubi Yohan yang terbaring di tanah, namun Yohan berhasil menghindar dengan berguling menghindari serangan. Sampai pada tepi tebing Yohan berhenti. Terlihat senyum senang diwajah Jiang Feng, "MATI KAU!?" Teriaknya sembari meloncat ke arah Yohan dengan angin setajam belati ditangannya.
Kalau terkena serangan itu dirinya pasti akan langsung mati.
Bruk
"Aah!?"
Dengan otaknya yang berpikir cepat, Yohan mengangkat kakinya ke atas lalu menendang perut Jiang Feng mengarahkannya ke bawah tebing. Karena ketinggian tebing tidak seberapa tentu saja hal itu tidak akan bisa membunuhnya.
Tidak lama Yohan juga turun ke bawah bersiap akan membunuhnya selagi musuhnya lengah. Tepat didepan Jiang Feng, ia akan menusukkan belatinya. Tapi tiba tiba saja Jiang Feng melempar tanah ke wajah Yohan membuatnya sulit untuk melihat. Yohan berusaha untuk melihat tapi tanah yang masuk ke matanya membuatnya sulit melakukannya.
Jleb
Dengan cepat Jiang Feng menusuk perut Yohan dengan belati Yohan sendiri yang terjatuh. Senyum senang nan puas tercetak di wajah Jiang Feng.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
ajg bgst tuh bocah
2023-12-19
0