Terlihat raut senang diwajah Jiang Feng yang saat dirinya berhasil menusuk Yohan. Dia memojokkannya ke pohon agar belati itu semakin menusuk lebih dalam. "Ha ha ha ha ha ha ha ha ha, kali ini kau akan mati!?" Ujarnya dengan sangat senang melihat ekspresi Yohan yang kesakitan. Jiang Feng benar benar tidak tanggung tanggung menusuk Yohan. Dia menusukkan belati itu lebih dalam hingga melukai organ dalam pemuda itu.
Tiba tiba Yohan membuka matanya yang membuat Jiang Feng sedikit terkejut. Ia mencekik leher Jiang Feng dengan sangat erat hingga membuat Jiang Feng sendiri kesulitan mempertahankan belatinya.
"Kau, apa kau tidak takut aku menusukmu lebih dalam lagi?" Tanya Jiang Feng kesulitan berbicara.
Terlihat senyum lebar diwajah Yohan, "Apa kau benar benar berpikir aku seceroboh itu terkena trik licikmu dan menjatuhkan senjata sendiri? Jiang Feng, kau benar benar orang yang mudah ditebak ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha…" Yohan tertawa puas bisa membuat Jiang Feng masuk kedalam jebakannya. Yohan sadar jika kekuatannya dengan Jiang Feng berbeda jauh. Karena itu ia harus menggunakan rencana ini untuk menjebak Jiang Feng. Meskipun resikonya ia bisa mati bersama, tapi yang terpenting baginya sekarang adalah membunuh orang yang telah membunuh ibunya.
"Kau sengaja membiarkan dirimu ditusuk? Dasar gila!?" Jiang Feng baru pertama kali ini melihat seseorang segila Yohan yang bermain dengan kematian.
Yohan semakin mencekik leher Jiang Feng lebih keras dan lebih keras lagi hingga membuat wajah pria itu membiru. Tangan Jiang Feng yang berada di belati terlepas dan sibuk mencoba melepas cekikan Yohan yang kencang. Kekurangan oksigen pada otak dapat membuat seseorang tak berpikir jernih, daripada terkena tusukan yang masih dapat ditahan.
Bruk!?
Mereka berdua jatuh kebawah dengan Yohan yang berada di atas mencekik Jiang Feng. Tanpa mengurangi tenaga sedikitpun salah satu tangan Yohan mengambil belati yang ada diperutnya kemudian menusukkannya ke mata lawannya, "Ini adalah hukuman karena telah melihatku dengan rendah dan angkuh."
"AAGGRH!?" Teriakan demi teriakkan diteriakkan ketika Yohan menusuk mata Jiang Feng berkali kali. Hal pertama yang ingin ia lakukan adalah memberi penderitaan pada Jiang Feng.
Senyum diwajah Yohan melebar, ia senang melihat Jiang Feng kesakitan. Dengan perlakuannya selama ini dan yang dia lakukan pada ibunya itu ganjaran yang setimpal baginya. Setimpal? Tidak, ini masih kurang. Dia harus merasakannya lebih dari ini. Yohan masih mencekik leher Jiang Feng. Kini pria itu sudah tak bisa melihat lagi dengan kedua bola mata yang buta.
Teriakan pria itu terdengar kesakitan. Tentu saja, siapapun pasti sakit jika mata mereka ditusuk pisau, bukan?
"Tuan muda~ teriakanmu sangat berisik. Ssttt!? Jika kau terus berteriak orang orang akan kemari dan mereka akan mengira akulah penjahatnya disini!?" ujarnya sembari menarik lidh Jiang Feng.
"Ap apha hyang khau lakhukhan?" tanya Jiang Feng. Dia terlihat sangat ketakutan.
Terlihat sedikit lelukan di bibir pria itu, "Bagian ini harus dipotong sebagai hukuman telah memaki ibuku dan aku!?" langsung saja Yohan mengiris lidah pria itu dengan belati yang menusuk perutnya.
"Aaahhh!?"
Karena sudah tidak tahan lagi Jiang Feng berniat ingin menyerang Yohan dengan jurus apapun yang dia punya. Namun sebelum itu terjadi…
Jleb
"Dan tangan kanan, yang dengan lancangnya memberiku pukulan."
Yohan menusuk tangan kanannya dengan belati hingga menusuk dalam ke tanah. Sebuah jeritan ditahannya karena lidahnya sudah di iris. Masih belum menyerah dia menggunakan tangan kirinya, namun lagi lagi sebuah benda tajam menusuk tangannya lagi.
"Lalu tangan kiri, yang telah berani menunjuk sampah untuk mencambukku."
'Sial!? Apa orang gila ini membawa lebih dari satu belati? Apa aku akan mati oleh orang miskin sepertinya?' pikir Jiang Feng.
Tapi tidak sampai pada saat itu saja, ia memberi tusukan yang terakhir pada bagian tengah bawah tenggorokan pria itu. Darah muncrat ke arahnya, membuat wajanya kotor karena darah. "Dan yang terakhir, nafasmu!?" ujarnnya setelah membunuh Jiang Feng.
tes tes tes
Yohan membawa kepala Jiang Feng ke hadapan makam Daoyun dan meletakkannya diatas tanah kuburan yang masih basah. Dan sekarang tambah basah karena darah. Ia tak bicara apapun dan hanya melihat sayu nisan wanita itu. "Eh?"
Tiba tiba setetes air menetes di pipinya. Sedih tetaplah sedih. Meskipun sekarang dirinya berpura pura tegar, tapi kenyataannya dirinya tetap sedih. 'Kupikir aku sudah menjadi kuat setelah membunuh seorang praktisi. Tapi sepertinya aku masih cengeng, ibu!? Kalau begini ibu pasti khawatir tidak ada wanita yang menyukaiku.'
...***...
"APA? ANAKKU MENINGGAL?!" Teriak kencang kepala keluarga utama keluarga Jiang, Jiang Jierui. Dia segera berlari menuju gerbang utama. Disana dia mendapati ada banyak orang berkerumun.
Tahu jika kepala keluarga datang mereka segera menyingkir dan memberi jalan Jiang Jierui untuk melihat jasad putranya, Jiang Feng.
Terlihat tubuh dengan kepala yang terpisah. Disampingnya ada Jiang Suwan, adik perempuan Jiang Feng dan ibunya yang bernama Jiang Meilian. Mereka menangis karena anak mereka pulang dengan kepala terpotong.
"SIAPA YANG MEMBUNUH ANAKKU?" Tanya Jiang Jierui dengan amarah yang menggebu gebu.
"T Tuan, ini hanya prasangka ku saja. Tapi beberapa hari yang lalu tuan muda dan dua temannya membakar rumah seorang anak miskin di pinggir kota. Beberapa saksi mata juga melihatnya. Tapi aku sudah membuat mereka untuk tutup mulut. Dan sepertinya anak miskin itu kehilangan ibunya yang meninggal karena kebakaran. Jadi…" Pelayan itu ragu untuk melanjutkan kata katanya karena melihat Jiang Jierui menatapnya tajam.
"Jadi maksudmu bocah miskin itu membunuh anakku?" Tanya Jiang Jierui.
"I iya, Tuan."
"Siapa dan dimana dia sekarang?" Tanyanya lagi.
"Namanya adalah Liu Yohan, menurut kabar yang ku dengar dia akan memasuki akademi Qing Luo." Jawab pelayan itu.
"Liu Yohan, aku akan mengingat nama ini karena telah membuat anakku tewas." Ujarnya penuh kebencian didalamnya.
...***...
Hari pertama penerimaan murid baru Akademi Qing Luo.
Didalam kelas tertata rapi, ada banyak juga murid murid berusia lima belas sampai tujuh belas yang mendaftar masuk. Disini semuanya tidak dibeda bedakan. Mereka semua dianggap sama. Makanya pendaftaran gratis tanpa dipungut biaya. Yang membedakan hanyalah bakat dan kekuatan yang mereka miliki.
Disalah satu meja paling belakang yang paling ujung kanan, duduk seorang pria tampan berbaju hitam, berambut hitam lebat panjang, disertai mata merah yang cocok untuknya. Yohan akhirnya memutuskan untuk memasuki Akademi Qing Luo. Awalnya ia berpikir untuk mengakhiri hidupnya saja, tapi dirinya tidak seidiot itu sampai harus bunuh diri. Setidaknya ia ingin mencari hal menarik yang menbuatnya semangat menjalani hidup.
Akhirnya setelah beberapa hari berselang kematian ibunya, ia memutuskan untuk menjadi kuat. Meskipun berat, tapi Yohan mencoba untuk melihat dunia dari sudut pandang lain.
"Sshut, lihat itu! Bukankah anak laki laki yang ada dibelakang sangat tampan?" Ujar seorang gadis yang duduk disamping temannya.
"Kau benar, dia sangat tampan. Apa dia dari keluarga bangsawan? Dilihat dari cara duduknya yang tegak sepertinya dari keluarga besar." Ujar gadis lain yang duduk di tengah.
Tidak lama ada gadis cantik lain yang datang menghampiri Yohan dan membuat kedua gadis itu penasaran, "Bukannya dia Qin Qiu? Anak dari asosiasi petarung? Kenapa dia menghampiri si tampan itu?"
"Apa mungkin mereka memiliki hubungan? Kalau iya aku akan sangat kecewa."
Qin Qiu tersenyum miring melihat kekecewaan kedua gadis yang terus memperhatikan Yohan. Lalu dia kembali melihat Yohan, "Aku ikut sedih mendengar kematian ibumu. Tapi kau jangan sedih terlalu lama, aku akan menemanimu sampai bisa masuk ke sekte terkenal." Sautnya yang juga memberikan senyum terbaiknya untuk Yohan.
Tapi pria itu hanya menatap dingin gadis itu tanpa ada ekspresi apapun. Tidak lama datang seorang guru ke kelas mereka.
"Sepertinya aku harus kembali ke tempat duduk. Oh, aku duduk disampingmu!? Kau bisa bertanya padaku jika perlu." Ujarnya yang duduk disamping Yohan.
"Selamat datang di Akademi Qing Luo!? Pertama tama aku akan menyampaikan kalau status kalian di luar sana tidak akan dihargai disini. Kalian harus membuktikan sendiri seberapa besar nilai kalian di mata para guru disini. Dan untuk menunjukkan nilai itu, kalian akan belajar selama enam bulan.
Tingkatkan kultivasi kalian dan serap semua yang kami ajarkan!? Setelah enam bukan kalian akan di uji seberapa banyak kalian bisa mengambil ilmu yang kami berikan. Baiklah, itu saja yang ingin ku katakan. Dan sekali lagi selamat telah bergabung di Akademi Qing Luo!?" Institut itu pergi setelah memberi sambutan dan pemberitahuan.
Qin Qiu kembali melihat Yohan dan berbicara padanya, "Ini hari pertama jadi mereka tidak akan mengajarkan apapun. Apa kau mau berkeliling akademi bersamaku?" Tanya Qin Qiu. Tapi Yohan tidak mempedulikannya dan hanya fokus pada pikirannya sendiri. Gadis itu mengerucutkan bibirnya karena tidak dipedulikan. "Hei, apa kau mendengarku?" Panggilnya mengagetkan Yohan tepat dihadapan wajahnya.
Terlihat raut tidak senang diwajah Yohan, "Apa?" Tanyanya dingin.
"Apa kau mendengar apa yang kukatakan?" Tanya Qin Qiu.
"Ya, aku mendengarnya." Jawabnya.
"Kalau begitu apa kau mau berkeliling akademi bersamaku?" Lanjut Qin Qiu.
"Aku bisa melakukannya sendiri." Jawabnya sekali lagi sembari bangun, lalu pergi keluar kelas.
Jawaban dingin Yohan membuat wajah sebal di wajah cantik gadis itu. Dia sepertinya tidak ingin menyerah begitu saja, sebab dari belakang gadis itu tetap mengikuti Yohan seperti buntut meskipun yang diikutinya berjalan entah kemana.
Tapi tiba tiba Yohan menghentikan langkahnya membuat gadis didepannya menabrak dirinya.
Bruk!?
"Ah, kenapa kau tiba tiba berhenti?" Tanya Qin Qiu melihat Yohan.
Pria itu menunjuk ke depan memperlihatkan sesuatu, "Ada mayat disana!?" Ujarnya dengan wajah biasa saja.
Sontak Qin Qiu langsung kaget ketika melihat seorang mayat dengan tubuh terpotong rapi yang ada di hadapan mereka. "Kyaaa!?" Dia langsung berteriak ketakutan melihat kondisi mayat itu yang mengerikan.
'Berisik sekali!?' Pikir Yohan terganggu dengan teriakan Qin Qiu. Dirinya berjalan mendekati mayat tersebut. Tapi gadis itu menahan tangan Yohan dan menggelengkan kepalanya. "Kau pergilah dan laporkan mayat itu ke salah seorang guru disini." Ujar Yohan ingin menjauhkan gadis ini darinya.
"T tapi bagaimana denganmu?" Tanya gadis itu cemas.
"Aku akan baik baik saja."
"K kalau begitu aku akan segera kembali." Qin Qiu pergi meninggalkan Yohan untuk memberi tahu guru.
Yohan sendiri mendekati mayat tak berbentuk itu. Ia mencolek darah mayat tersebut seperti mengecek sesuatu, 'Ini masih hangat, artinya dia belum lama mati. Disekitar sini juga ada sedikit jejak pertarungan, meskipun sudah ada beberapa yang dihapus. Itu artinya…' Pikir Yohan. Tidak lama ada seseorang dibelakangnya yang mengenakan pakaian serba hitam dan memakai topeng setengah wajah. Pria itu menghunuskan pedang bersiap membunuh Yohan dari belakang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Firman Hidayat
mantab
2024-04-17
0
hmmm
2023-12-19
1