1 TAHUN KEMUDIAN
Duak duak buk duak
Didalam hutan tampak tiga orang pemuda memukul satu orang yang meringkuk di tanah, "Ayo pukuli dia lebih keras!? Kita lihat seberapa kuat dia bertahan!?" ujar seorang anak bernama Jiang Feng. Salah satu putra keluarga besar Jiang, keluarga pendiri kekaisaran. Dia dan teman temannya sedang memukuli seorang pemuda yang lebih muda dari mereka.
Pemuda itu bernama Liu Yohan. Mereka suka sekali mengganggu Yohan setiap saat. Tidak tahu kenapa, tapi Jiang Feng selalu kesal setiap kali melihat Yohan. Tanpa ada yang disinggung tau menyinggung yang pasti dia tidak menyukai kehadiran Yohan. Bahkan bernafas di udara yang sama dengannya adalah sebuah hal yang menjijikan layaknya kotoran.
Liu Yohan, seorang remaja lima belas tahun dengan tinggi seperti usia delapan belas dan memiliki paras tampan. Rambutnya hitam lebat panjang, bermata merah darah, alis yang hitam dengan lengkungan sempurna, hidung mancung, kulit yang putih meski sedikit pucat, dan pesona yang tidak akan bisa ditolak. Mungkin karena itu gadis bernama Qin Qiu menyukainya dan malah Yohan yang disangka menggodanya. Akhirnya menyulut emosi Jiang Feng yang menyukai Qin Qiu.
Dia menatap Yohan dengan benci seakan memiliki dendam kesumat. ''Dasar tidak tahu malu!? Berani sekali kau menggoda Qin'er!? Dia itu wanitaku mengerti? Dasar sok ganteng!?" ejeknya. Tidak lama dia melihat ada balok kayu besar dipinggir pohon. "Kalian pegangi dia!?"
Kedua bawahan Jiang Feng memegangi tangan Yohan. Sedangkan Jiang Fengyan sendiri sudah datang membawa balok kayu panjang.
Melihat Itu Yohan terbelalak kaget dengan apa yang dipegang Jiang Feng. "J Jiang Feng, aku sungguh tidak pernah menggoda Qin Qiu. Kau jangan memukulku dengan itu, aku bisa mati!?" ujarnya takut. Matanya bergetar ketakutan melihat balok kayu yang masih ada paku di pinggirnya.
Terlihat senyum senang diwajah Jiang Feng, "Ha ha ha ha ha bukannya itu bagus? Lagipula kau hidup tidak ada gunanya. Dari pada menjadi sampah lebih baik menjadi pupuk tanaman!? Yah, setidaknya hidupmu ada gunanya sedikit." ujarnya tanpa hati. Dia berjalan ke pinggir Yohan.
Duak!?
"Ukh!?"
Pukulan pertama, semua paku langsung tertancap di punggungnya. Yohan menggeraskan rahangnya untuk menahan rasa sakit yang luar biasa ini. Dan saat balok kayu itu di angkat benar benar terasa sakit.
Duak!?
Pukulan kedua, punggungnya mulai mengeluarkan darah dan ia masih menahannya tanpa berteriak.
Duak duak
"Ukh!? Hikh!?"
Pukulan pukulan yang lain menyusul membuat siapapun tidak akan mau malihatnya. Kedua orang yang menjagal Yohan sebenarnya ada rasa kasihan, tapi disaat yang bersamaan mereka juga senang melihat Yohan kesakitan.
Beberapa waktu berlalu, Jiang Feng membuang balok kayu ditangannya. Kedua orang itu juga melepas tangan Yohan.
Bruk
Yohan jatuh tengkurap dengan punggungnya sudah dipenuhi luka dan darah. Bajunya juga sudah sobek sobek. Nafasnya terlihat sangat pelan seperti akan hilang. Tapi matanya masih sedikit terbuka.
"Apa dia benar benar mati?" tanya Xituo, salah satu bawahan Jiang Feng.
"Jika dia mati apa yang harus kita lakukan?" tanya Caituo, juga salah satu bawahan Jiang Feng.
"Ck, apa yang kalian pusingkan? Kita kirim saja dia ke ibunya yang miskin itu!?" jawab Jiang Feng berdecak sebal melihat kedua bawahannya yang terlalu bodoh.
"Tapi, bagaimana jika Ibunya melapor pada ayahmu?" Tanya Xituo.
"Kalau begitu kita bakar saja rumahnya juga sebelum dia sebelum melapor ke ayah!? Beres kan? Atau kita tinggalkan saja sampah ini disini. Biarkan binatang buas memakannya." ujar Jiang Feng dengan senyum jahatnya.
Kedua bawahannya juga tersenyum jahat sama seperti ketuanya. Mereka berjalan pergi meninggalkan Yohan yang mendengar semua yang mereka katakan. Tangannya mengepal erat diatas tanah dengan kekejaman ketiga orang itu. Seandainya dirinya memiliki kekuatan besar maka tanpa pikir panjang ia akan langsung membunuh mereka. Apalagi mereka sudah menghina ibunya. 'Aku akan menjadi kuat!? Dan membuat kalian berlutut!?' pikirnya dengan mata merah dingin yang menakutkan.
Mereka bertiga pergi tanpa menoleh ke belakang. Dengan tawa lucu yang mereka candakan. Tanpa hati meniggalkan Yohan sendirian dengan luka yang membuat pemuda itu sekarat.
Yohan berusaha bagun, ia menyeret tubuhnya sendiri menuju pohon di sampingnya. Lalu bersender meskipun rasa perih serta nyeri selalu hadir di punggungnya. Tiba tiba dadanya terasa sakit, "Uhuk uhuk uhuk?!" dia menutupi mulutnya yang mengeluarkan batuh darah. Bukan karena Jiang Feng dan kawan kawan, melainkan karena tubuhnya yang lemah. Jadi, tidak hanya dirinya selalu jadi bahan bulian Jiang Feng, ia juga harus sakit sakitan dengan tubuh yang lemah. "Sialan…sialan…" gumamnya pelan. Setiap hari paru paru nya terasa sakit, nafasnya sesak, dan tubuhnya terasa berat meskipun dirinya sudah sekurus ini.
Dirinya tidak merasakan hidup tidak juga merasakan mati. Kalau seperti ini lebih baik ia mati saja.
...***...
Dari kejauhan terlihat seorang pemuda berjalan dengan kaki pincang. Darah di punggungnya menetes membuat siapapun ngeri melihatnya. Sekarangpun semua orang terus menatapnya tanpa ada yang bertanya 'apa kau baik baik saja?' atau 'biar aku membantumu!' mereka hanya melihat tanpa melakukan tindakan. Mereka sudah tahu apa yang terjadi dengan Yohan. Akan tetapi meskipun mereka tahu, mereka tidak berani melawan seseorang yang berkuasa.
Atau…
Mereka memang tidak ingin menolongnya? Sebagian dari mereka menatapnya sinis, sebagian menatapnya curiga, dan sebagian lagi menatapnya tajam. Ada banyak tatapan tidak mengenakkan yang ditujukan padanya. Liu Yohan. Anak berusia lima belas tahun yang dibenci oleh seorang anak bangsawan dari keluarga Jiang, juga dibenci oleh desanyanya sendiri. Itulah Liu Yohan. Tapi dia masih berjalan tegap tanpa mempedulikan tatapan tatapan kebencian yang diterimanga. Sungguh, dia seseorang yang kuat meskipun tubuhnya lemah.
"Aku pulang!?" Ujar Yohan pulang ke rumahnya. Matanya terbelalak kaget ketika mendapati ibunya terduduk dilantai, "Ibu!?" Ia segera menghampiri Ibunya yang bernama Daoyun.
Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat lemah. "Hm? Yohan, kau sudah pulang?" Tanya Daoyun melihat Yohan dengan senyumannya.
"Sudah kubilang, ibu seharusnya diam saja ditempat tidur. Bagaimana jika ibu kenapa napa? Kalau ibu tetap seperti ini aku takut…" dirinya terlihat sangat panik memikirkan semua kemungkinan dimasa depan. Jika Daoyun tidak ada, dirinya akan sendirian. Tidak akan ada yang peduli padanya lagi. Karena semua orang jelas membencinya.
"Iya iya, kau jangan berlebihan seperti itu. Aku hanya tersandung saja. Yang lebih mengkhawatirkan adalah Han'er, apa kau diganggu lagi oleh mereka?" tanya Daoyun balik setelah melihat tubuh Yohan yang penuh darah dan juga beberapa bagian tubuh yang membiru.
Yohan melihat kearah lain sembari berkata, "Aku baik baik saja, ini hanya luka kecil." jawabnya santai tapi sebenarnya gugup. Dia khawatir kalau ibunya jadi cemas karena dirinya.
Daoyun tahu kalau luka Yohan bukanlah luka kecil. Dia melihat tubuh anak itu yang semakin kurus, terlihat bekas darah di sekitar mulutnya, dan garis hitam di sekitar matanya semakin jelas terlihat. "Aku tidak habis pikir. Kau mencemaskan orang lain saat kondisi tubuhmu juga terluka, haihh…" dia menghela nafas panjang. Tapi karena dia sudah sangat paham dengan sifat Yohan maka lebih baik mengikuti keinginannya, "Baiklah, kalau begitu bisakah Han'er membantuku berdiri?" Tanya Daoyun dengan lembut.
"Iya!?" jawab Yohan antusias. Setelah itu Yohan membantu Daoyun berdiri.
Setelah itu Yohan membersihkan luka lukanya sendiri dengan air hangat. Terasa perih dan menyakitkan. Lukanya kali ini mungkin akan sembuh agak lama. Dirinya sangat malang mendapatkan musuh dari keluarga bangsawan. Tiba tiba tangan seseorang membantu mengelap darah di punggungnya. Yohan menengok ke belakang dan melihat Daoyun sudah membantunya.
Yohan terlihat cemas ketika Daoyun ingin membantu membersihkan lukanya. "Ah, ibu, aku bisa melakukannya sendiri." ujar Yohan pelan. Ia tidak ingin membiarkan Daoyun tahu luka lukanya.
"Sudahlah, biarkan aku membantumu sedikit!?" Kini nada suara Daoyun terdengar garang.
Karena Daoyun begitu kekeh ingin membantunya mau bagaimana lagi. Setelah itu Yohan mengusap lengan kanan dan kirinya.
"Maafkan aku." terdengar suara yang ngilu dari Daoyun. Suara seseorang yang menahan tangisnya. Dia terdengar seperti seseorang yang benar benar merasa bersalah. Bahkan terasa tangan Daoyun yang gemetar mengelap lukanya.
Tanpa berkata kata Yohan berbalik dan memeluk Daoyun. Mengusap usap punggung belakangnya seperti menenangkan seorang bayi. "Tidak apa apa, ini bukan salah ibu. Dan, aku baik baik saja." ujarnya memangkan Daoyun. Bohong jika dirinya baik baik saja. Luka yang sebanyak dan separah ini membuat tubuhnya terasa berat dan panas. Tapi melihat Daoyun yang terlihat lebih kesakitan dari dirinya, ia mengurungkan niat menunjukkan seberapa sakit dirinya saat ini.
Setelah semua itu Yohan membalut luka lukanya dengan kain putih lusuh yang terlihat ada sedikit bekas darah. Dengan olesan obat seadanya.
Bruk
Ia membaringkan tubuhnya diatas kotak panjang beralas kain coklat yang cukup untuk tubuhnya. Semua dunia terasa berputar di matanya. Tubuhnya terasa sangat panas, seperti dibakar di atas arang membara. Nafasnya terasa sangat sesak padahal tubuhnya kurus begitu. Dalam pikirannya yang kacau saat ini ia malah melihat seorang wanita cantik berbaju hitam, baju yang dikenakannya terlihat mahal dan berkualitas tinggi. Hanya para bangsawan yang bisa membeli baju seperti itu. Rambutnya panjang melebihi pinggul, dengan hiasan jepit rambut bunga di rambutnya. Matanya berwarna emas dengan garis lurus di tengahnya. Kulitnya putih mulus dan wajahnya kecil dengan bibir yang tipis. Dia wanita tercantik yang pernah dilihatnya.
"Siapa?" tanya Yohan pelan. Dirinya ingin bangun namun tubuhnya terasa berat.
Wanita itu tidak menjawab pertanyaan Yohan. Tiba tiba Daoyun datang dengan membawa baskom berisi air hangat. Dia memeras kain untuk mengompres Yohan. Dia sangat pengertian.
"Ibu, siapa wanita yang disana?" tanya Yohan sembari menunjuk ke arah wanita tersebut.
Tapi Daoyun mengerutkan tengah alisnya, dia melihat arah yang ditunjuk Yohan. Namun tak ada seorang wanita pun disana. "Tidak ada siapapun disana." jawab Daoyun.
Yohan lebih kaget mendengar jawaban Daoyun, "Tidak mungkin, dia disana!? Sekarang dia kemari, dia menuju ke arah ku." ujarnya terdengar sangat meyakinkan dan wajahnya terlihat ketakutan.
Tiba tiba Daoyun memegangi kedua pipi Yohan untuk melihat tepat ke matanya, "Tenanglah, tidak ada siapapun disana. Han'er sedang demam tinggi jadi mungkin itu hanya halusinasimu saja. Lihat? Panasmu seperti api sekarang." ujar Daoyun mebenangkan Yohan. "Sekarang apa wanita yang kau lihat masih ada?" tanyanya.
Ajaibnya wanita itu hilang. "Tidak ada."
"Benarkan?! Itu hanya halusinasimu. Jika kau melihat halusinasi lagi maka abaikan saja." ujarnya sembari mengelus rambut Yohan yang terasa halus.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
first comment
2023-12-19
0