Orang tua adalah harta berharga dalam setiap kehidupan dan tujuan utama dalam setiap perjuangan, hargailah dan muliakanlah mereka sebelum Allah memberimu takdir yang mengajarkanmu Apa Itu Arti Kehilangan.
•
"Dokter!"
Suara teriakan Robby bergema di koridor rumah sakit tersebut, dia tampak panik membawa Mama Reni dalam gendongannya sementara Glenca ikut di belakangnya.
"Dokter! Tolong!"
Robby kembali berteriak sehingga membuat seorang dokter beserta tim medis langsung berlari menghampiri Robby.
"Tolongin Mama saya, Dok," ujar Robby panik.
"Bapak tenang dulu, Suster tolong ambil bangker pasien dan siapkan ruangan sekarang," ujar dokter tersebut pada suster disana.
Tak lama kemudian beberapa suster datang membawa bangker rumah sakit dan menidurkan Mama Reni disana, setelahnya mereka semua membawa Mama Reni masuk ke salah satu ruangan.
"Bapak tunggu disini saja, kami akan segera menangani Mama Reni," ujar dokter tersebut yang membuat Robby terdiam didepan pintu ruangan itu.
Robby berjalan mondar-mandir dengan frustrasi didepan ruangan tersebut, Glenca yang melihat itu meraih lengan Robby dan berusaha menenangkannya.
"Sabar yah, aku yakin Tante Reni gak bakal kenapa-napa kok," ujar Glenca mengajak Robby untuk duduk disana.
"Semoga aja si Tua itu meninggal nyusul suaminya, jadi gak akan ada lagi yang gangguin dan halangin hubungan aku sama Robby," batin Glenca tersenyum sinis saat dia memeluk Robby.
Robby benar-benar frustrasi melihat kondisi Mama Reni, terlebih saat ini Robby hanya memiliki sisi Mama Reni dalam hidupnya, karena dia adalah anak tunggal.
Lama dalam kondisi menunggu kepastian oleh dokter yang menangani Mama Reni, akhirnya dokter tadi keluar yang membuat Robby dan Glenca segera berdiri.
"Dok? Mama saya gimana?" tanya Robby berusaha menanyakan kondisi Mama Reni.
"Ibu Reni tidak apa-apa, hanya serangan jantung ringan, dan beliau sudah siuman," jelas dokter tersebut kepada Robby.
"Alhamdulillah," Robby bernapas lega saat mengetahui bahwa keadaan Mamanya baik-baik saja. "Apakah saya bisa menemuinya Dok?"
Dokter tersebut mengangguk, Robby dan Glenca segera masuk kedalam ruangan itu untuk menemui Mama Reni yang telah siuman, Robby langsung berjalan menggenggam tangan Mama Reni.
"Mama? Mama gapapa kan?" tanya Robby pada Mama Reni yang terdiam.
"Siapa kamu!" Mama Reni menepis tangan Robby.
Robby dan Glenca tersentak. "Mama, maafin Robby."
"Sudahlah! Buat apa kamu minta maaf kalau kamu masih menjalin hubungan dengan wanita itu, kamu bahkan sudah melukai hati seorang ibu yang mengandungmu sembilan bulan demi seorang wanita yang menurut kamu baik," ujar Mama Reni. "Mama kecewa sama kamu Robby, Mama merasa bersalah sama Papa kamu, Mama rasanya ingin menyusul Papa saja dan bicara dengan Papa kalau Mama sudah gagal mempertahankan hubungan rumah tangga anak kita."
Robby terdiam. "Maafin Robby Ma, tapi ini sudah keputusan Robby."
"Kejar semua keinginanmu Robby, kamu tidak perlu khawatir tentang Mama, lebih baik kamu keluar dari sini, kehadiran kalian berdua malah membuat Mama tambah setres dan sakit, atau kamu memang ingin Mama mati saja?"
"Maafin Robby,"
Robby menarik tangan Glenca dan berjalan keluar dari ruangan itu, setelah kepergian Robby, Mama Reni tampak menangis kecewa karena sudah mengingkari janji dengan almarhum suaminya agar pernikahan Robby dan Dikta selalu baik-baik saja.
"Suster? Bisa ambilkan ponsel saya, didalam tas?" pinta Mama Reni pada seorang suster yang sedari tadi didalam sana.
Suster tersebut mengangguk kemudian mengambil ponsel didalam tas Mama Reni, setelah memberikannya kepada Mama Reni, Mama Reni tampak menelepon seseorang yang ternyata adalah Dikta.
"Dikta? Mama masuk rumah sakit sayang, kamu bisa kan nemenin Mama disini?"
•
Robby dan Glenca masih duduk diruang tunggu sebenarnya Glenca sudah bosan disana dan ingin mengajak Robby pulang saja tapi Robby tidak mau dengan alasan ingin menjaga Mama Reni.
Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki panik yang berlari dari seorang wanita berhijab yang ternyata adalah Dikta.
"Bang Robby? Mama mana?"
Robby berdiri. "Mau apa kamu kesini?"
Dikta tidak menjawab, dia berusaha masuk kedalam ruangan Mama Reni namun ditahan oleh Robby.
"Jangan-jangan kamu yang memberitahu Mama Reni tentang aku menalak kamu sehingga kamu sengaja agar penyakit jantung Mama kambuh?" lanjut Robby menuduh Dikta. "Dasar kau wanita murahan! Lebih baik kamu pergi dari sini!"
Dikta terdiam, kalimat Robby benar-benar menusuk hatinya sehingga kini mata Robby dan Dikta hanya saling bertemu pandang dengan Dikta yang menahan tangis.
•
•
•
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Jamayah Tambi
Jantan tak guna.Mama kamu yg menelepon Dikita
2025-02-16
0
Inooy
benar2 tuh mulut g bisa d jaga..kudu d jait ieu maah!!!!
heei air Rob, mama kamu tau krn denger obrolan kamu sama tuh ulet bulu, jangan main fitnah aj lo jd orang tuuuh..
jd kebawa emosi...😡
2024-09-01
2
Inooy
tuh kan bener, mulut berkata apa..hati mengharapkan apa....dasar wanita berhati busuk kauuu 😡😡😡
2024-09-01
0