"Kok nggak di jawab sih kak?..." Miranda merengek.
"Gimana mau jawab, Nadine saja menolakku mentah mentah." Pandangan mata Zain kosong, tiba-tiba saja ia merasa tidak percaya diri. Dia merasakan ada guncangan di bahunya, ternyata Miranda.
"Kak, kapan kakak menikah?...." Miranda membelai wajah Zain masih menuntut jawaban.
"Doakan secepatnya ya..." Zain tersenyum, tangannya membelai kepala Miranda.
"Mau naik kuda kudaan nggak?..." Zain mengalihkan pembicaraan dia menunjuk Turangga rangga atau merry go round yaitu wahana yang terdapat kuda dan bangku yang berputar-putar dengan kecepatan pelan, membujuk Miranda yang bersedih agar melupakan kesedihannya.
Gadis kecil itu tersenyum lebar dan sesekali melambaikan tangan saat melihat ke arah Zain.
Saat mata Zain berkeliling melihat sekitar, ia melihat kios penjual parfum. Yang katanya Nadine minyak bibit. Entah kenapa segalanya mengingatkannya pada Nadine.
Zain berjalan ke kios tersebut, matanya berkeliaran mencari merk parfum yang waktu itu Nadine sebutkan. Nama merk-nya saja sudah bikin pusing.
"Cari apa mas?..." Gadis Penjual parfum tersenyum manis pada Zain, dia terkesima dengan penampilan dan ketampanan Wajah Zain. Wajahnya begitu tampan, terpahat begitu sempurna.
"Parfum..." Zain menoleh ke kanan melihat Miranda yang masih asyik dengan komedi putarnya."Harajuku love, Kenzo down, Avril..." Lanjut Zain. Dia sedikit ragu untuk mengucapkan merk terakhir, apakah benar benar ada parfum 'Selamat tinggal sayang.'
Penjual toko tersebut mengambil semua merk parfum yang Zain sebutkan. Zain menoleh ke kanan, terlihat Miranda di turunkan oleh penjaga komedi putar Turangga rangga. Zain melambaikan tangan, Miranda pun menghampirinya.
"Ada lagi mas yang mau di pesan?...."
"Apakah ada parfum selamat tinggal sayang?..." Ragu ragu Zain bertanya.
"Kalau parfum selamat tinggal ada, tapi nggak pakai sayang." Si penjual tersenyum menggoda, dia pikir Zain sedang menggodanya.
"Ini beneran parfum selamat tinggal sayang." Zain yang masih sangsi kembali bertanya, menunjukkan botol parfum yang ada di tangannya.
"Itu namanya parfum selamat tinggal." Jawab penjaga kios.
Zain menghirup satu persatu aroma parfum yang menguar dari dalam botol. Miranda pun mengikuti apa yang di lakukan oleh Zain.
"Kamu ngapain ngikutin kakak?... Mau beli parfum juga?..." Zain menunduk untuk melihat Miranda.
"Iya..." Miranda mengangguk.
"Mbak bisa di oplos jadi satu?..." Zain bertanya dengan mata yang masih tertuju pada botol parfum.
"Bisa mas." Zain menyerahkan botol parfum pilihannya pada penjaga kios.
"Aku ambil yang ini kak..." Miranda menyodorkan botol parfum pilihannya pada Zain.
"Berapa semua?...."
"Semuanya 140 ribu." Zain memberikan 2 lembar uang ratusan ribu.
"Kembaliannya ambil saja."
"Oya, di situ ada nomor telepon saya." Ujar gadis penjaga toko, tapi Zain tak menghiraukan.
Zain dan Miranda berjalan mengelilingi pasar malam, Miranda membeli kembang gula dan memakannya sambil berjalan. Tangan kiri Zain menuntun Miranda, tangan kanannya membawa oleh-oleh makanan ringan. Sedangkan mainan dan baju yang di belinya, akan di kirim oleh pemilik toko ke alamat rumah Bi Nurul.
"Kak...."
"Hemmmm...."
"Kakak mau nikah sama siapa?..."
"Sudah malam, yuk kita pulang." Zain melangkahkan kaki keluar dari pasar malam menuju parkiran.
Zain melajukan motornya, entah kenapa dia malah berputar melewati jalan sedikit lebih jauh menuju Cafe tempat Nadine bekerja. Melihat cafe tersebut dari jarak jauh saja sudah membuat jantungnya berdegup tak karuan. Apalagi bertemu sang pemilik hati.
Zain melewati Cafe tersebut, dia melihat Cafe sudah tutup. Keberuntungan ternyata masih berpihak pada Zain, dilihatnya Nadine sedang menunggu. Mungkin menunggu angkutan umum atau ojek online.
"Miranda pura pura ngantuk ya?..."
"Kenapa kak?..."
"Itu ada kakak ipar kamu."
"Yang mana?..."
"Itu." Zain menunjuk Nadine yang terlihat sedang menunggu di bawah halte bersama dengan beberapa orang.
"Ok siap." Tak di sangka Miranda tiba tiba merebahkan kepalanya di atas tangannya yang bertumpu di atas motor, kemudian dia menutup mata.
"Ya ampun, jahat sekali aku. Mengajari anak kecil berbohong." Gumam Zain dalam hati.
"Ciiiiiiiiittttttt..." Motor berhenti tepat di hadapan Nadine.
"Ayo, aku antar pulang." Zain membuka kaca helm teropongnya.
"Tapi kak, aku udah pesan ojek online." Tolak Nadine bersamaan dengan datangnya ojek online pesanannya.
"Dengan mbak Nadine." Seorang pengemudi ojek online bertanya.
"Iya." Jawab Nadine seraya berdiri.
"Dia nggak jadi naik, pak." Ujar Zain tanpa persetujuan dari Nadine. Ia mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan uang untuk di berikan pada pengemudi ojek online tersebut.
"Miranda bangun." Setelah Miranda bangun dia menyerahkan Miranda pada Nadine untuk di gendong. Ternyata Miranda benar-benar tertidur.
"Ini, bisa nggak kamu gendong?..."
"Dia siapa kak?..." Nadine bertanya setelah Miranda ada di gendongannya.
"Calon anak kita." Jawab Zain to the point.
"Hah...." Nadine melongo.
"Sudah jangan banyak tanya. Cepat naik." Nadine pun menurut dan duduk di belakang Zain dengan memangku Miranda.
Motor melaju dengan kecepatan pelan, kini Miranda benar-benar tertidur pulas di dalam pelukan Nadine yang terasa begitu hangat seperti pelukan seorang ibu. Hati Zain benar-benar terasa damai berada di dekat Nadine. Mereka bertiga menikmati dinginnya angin malam yang membelai lembut.
Motor pun sampai di tempat tujuan, Zain memarkir motornya tepat di depan rumah Iqbal kemudian turun dan mengambil Miranda yang terlelap dalam dekapan Nadine.
Zain dan Nadine melangkah masuk beriringan.
"Nadine..."
"Iya kak..." Nadine mendongak untuk melihat Zain.
"Bisa kamu temani Miranda tidur?..."
"Emmm...." Nadine nampak berpikir.
"Harus bisa.... Ku tunggu di kamarku." Zain sudah memutuskan. Zain melirik Nadine yang mengerucutkan bibirnya.
Zain merebahkan tubuh Miranda di atas ranjangnya.
Setelah Nadine membersihkan dirinya dan berganti pakaian, dia pergi ke kamar Zain, dia berdiri di depan pintu yang masih tertutup rapat.
Nadine mengetuk pintu kamar Zain, tak menunggu lama, Zain sudah membuka pintu.
Zain berdiri di depan pintu dengan rambutnya yang masih basah. Keduanya sama-sama diam, berdiri mematung. Mata Zain tak mau berpaling dari wajah cantik Nadine.
Sedangkan Nadine, memperhatikan rambut basah Zain kemudian beralih ke wajah yang terlihat menawan. Jujur saja, walaupun Zain sangat menyebalkan tak dapat di pungkiri Zain sangat lah tampan.
"Hey, kalian berdua sedang apa?..." Suara bariton Iqbal memutus kontak mata mereka. Nadine segera menunduk begitu pun Zain.
"Jangan bermaksiat di rumah ku." Lanjut Iqbal.
"Maaf tuan..." Jawab Zain dan Nadine bersamaan. Membuat keduanya tersenyum karena kompak.
"Masuklah..." Ujar Zain setelah Iqbal pergi.
"Kakak keluar dulu."
"Oh iya, tunggu di sini sebentar." Ucap Zain kemudian masuk dan keluar dengan kantung plastik berisi martabak manis.
"Ini untuk mu." Zain menyerahkan martabak manis tersebut pada Nadine tapi Nadine menolak.
"Nggak usah kak terimakasih."
Zain meraih tangan Nadine dan menjejalkannya ke tangan Nadine kemudian pergi.
***
Kak tolong bantu dukung novel ini ya kak dengan memberikan bintang 5 🌟.... cukup tekan aja seperti di bawah. Gratis kok.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Nana
semoga Zain berjodoh sm Nadine amin
2022-08-04
2
Nurmalia Irma
thooor..akumah malah salfok sama parfum thoor..beneran ga tuh dioplos gitu wanginya jadi enak..blm pernah soalnya aku 😁
trs itu yg iklan sinopsis ceritanya kayaknya sama ceritanya sama ini thoor 🤔
2022-07-05
0
M Dewi
thor...sampai saat ini aq blm jelas...siapakah itu Miranda ?
2022-05-06
0