Beberapa saat kemudian Nadine kembali menghampiri meja Zain, dia meletakkan makanan dan minuman pesanan Zain di atas meja.
"Silahkan menikmati...."Ucap Nadine lirih, entah kenapa suaranya terdengar begitu menggoda di telinga Zain.
Zain tak langsung memakan hidangan yang sudah tersaji di hadapannya. Dia malah merekam segala aktivitas Nadine lewat Hpnya.
Zain melihat sekeliling, banyak mata lelaki yang memperhatikan Nadine. Ya jelas saja, Nadine cantik wajar jika dia menjadi pusat perhatian. Zain tak rela Nadine jadi tontonan gratis.
Sekilas dia melihat sosok Dion yang baru saja keluar dari Cafe, tapi entah lah... Dia juga tidak yakin jika itu Dion. Zain mulai memakan makanannya, tak lama kemudian Hpnya bergetar.
Ternyata Miranda, Zain segera menerima panggilan tersebut.
"Assalamualaikum..." Suara dari seberang.
"Wa alaikumsalam..." Jawab Zain.
"Kakak lagi di mana?... Kok berisik!!!..." Cafe saat ini sedang menyalakan audio music cukup keras, dengan lagu barat 'The day you want away'.
"Kakak lagi makan di Cafe..." Jawab Zain.
"Iiiiiihhhhh kakak pelit, nggak ngajak aku... Udah lama nggak ngunjungi aku. Aku kangen sama kak Zain." Zain tersenyum mendengar celoteh Miranda dari seberang.
"Iya, iya... Kakak ke sana sekarang... Kamu mau kakak bawain oleh oleh apa?..."
"Aku nggak mau oleh oleh... Maunya jalan-jalan, pilih oleh oleh sendiri..." Zain kembali tersenyum.
"Iya, kamu siap siap... Kakak datang, kita langsung berangkat."
"Ok, siap kakak... Tot tot tot...." Sambungan telepon terputus.
Zain kembali melahap makanan dengan segera, setelah piring dan gelas bersih, Dia memanggil waiters dan membayar menu yang di pesannya dengan beberapa lembar uang ratusan ribu.
"Kembaliannya untuk mu..." Ujar Zain.
"Terimakasih..." Waiters membungkuk hormat.
***
Setelah sampai di rumah sederhana, Zain memarkir motornya di depan pintu.
"Assalamualaikum..." Zain mengucapkan salam.
"Wa alaikumsalam...." Terdengar suara teriakan gadis kecil dari dalam kamar, dia keluar kamar dan berlari ke arah Zain yang berdiri. Zain berjongkok menangkap gadis kecil yang baru berumur 5 tahun ke dalam pelukannya.
Gadis itu mencium pipi Zain bertubi-tubi.
"Kakak, aku kangen.... Kakak udah nggak sayang aku lagi ya, udah 10 hari nggak ngunjungi aku." Miranda bicara tanpa spasi sambil menunjukkan 10 jari tangannya.
"Kakak juga kangen, tapi kakak sibuk..." Zain menggendong Miranda dan memangkunya setelah ia duduk di atas sofa.
"Kata bi Nurul kak Zain lagi jagain adik barunya Tante Rani ya...."
"Iya, Om Iqbal sibuk jaga adik barunya. Jadi kak Zain kualahan ngurus kerjaan di kantor. Maaf ya, kakak jadi nggak punya waktu untuk kamu." Zain mentoel hidung Miranda, gadis itu malah tertawa. Bi Nurul meletakkan secangkir teh di atas meja untuk Zain.
"Terimakasih." Zain tersenyum pada Bi Nurul.
"Sama sama Tuan."
"Miranda boleh lihat adiknya tante Rani?..." Gadis kecil itu bertanya.
"Boleh, tapi kapan-kapan saja ya. Sekolah kamu gimana?..." Zain menjawab sekaligus bertanya.
"Rajin dong... Nilai ku bagus semua... A,A,A 100, 100, 100...." Miranda turun dari pangkuan Zain dan berlari masuk ke dalam kamar tak lama kemudian dia kembali membawa tas dan buku. Miranda duduk di sisi Zain kemudian menunjukkan gambar dan tulisan tangannya yang rata rata mendapatkan nilai A dan 100.
"Wah, adikku memang pintar... Aku bangga padamu." Zain mengusap kepala gadis yang sudah berhijab itu.
"Kamu nggak gerah pakai kerudung terus." Iseng-iseng Zain bertanya.
"Kata ustadzah di pengajian, wajib bagi cewek menutup aurat. Miranda kan cewek, jadi harus nutup aurat dong... Kakak tau nggak artinya wajib?..." Miranda bertanya serius pada Zain.
"Nggak tahu, kasih tau dong!!!..." Zain pura pura tak tahu, ingin menguji kemampuan gadis kecil ceriwis yang ada di hadapannya ini.
"Kata ustadzah, wajib itu artinya apabila di kerjakan mendapatkan pahala jika di tinggalkan mendapatkan dosa." Miranda menjelaskan dengan rasa percaya diri.
"Kalau Nadine berhijab, pasti lebih cantik..." Zain tersenyum kemudian menggelengkan kepalanya, kenapa tiba-tiba dia teringat Nadine.
"Kak kok senyum senyum sendiri sih, lagi jatuh cinta ya?..." Miranda bertanya dengan polosnya.
"Iiiiiihhhhh kecil kecil kok udah tau tentang cinta." Zain kembali mentoel hidung Miranda.
"Kata temen ku kalau orang senyum senyum sendiri berarti dia sedang jatuh cinta." Ujar Miranda menatap Zain dengan serius.
"Kamu salah, kalau orang senyum senyum sendiri berarti dia gila."
"Berarti kak Zain gila dong...." Zain diam saja tidak menjawab.
"Ayo, berangkat. Katanya mau jalan-jalan biar nggak terlalu malam." Ucap Zain yang tak mau membahas masalah cinta pada gadis di bawah umur.
"Kita sholat isya' dulu kak, Miranda belum sholat."
"Baiklah, kita sholat jama'ah. Kakak juga belum sholat..."
Setelah melakukan ibadah sholat isya' berjamaah, Zain memasang jaket berwarna pink penuh bulu halus ke tubuh mungil Miranda kemudian memasang helm ke kepala gadis kecil tersebut.
Zain dan Miranda pergi dengan mengendarai sepeda motor. Sebab Miranda tidak bisa naik mobil, karena mabok. Dia akan muntah muntah jika naik mobil.
Miranda duduk di depan Zain, dia merentangkan tangannya di udara ala film Titanic dan tersenyum lebar seraya menghirup udara banyak banyak.
"Miranda, jangan kebanyakan gaya kamu." Zain mengeluh tapi bibirnya tersenyum melihat tingkah konyol Miranda.
"Udara di sini itu tidak sehat, banyak polusi udara. Bikin penyakit di paru paru." Imbuh Zain.
"Ini tuh lagi ngetrend kak di film..." Zain hanya menggeleng. Sepertinya Zain harus menasehati bi Nurul agar mengawasi setiap tontonan Miranda agar tidak salah memilih tontonan. Zain sendiri terlalu sibuk untuk mengurusi Miranda, maka dari itu sejak Zain mengadopsi Miranda, dia mempercayakan Miranda pada Bi Nurul.
Rumah bi Nurul tak jauh dari panti asuhan tempat Zain mengadopsi Miranda, lokasinya juga begitu dekat dengan Madrasah tempat Miranda menimba ilmu. Miranda tinggal bersama bi Nurul dan suaminya serta anak gadis yang baru berusia 15 tahun.
"Kak kita mau ke mana?..."
"Ke pasar malam...Mau???..."
"Horeee asyik ke pasar malam... Beliin Miranda mainan yang banyak ya kak. Beliin oleh oleh juga buat orang rumah ya kak...."
"Iya... Beli apa saja yang kamu mau."
Miranda memegangi tangan Zain begitu erat seperti anak ayam yang takut kehilangan induknya. Kakinya melangkah mengikuti langkah kaki Zain berpijak. Saat begitu banyak pengunjung yang berdesakan Zain akan menggendong Miranda.
Zain membawa Miranda ke sebuah warung bakso, dia memesan bakso spesial untuk Miranda.
"Kok cuma satu sih kak?... Kak Zain nggak makan?..." Miranda bertanya kepada Zain saat dirinya hanya mendapati 1 mangkok bakso di atas meja.
"Kakak udah makan sebelum jemput kamu." Jawab Zain.
"Tapi aku nggak enak hati kalau makan sendirian tapi kak Zain cuma Nonton." Ucap Miranda dengan wajah polosnya. Zain tersenyum mendengar celoteh Miranda kemudian membelai lembut kepala Miranda.
"Makan saat lapar, itu bermanfaat. Tapi tidak baik makan berlebihan sampai kekenyangan. Jadi kamu makan aja, nggak usah sungkan-sungkan, kakak udah kenyang." Jawab Zain.
"Kakak beneran nggak mau." Miranda masih bertanya, butuh kepastian.
"Iya..." Jawab Zain.
Setelah membaca doa sebelum makan, Miranda pun mulai menyantap baksonya, Zain memperhatikan pipi Miranda yang chubby tambah chubby karena terisi pentol bulat.
"Pelan pelan makannya." Ucap Zain lembut.
Setelah selesai makan, Zain mengajak Miranda berkeliling untuk mencari mainan. Benar saja, Miranda membeli begitu banyak mainan dan pakaian yang katanya akan ia bagikan untuk anak anak panti.
"Rajin sedekah ya kak biar rezekinya lancar dan barokah."
"Aamiin..."
"Semoga kak Zain bisa dapat jodoh Solehah yang bisa memberikan ketenangan hati dunia akhirat... Aamiin...."
"Memangnya Miranda ingin kakak menikah?..."
"Iya lah kak, Miranda kan pengen tinggal sama kakak. Tapi nggak di izinin sama bi Nurul, katanya nunggu kakak nikah dulu biar ada yang jagain aku. Kak Zain kapan nikah?... Cepat nikah ya kak, aku pengen tinggal sama kakak. Nanti setelah aku bagi bagi mainan dan baju, aku bakal minta doain ke teman-teman ku di panti biar kak Zain cepat nikah sama orang baik..." Meluncur satu tetes air mata dari mata bulat gadis kecil tersebut.
"Loh loh, kenapa nangis?...." Zain kebingungan ketika melihat gadis kecil itu meneteskan air mata.
"Aku sakit hati kak, aku punya teman yang nakal. Aku di katain anak buangan hasil perbuatan dosa, di lahirkan karena dosa. Makanya di buang di panti. Aku nggak mau tinggal sama bi Nurul lagi di dekat rumah bi nurul ada anak nakal, aku mau ikut kakak aja." Gadis itu semakin menangis sesenggukan.
Zain mendekap gadis mungil tersebut ke dalam pelukannya.
"Kamu jangan menangis lagi, kamu adikku. Dengarkan kakak." Zain melepaskan pelukannya kemudian menghapus linangan air mata Miranda dan merangkum wajahnya.
"Tidak penting siapa yang membuatmu menangis, tidak penting siapa orang yang meninggalkanmu dan tidak penting siapa orang yang menyakitimu, yang terpenting adalah orang yang selalu ada di sampingmu, yang menyayangi mu dan mencintai mu." Miranda mengangguk mendengar ucapan Zain.
"Ok, kakak tanya lagi sama kamu... Berapa anak yang nakal yang suka ngejekin kamu?..." Zain kembali bertanya. Terlihat Miranda sedang menghitung dengan jarinya.
"Empat..." Jawab Miranda menunjukkan 4 jarinya kecuali ibu jari.
"Kalau teman yang baik dan selalu ada untuk Miranda ada berapa?..." Zain kembali bertanya. Miranda kembali berhitung, jemari tangannya tak cukup, ia pun menghitung dengan jari kakinya.
"Jari-jariku nggak cukup kak buat menghitung." Jawab Miranda.
"Nah, berarti teman baik yang sayang dengan Miranda ada banyak. Jadi nggak usah perduli dengan yang julid. Hindari mereka, berteman saja sama yang baik."
"Kak Zain kapan menikah?..."
***
Jangan lupa like, vote dan favorit bagi yang belum atau lupa ya kak ....Heheheha
Asal banyak yang dukung author bakal rajin update.... Hihihihihihi perhitungan ya aku....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Nana
nikah nikah
2022-08-04
2
opie kayla
loh kok 5th thor. bkn nya wkt Zain SMP Miranda SD? Piye sih
2022-05-17
0
M Dewi
thor...siapakah miranda itu?
2022-05-06
0