"Plaaakk...." Nadine menepuk punggung Zain cukup keras."Iiiiiihhhhh ngeselin, terserah deh. Ngebut iya, pelan iya...." Lanjut Nadine, kemudian melipat kedua tangannya di dada, melengos ke samping.
Zain melirik spion, melihat Nadine yang cemberut dengan bibir mengerucut. Terlintas pikiran iseng di kepalanya.
"Kak..." Pekik Nadine yang hampir terjungkal ke belakang karena Zain mendadak menarik gas motornya. Refleks tangan Nadine berpegangan di bahu Zain.
Nadine dapat merasakan bahu Zain bergetar menahan tawa, senyumnya ia sembunyikan di balik helm teropongnya.
Nadine yang kesal, mengguncang bahu Zain cukup keras." Nyebelin, nyebelin, nyebelin...."
"Kenapa kamu selalu mencuri kesempatan untuk menyentuhku, Nadine." Celetuk Zain.
"Bisa nggak, kalo tarik gas itu permisi dulu, jangan dadakan, jantung ku bisa copot tau nggak karena kaget, kalau aku jatuh gimana?...." Ujar Nadine penuh emosi dengan wajah bersungut-sungut.
"Salahku dimana?... Kamu kan tadi yang minta cepat, ya ku tarik lah gasnya. Buktinya kamu nggak jatuh."
"Iiiiiihhhhh...." Nadine yang sudah jengkel, mengatupkan bibirnya rapat rapat. Enggan berbicara dengan Zain.
"Kita nikmati aja perjalanan pulang kita." Zain kembali memperlambat laju motornya kemudian berhenti di tepi jalan. Dia membuka jaketnya lalu memberikannya pada Nadine."Pakai." Ujar Zain.
"Nggak mau." Tolak Nadine dengan ketus.
"Apa perlu aku yang memakaikannya?..." Ucap Zain dengan mengangkat satu alisnya. Dengan terpaksa Nadine memasang jaket pemberian dari Zain. Sebab ia sedang tidak ingin ribut lagi.
"Bagus, gadis pintar. Jaket itu untuk mu." Ucap Zain sambil menyalakan motornya."Jika kedinginan, kamu bisa memakainya." Lanjut Zain.
"Sudah siap?..." Zain bertanya, namun Nadine diam tidak mau menjawab.
"Jangan salahkan aku jika kamu terjatuh karena aku tarik gas tanpa permisi." Nadine tetap tak menggubris.
"Ya sudah, motor ini tidak akan jalan kalau penumpang tak menjawab." Lanjut Zain.
"Siap." Jawab Nadine ketus.
Zain mulai melajukan motornya, menikmati Sepoi Sepoi angin malam, yang mendayu-dayu membelai tubuhnya. Sedangkan Nadine hanya memikirkan nasibnya, Bi Ijah pasti akan memarahinya. Sepanjang jalan dia hanya berdoa berharap bi Ijah di beri kesabaran agar tak memarahinya. Nadine terlalu lelah untuk mendengarkan ceramahnya.
Motor Zain sudah sampai, tepat di depan rumah Iqbal. Benar saja, bi Ijah sudah berdiri tepat di depan pintu. Nadine segera turun disusul oleh Zain.
"Nadine, dari mana saja kamu?... Anak gadis jam segini baru pulang." Ujar Bi Ijah dengan tatapan tajam.
"Tadi... tadi...." Nadine jadi gagap, tak bisa bercakap.
"Tadi aku menemukannya berboncengan dengan laki laki di jalan." Ucap Zain tiba tiba. Membuat Nadine melotot. Tatapan bi Ijah makin tajam padanya."Sebelumnya aku melihat Nadine berduaan di mobil dengan laki-laki." Lanjut Zain, membuat mulut Nadine menganga.
"Kak Zain, kapan aku berduaan dengan laki-laki di mobil?... Jangan ngaco deh kalo ngomong." Ujar Nadine tak terima.
"Plaaakkk...." Bi Ijah langsung menepuk lengan Nadine cukup keras."Sakit Bi."
"Diam kamu." Ujar Bi Ijah tegas.
"Tapi bi, kak Zain bohong."
"Terimakasih ya nak Zain, sudah mengantarkan Nadine pulang." ujar Bi Ijah menatap Zain.
"Lain kali, tolong pastikan. Jangan sampai Nadine keluar atau pun berhubungan dengan laki-laki, selama dia tinggal di rumah ini."Ujar Zain dengan tegas. Nadine memberikan tatapan tajam pada Zain. Dia tak terima.
Namun Nadine hanya diam, sadar diri. Dia hanya numpang makan dan tidur di rumah majikan sang bibi. Tetap saja hatinya terluka.'kapan dirinya berduaan dengan laki-laki di mobil.'
Zain melangkah pergi, memasuki rumah Iqbal.
"Aku tidak berbohong, aku memang melihatnya naik mobil. Mobil-mobilan maksud ku(Bom-bom car). Dan mereka terlihat mesra di mataku. Dari pada dia keluyuran dengan lelaki tidak jelas. Lebih baik begini." Gumam Zain dalam hati.
Dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan terlelap saking lelahnya.
***
Nadine duduk berhadapan dengan bi Ijah, saat ini dia sedang mendapatkan siraman rohani.
"Bapak dan ibu mu itu menitipkan kamu ke bibi. Kalau kamu sampai kenapa kenapa dan terlibat pergaulan bebas di bawah pengawasan Bibi. Bibi harus ngomong apa ke orang tua kamu."
"Iya Bi maaf, janji deh nggak bakal pulang sampai larut malam lagi."
"Anak gadis kok keluyuran sampe tengah malam."
"Iya bi, Nadine akui Nadine salah. Tapi sumpah, Nadine nggak berduaan sama cowok."
"Udah, nggak usah membela diri. Bibi nggak mau tau siapa yang bohong dan siapa yang jujur. Yang jelas, pulang malam gini kamu udah salah."
"Iya Bi, maaf."
"Kalau ketahuan Kamu jalan sama laki laki lagi, bakal bibi aduin ke bapak kamu."
"Jangan dong Bi, Nanti Nadine nggak di izinkan kuliah lagi sama bapak. Minta restu buat kuliah di Jakarta aja sulitnya minta ampun."
"Makanya harus nurut."
"Iya bi, iya..."
"Besok kamu harus cuci baju 2 bak tanpa mesin cuci."
"Iiiiiihhhhh, hukumannya kok sama kayak hukuman ibu sih!..."
"Udah, nggak usah ngedumel. Sana mandi terus tidur." Ujar Bi Ijah. Nadine melirik jam dinding,"Sudah jam 1 malam lebih, pantas bibi ngamuk. Tapi andaikan kak Zain nyetir normal insyaallah jam 12 udah sampai."
***
Pagi hari, Zain celingak-celinguk. Matanya berputar kesana kemari, menjelajahi setiap tempat, hatinya tergelitik ingin menemui gadis yang biasanya membersihkan debu-debu dimeja, tempat barang barang antik bertengger.
Pukul sepuluh pagi, dia masih belum menemukan sosok Nadine. Untuk bertanya, gengsi dong. Dia menaiki tangga menuju kamar dan berjalan ke arah balkon.
Seulas senyum terbit di bibirnya saat melihat Nadine duduk memandangi baju di jemuran sambil meniup-niup tangannya.
"Kenapa dia." Gumam Zain, ya saat ini Nadine sedang berkomunikasi dengan seseorang. Di lihat dari gayanya bicara, jelas Nadine sedang mengumpat seseorang.
Zain turun ke lantai dasar dan menghampiri Nadine , di berdiri di balik dinding di belakang Nadine. Menguping pembicaraannya yang sedang melakukan video call.
"Bayangkan ya..." Ujar Nadine menggebu-gebu."Aku nyuci pakaian 2 bak. Setelah itu aku jemur. Terus talinya putus. Kotor lagi deh... Huuuuaaaaaa..... Alamak, nyuci lagi aku." Ujar Nadine.
"Banyak banget cucianmu." Ujar Ganis dari seberang.
"Ini tuh ya, gara gara siluman es terkutuk itu. Aku di hukum sama bibiku buat cuci baju sebanyak itu. Masak iya, dia bilang aku berduaan sama cowok di mobil. Iiiiiihhhhh, Tidak akan ku maafkan."
"Tegas banget didikan bibimu, Nad...."
"Lebih tegas bapakku. Makanya aku nggak berani ngelunjak takut di hukum." Jawab Nadine.
"Wihhh.... Penasaran aku sama orangnya, belagu banget, siapa tadi namanya. Zain kan... Pasti jelek, kalau ketemu pengen ku getok." Sahut Ganis.
"Iya, dia jelek. Gendut, pendek, item, pesek, dekil deh pokoknya. Bejeg bejeg aja kalau ketemu, Kalo liat mukanya pengen ku timpuk pake sendal." Ujar Nadine seraya meremas tangannya.
"Huuuuufffhhh.... Huuuuufffhhh..." Nadine meniup-niup tangannya.
"Wiiiihhhh sampai luka gitu tanganmu Nad, Parah ya..."
Zain keluar dari persembunyiannya, mengintip tangan Nadine yang terluka karena terlalu banyak mencuci.
"Iya nih, liat aja nanti. Aku bakal bikin perhitungan sama dia."
"Sessstttt,... Itu...." Ganis menunjuk Zain yang berdiri di belakangnya. Nadine dapat melihat pantulan Zain di hpnya yang tertangkap kamera. Nadine mendongak keatas, menatap Zain dengan sinis.
"Udah dulu ya Nis, aku capek mau istirahat." Ujar Nadine pada Ganis. Nadine beranjak dari tempat duduknya, di melangkah hendak masuk. Namun segera di hadang oleh Zain. Nadine ke kiri Zain ikut ke kiri. Nadine ke kanan, Zain ikut ke kanan.
"Maaf...." Ucap Zain tiba tiba.
***
Jangan lupa untuk jempol nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Nana
kek Tom n Jerry
2022-08-04
1
Rinnie Erawaty
Zain dan Nadine 🤔 seru......
2022-07-23
0
Juliezaskia
sumpah kocak banget 😀😀
2022-06-23
0