Mr. ARROGANT(KU TEMUKAN CINTA DALAM SUJUDKU)

Mr. ARROGANT(KU TEMUKAN CINTA DALAM SUJUDKU)

BULLY

KISAH INI ADALAH LANJUTAN DARI Novel CINTA GADIS OBAT NYAMUK...Tapi langsung baca tetep nyambung kok. Langsung tekan FAVORIT ya kakak...

***

Namaku Nadine Sakhi Albiru, orang-orang biasa memanggilku Nadine. Aku tinggal di Jawa timur, kota Bangil. Dekat dengan wilayah pondok pesantren Sidogiri.

Aku nekat merantau ke Jakarta berbekal beasiswa yang ku dapat untuk mengenyam pendidikan di universitas xxx, Jakarta. Berharap suatu saat nanti bisa memperbaiki perekonomian keluarga.

Di Jakarta aku akan tinggal bersama dengan bibiku, di rumah majikannya yang bernama Tuan Iqbal. Aku sangat beruntung majikan bibiku yang baik hati mengizinkan ku untuk tinggal di rumahnya. Semoga di lipat gandakan pahalanya.

"Jakarta, I am coming...." Baru turun dari terminal bus. Berdiri di pinggir jalan.

"Zleeeeep....."

"Jambreeeettt.... Jambreeeettt.... Jambreeeettt..." Ah sial, baru beberapa langkah keluar dari terminal bus aku sudah kejambretan, dua pria berboncengan mengendarai sepeda motor merampas tas yang bertengger di bahuku.

Teriakanku tidak mampu mengembalikan tas yang berisi HP dan semua uangku. Barang ku raib, beruntung berkas penting masih terselamatkan di dalam ranselku.

"Hah, hah, hah...." Nafasku, masih ngos-ngosan setelah mengejar penjambret tersebut.

"Sial, sial, sial..."

Ku tatap kaleng bekas yang teronggok tak berdaya di atas jalan beraspal. Ku tendang sekuat tenaga untuk meluapkan emosi yang menggelegar di hatiku.

"Braaaaakkkk..." Oh sial ku berlipat ganda, tendangan kalengku mengenai kepala pengemudi jalan hingga mobilnya menabrak dinding.

Pengemudi itu turun dari mobilnya, melihat kondisi mobil di bagian depannya yang ringsek.

"HEY KAU.... BERHENTI..." pria itu meneriakiku yang hendak kabur.

"Manggil aku." tanyaku pura-pura bodoh.

"Kau yang melemparkannya?..." pria itu mengayunkan kaleng yang ku tendang tadi di tangannya di depan wajahku.

"Tidak." jawabku berbohong.

"Hah, ya kau tidak melemparnya tapi menendangnya."

"Iya. Maaf aku tidak sengaja?..."

"Kau lihat kepala ku sampai benjol begini. Bahkan mobilku sampai menabrak tembok. Kau harus ganti rugi."

"Iya, iya..." aku mengeluarkan semua uangku di saku celana sebesar Rp.32.500. "Cuma itu yang ku punya."

"Kau pikir ini cukup untuk perbaikan mobilku?..."

"Aku kan cuma bikin kepalamu benjol. Kalau masalah mobilmu rusak, itu salah kamu sendiri suruh sapa nubruk dinding."

"Serahkan identitas mu, kita selesaikan ini ke kantor polisi."

"Iya iya, aku bakal tanggungjawab. Memangnya aku harus ganti berapa sih?..."

"10 juta, itu sudah murah."

"APA?... Mahal sekali. Aku nggak punya uang kalau segitu."

"Harus ganti atau masuk penjara." ancam pria itu.

"Eh apaan tuh?..." aku menunjuk ke arah belakang pria itu, dia pun menoleh ke belakang. Seketika itu pula aku lari terbirit-birit sembari berteriak. "Kalau ada uang pasti aku ganti."

Sialku tak tanggung-tanggung, belum 1 jam menginjakkan kaki di Jakarta, aku sudah terlilit hutang 10 juta akibat insiden tendang kaleng.

Mana aku punya uang sebanyak itu. Aku pasti akan mengganti kerugiannya tapi tak secepat ini. Apa lagi dia mengancam akan menjebloskan ku ke penjara, ya kabur saja karena aku tidak mau jadi napi.

Setelah perjuangan panjang, malam hari aku baru sampai dengan selamat di rumah majikan bibiku.

***

Keesokan harinya Bi Ijah menyuruhku mengantarkan teh ke ruang tamu untuk di berikan pada asisten pribadi tuan Iqbal, namanya Zain.

Aku terkejut....Ternyata yang duduk di sofa ruang tamu adalah sang pengemudi mobil yang menabrak dinding hingga ringsek karena insiden tendang kaleng. Dia adalah asisten pribadi sekaligus supir majikan bibiku. Aku segera pergi ke kamar untuk mengambil masker. Kemudian aku kembali ke ruang tamu untuk menyajikan teh panas di hadapannya dengan tangan gemetaran.

"Terima kasih." Ucapnya. Namun aku tidak menjawab. Setelah itu aku berbalik. Baru saja kakiku melangkah, dia sudah mengeluarkan taringnya.

"Apa kau tidak bisa bicara?..." ucapannya tegas, membuatku terperanjat.

"Bisa Tuan." Sahutku.

"Apa kau bisa bersikap sopan! Begini kah caramu berbicara dengan orang?..."

"Huuuuufffhhh, cerewet sekali." Aku menggerutu dalam hati.

"Maaf Tuan, saya bisa bicara." Ucapku setelah berbalik. Dia malah menatapku dengan tatapan tajam.

"Lalu kenapa tidak menjawab ucapan ku."

"Maaf saya sedang sariawan." Sergahku cepat.

"Sepertinya aku pernah melihat mu!!..." Dia menatapku dengan intens.

Aku mulai gelisah ketika dia mulai mendekatiku.

"Buka masker mu." Selorohnya.

"Deg..." Aku gugup "Uhuuukkk Uhuuukkk Uhuuukkk Uhuuukkk, Saya Flu, takut anda tertular."

"Pergilah..."Dia meringis jijik.

Ah, selamat....Aku pun segera pergi.

***

Keesokan harinya aku keluar dari rumah tuan Iqbal, hendak pergi ke kampus baruku untuk mengikuti OSPEK. Langkahku terhenti di samping mobil mewah.

Aku bercermin di kaca jendela mobil yang gelap. Mematut diri, merapikan bedak di wajah dan merapikan kuncir rambut yang di ikat di kedua sisi Seperti anak TK dengan pita warna merah yang melilit di rambut yang di kuncir.

"Sreeeettt...." Tiba tiba kaca jendela mobil terbuka, aku terperangah, terkejut ternyata ada kak Zain menatap ku tajam dari dalam mobil.

Aku berlari cepat hendak kabur tapi aku malah terjerembab jatuh.

Ku lihat kak Zain keluar dari mobil menghampiri ku. Aku hendak kabur tapi kak Zain keburu menjambak rambutku. Membuat langkah ku terhenti.

"Adu du du du.... Sakit kak lepas...."

"Mau kabur lagi?...."

"Aku nggak kabur kak...."

"Nggak kabur tapi melarikan diri, itu sama saja."

"Aku nggak akan melarikan diri kak, aku cuma kaget, terkejut dan bingung. Aku nggak akan kabur, aku akan tanggung jawab. Lepasin rambutku kak. Aku harus segera pergi ke kampus. Nanti aku bisa telat dan di hukum.''

Aku sangat gugup, aku takut dia akan menjebloskan ku ke penjara seperti ancamannya waktu itu.

Kak Zain menyeretku dan memasukkan ku ke dalam mobil. Kak Zain pun segera memasuki mobil dan secepat kilat mengunci pintu mobil tersebut. Membuat ku tak bisa kabur lagi.

Aku berusaha membuka pintu mobil namun pintu tidak bisa terbuka, membuatku semakin di dera rasa takut.

"Kakak mau ngapain?..."

"Mana tas mu." Kak Zain menjarah tasku.

"Buat apa kak?...."

"Buat jaminan supaya kamu tidak kabur lagi." Dia pun menggeledah tasku.

"Jangan kak" Kami pun saling berebut tasku, Kak Zain tetap menggeledah isi tasku.

"KAKAK, puas..." Wajahku bersemu merah saat kak Zain memegang dan mengeluarkan pembalut wanita milikku. Dia malah melempar pembalut itu ke wajahku, membuatku semakin malu.

Dia mengambil dompetku, di dalamnya hanya ada uang Rp.20.000, itu pun pemberian dari Bi Ijah.

"Sekarang, apa bentuk pertanggungjawaban mu padaku." Dia menatapku tajam.

"Aku akan usaha cari uang, tapi tidak sekarang. Aku belum punya uang."

"KTP mu ku sita sampai kau bisa melunasi hutang mu." Dia membuka kunci pintu mobil. "Sekarang keluar lah."

"Nyebelin, sekarang main ngusir seenak jidatnya." Aku menggerutu kesal.

"Kamu bicara apa?..."

"Aku bilang kakak baik hati."

"Sudah cepat sana keluar."

Aku berusaha membuka pintu tapi pintu itu tidak bisa terbuka seolah-olah sedang macet. Dia berusaha membantu membuka pintu yang memang macet, hingga membuat jarak kami begitu dekat, membuatku menutup mata dan menahan nafas saat aroma tubuhnya yang harum menerobos masuk ke dalam Indra penciumanku. Sungguh aroma yang memabukkan.

"Heh, kalian berdua sedang apa?..." Saat pintu berhasil di buka, Kak Rani sudah berdiri di samping tuan Iqbal. Mereka berdua terkejut melihat posisi kami yang begitu dekat. Refleks aku mendorong kak Zain hingga tulang rusuknya terbentur bagian depan mobil.

"Sialan kau." Kak Zain membentakku Karena dia kesakitan.

"Kakak jangan curi curi kesempatan dong." Ketusku yang tak kalah kesal, sialnya dia malah menyentil dahiku.

"Aaakkkkhhhhh sakit kak." Aku merengek sambil menggosok dahinya. Namun kak Zain tak peduli.

"Zain." Tuan Iqbal menatap kak Zain dengan tajam, sebab tak suka dia bersikap kasar padaku karena aku keponakan Bi Ijah ART yang di hormati tuan Iqbal, karena sudah lama mengabdikan hidup padanya.

"Maaf Tuan." Ucap kak Zain.

Aku pun keluar dari mobil dengan wajah bersungut-sungut.

"Hey, mau kemana?... Mending berangkat bareng kami ke kampusnya. Toh jalannya searah dengan kantor Suamiku." Kak Rani, istri dari tuan Iqbal menahan tanganku. Kak, Rani sangat baik, dia bahkan menyuruhku memanggilnya kakak dan bukan Nyonya.

"Nggak usah kak, aku naik angkot saja."

"Nanti telat loh kalau naik angkot, ini udah jam berapa?..."

"Ayo masuk, ini perintah." Ucap tuan Iqbal yang tiap ucapannya tak bisa di bantah.

"Iya Tuan." Aku pun menuruti.

"Zain kau apakan anak orang sampai rambutnya berantakan begitu?..." Ucap kak Rani pada Kak Zain. Kak Rani memang baik, selalu perhatian padaku.

"Rambutku di Jambak kak sama dia." Sahutku, kak Zain hanya menghembuskan nafas kesal.

"Heh, Zain jangan suka melakukan kekerasan sama anak orang."

Aku pun berangkat kuliah dengan mobil mewah milik majikan ku.

***

Keesokan harinya.

Rani meletakkan kopi panas di hadapan Iqbal yang sedang membaca koran.

"Sudah banyak informasi lewat sosmed, kenapa masih membaca koran." Ucap Rani sambil duduk di samping Iqbal.

"Suka suka aku." Jawab Iqbal singkat.

"Mulai sekarang Nadine berangkat ke kampus bareng kamu ya, kasian dia kalau naik angkot. Masih nunggu dan desak desakan takut telat lagi. Apa lagi kan kampusnya searah dengan kantor mu."

"Hemmm...." Iqbal berdehem sambil mengangguk samar.

"Ikhlas nggak nih?... Masak aku ngomong panjang lebar cuma di jawab hemm..." Iqbal hanya tersenyum mendengar keluhan sang istri.

"Mungkin."

"Ih ngeselin."

***

1 minggu kemudian...

Pagi ini Nadine tampil cantik dengan mengenakan dress berwarna putih yang ia dapat dari majikannya. Di hari pertama kuliah setelah masa orientasi, dia berangkat sekolah menumpang mobil mewah milik sang majikan sebab kampus tempatnya menimba ilmu searah dengan perusahaan yang di tuju sang majikan.

Mobil Sweeptail Rolls Royce berhenti tepat di depan gerbang kampus baru Nadine. Semua mata tertuju pada mobil mewah milik Iqbal. Pintu mobil mulai terbuka, Nadine mulai menapakkan kakinya di atas jalanan beraspal, dia turun dari mobil Sweeptail Rolls Royce. Dia mulai melangkah dengan anggun dia atas jalan papingan, parasnya yang cantik, penampilan keren dan mobil mewah yang ia tumpangi menarik perhatian para mahasiswa terutama kaum Adam sementara beberapa mahasiswi merasa iri. Mereka semua menerka nerka siapakah Nadine, apakah dia anak orang kaya?...

"Hy Nadine." Dion menyapa Nadine dengan senyuman ramahnya.

"Hy kak..." Nadine terus melangkahkan kakinya berjajar dengan Dion.

"Hmmm, Itu tadi mobil siapa?..."

"Mobil majikanku, aku nebeng..."

"Oh kirain mobilmu hehe...Kamu cantik hari ini."

"Ah, biasa aja kak."

"Serius, itu fakta loh..." Ucap Dion terus menggoda Nadine.

"Iih lebay..." Ujar Nadine seraya menggelengkan kepala.

"Tuh lihat..." Dion menunjuk para mahasiswa yang melihat kearah Nadine. "Kamu jadi sorotan sekarang, temen temen ku pikir kamu anak orang kaya."

"Masak sih kak."

"Iya... Udah tau letak kelasmu di mana?..." Tanya Dion. Nadine hanya tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.

"Ku antar ya, takut kesasar."

"Nggak usah kak, makasih." Ucap Nadine. Dion tidak memperdulikan penolakan darinya, dia masih mengikuti langkah Nadine.

"Ngantin dulu yuk..."

"Nggak kak, Aku udah sarapan dan masih kenyang."

***

Renata, Nara, dan Bella terus memperhatikan kedekatan Nadine dan Dion, menatapnya dengan rasa iri, cemburu dan marah saat melihat laki-laki yang sudah lama ia cintai malah PDKT dengan mahasiswi baru.

"Siapa sebenarnya gadis itu, semenjak dia menginjakkan kaki di kampus ini, Dion terus mepet ke dia?..." Kata Nara.

"Iya, Cover Boy kampus ini bisa nempel terus ke dia sejak masa orientasi kemaren." Sahut Bella.

"Yang ku tahu namanya Nadine." Ucap Renata. Dia and the gang sedang menggosipkan Nadine.

"Kamu bakal pasrah gitu aja lihat Dion Deket sama tuh cewek?..."

"Ya nggak lah, enak aja. Kalau Dion nggak bisa sama aku, dia juga nggak boleh bersama dengan cewek lain...."

"Terus?..."

"Kita bully dia..." Rasa cemburunya membutakan mata hatinya, niat buruk sudah terselubung di hatinya.

***

Setelah masuk kelas, Nadine mulai menyapa teman barunya, dia bernama Zahra wanita muslimah berparas cantik dan berhijab dan Ganis wanita cantik dengan pakaian sedikit terbuka.

Mereka berbincang bincang hingga jam pelajaran di mulai. Hari pertama belajar di kampus baru, dosen mulai mengabsen mahasiswa dan mahasiswi di kelasnya dan mulai memperkenalkan diri sebagai pendekatan pada para mahasiswanya.

Saat jam pulang kampus Nadine berjalan sendiri melewati koridor seorang diri. Renata dan teman temannya bersembunyi di balik dinding tembok tepat di persimpangan koridor. Saat Nadine berbelok, Renata dengan sengaja menumpahkan minuman ke baju Nadine.

"Aah..."

"Aduh, maaf maaf nggak sengaja."

"Ck,,," Nadine mengibas ngibaskan tangannya pada pakaian putihnya yang bernoda merah. Bukan hanya pada pakaian tapi minuman itu juga membasahi wajah Nadine.

"Maaf ya, aku nggak sengaja. Aku nggak tahu kalau kamu lewat." Renata berpura pura membersihkan pakaian Nadine dengan sapu tangan yang ia ambil dari dalam tasnya.

Sedangkan Bella dan Nara menyeringai jahat.

"Iya nggak apa-apa..." Ujar Nadine, ia membalikkan tubuhnya hendak pergi ke toilet namun Renata mencegahnya.

"Hey mau kemana?..." Ucap Renata.

"Mau ke toilet kak..."

"Ayo ku antar ke toilet yang lebih dekat. Kalau yang di sana terlalu jauh, lagi perbaikan lagi nggak ada air." Ujar Renata. Nadine terdiam sejenak untuk berpikir kemudian mengangguk.

Setelah cukup lama melangkah melewati parkiran, sampai lah pada gedung kosong yang lama tak di huni, banyak dedaunan berserakan memenuhi lantai, suasana begitu sunyi senyap hanya suara daun yang bergesekan.

"Itu di sana." Renata menunjuk toilet yang letaknya tak jauh dari tempat dia berdiri. Nadine mengernyitkan dahinya merasa ada yang aneh.

"Serius kak di sini tempatnya?..."

"Iya... Toilet di dalam Kampus lagi perbaikan nggak ada air." Ujar Bella.

"Kami tinggal dulu ya... Kita lagi buru buru." Ujar Renata. Tanpa rasa curiga, Nadine melangkah dan memasuki toilet. Nadine berdiri di depan wastafel yang cerminnya sudah buram karena lama tak terawat. Dia mulai menyalakan air dan membersihkan dirinya, mulai dari wajah kemudian pakaiannya.

Dengan kehati hatian Renata mengunci pintu dari luar kemudian pergi meninggalkan Nadine di dalam toilet sendirian.

"Ren, apa nggak apa-apa kita kunciin dia di sana?... Kalau sampai dia kenapa kenapa gimana?..." Ujar Nara yang merasa khawatir dan cemas takut terjadi hal buruk pada Nadine.

"Jangan khawatir, sebelum magrib biasanya ada security keliling buat meriksa semua tempat, termasuk di sini." Ujar Renata meyakinkan.

"Tapi aku khawatir, ini gedung lama tak di huni. Jarang ada yang lewat sini. Kalau sampai dia..." kata Nara dengan kaki yang terus melangkah semakin jauh.

"Udah lah, jangan mikir terlalu jauh, nanti magrib aku akan telpon security untuk kontrol tuh tempat..." Ujar Renata.

"Bener ya, kalau ada apa-apa sama tuh cewek. Aku nggak ikut ikut." Ujar Nara yang sebenarnya masih merasa was was.

"Dia nggak akan kenapa kenapa, orang cuma di kunciin beberapa jam aja."

***

Setelah membersihkan dirinya Nadine melangkah ke pintu, namun pintu itu terkunci. Nadine menggedor-gedor pintu berharap ada orang yang mendengar suaranya.

"Toloooooong.... Buka pintunya..." Berulang kali Nadine berteriak namun tidak satupun orang bisa mendengar suaranya.

"Brak brak brak... Toloooooong..." Nadine menarik narik gagang pintu tapi percuma pintu tetap tak terbuka. Nadine merogoh tasnya mencoba mencari sesuatu yang kiranya bisa sedikit membantu. Dia mengambil penggaris niat hati ingin menyelipkannya pada bibir pintu namun penggaris terlalu tebal.

Setelah cukup lama terkurung, Nadine memegangi perutnya yang terasa perih, ia sangat lapar dan haus. Keringat mulai membasahi wajah dan lehernya. Nadine yang kelelahan dan lemas mulai menyerah. Dia duduk di atas kloset dan bersandar, dia hanya bisa pasrah berharap ada seseorang yang bisa menemukannya.

***

Zain terus memperhatikan ekspresi Iqbal, wajah bosnya tersebut terlihat cerah dengan senyum yang sedari tadi terbit.

"Zain..."

"Iya Tuan..."

"Istriku sedang membuat makanan istimewa untukku. Aku tidak ingin dia menunggu ku terlalu lama. Apa kamu bisa menghendle semua pekerjaan sendiri?..."

"Bisa Tuan, anda pulang lah... Apa perlu saya antar."

"Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri. Mana kontak mobilnya." Zain pun memberikan kontak mobilnya yang Iqbal minta.

***

AUTHOR...

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR,,, JANGAN LUPA LIKE, KOMENTAR DI SETIAP EPISODE YA KAK.

VOTE DAN FAVORITE YA KAKAK JUGA BIAR NGGAK HILANG...

Terpopuler

Comments

Rice Btamban

Rice Btamban

kshn Nadine

2023-02-06

1

Ria dardiri

Ria dardiri

dekat sm rumahku dong,,,

2022-12-04

0

Lways Atefulawan

Lways Atefulawan

perasaan dikampus gk ada bel masuk kayak disklah

2022-08-09

0

lihat semua
Episodes
1 BULLY
2 KAMU HARUS HIDUP
3 GELISAH
4 CIUMAN PALSU
5 BUKTI
6 JADI REBUTAN
7 MEMALUKAN
8 IQBAL BERCERAMAH
9 MIRANDA
10 BEKAL MAKANAN
11 JADI IMAMMU
12 KESEMPATAN KEDUA
13 BUKA BAJUMU
14 BONUS VISUAL
15 HUKUMAN UNTUK NADINE
16 SELALU MENGHINDAR.
17 PENYAMARAN ZAIN
18 JALAN JALAN BERSAMA MIRANDA
19 PELUKAN HANGAT
20 SHOLAT JAMA'AH
21 ALASAN MENGADOPSI MIRANDA
22 MASA LALU ZAIN
23 BELAJAR BERSAMA ZAIN.
24 KAK ZAIN AKU INGIN BERTEMU
25 ZAIN NGAMBEK
26 BERSAING SECARA SEHAT
27 CIUMAN
28 BELANJA BERSAMA ZAIN
29 HATIKU SAKIT
30 JALAN-JALAN
31 TERHARU
32 AKU BERHARAP KITA BERJODOH
33 UJIAN CINTA
34 NADINE BERSEDIH
35 KEJUTAN ISTIMEWA
36 SAMPAI KAPAN KAMU MAU MENGHINDARIKU???...
37 NADINE MULAI BERSUARA
38 NADINE JADI REBUTAN
39 BUKA HATIMU
40 Lamaran Dion
41 MENIKAH ATAU BAPAKMU MASUK PENJARA
42 PUTUS
43 DION PATAH HATI
44 PERJANJIAN
45 LAMARAN DI TERIMA
46 CALON ISTRI POLOSKU
47 PENCULIKAN
48 AKU MENGINGINKAN MU, SEUTUHNYA. MALAM INI.
49 PUASA
50 KEHADIRAN DION
51 GADIS PENEBUS HUTANG
52 HUBUNGAN SEMAKIN HANGAT
53 BERMESRAAN
54 MALAM PERTAMA
55 MODUS SANG SUAMI
56 MASA LALU
57 DIA MIRIP MIRANDA
58 KEJUTAN ISTIMEWA DARI ZAIN
59 KEJAHATAN RISKA TERKUAK
60 BADAI MENERJANG
61 PEMECATAN
62 HUKUMAN UNTUK RISKA
63 JALAN JALAN
64 UNGKAPAN HATI DION
65 PERKELAHIAN
66 DION DAN ZAHRA
67 RASA SYUKUR
68 MASA LALU ZAHRA
69 DION MERASA IRI
70 BEKERJA DI BUTIK MAMA
71 CANGGUNG BERDUAAN DENGAN ZAIN
72 RENCANA DION
73 TERUNGKAP
74 PENCULIKAN DION DAN ZAHRA
75 KAK DION, AKU MENCINTAIMU
76 HUKUMAN UNTUK BARON DAN DARIUS
77 BERTEMU DENGAN ZAHRA
78 AKU BANGGA PADAMU
79 KEPUTUSAN ZAHRA
80 PERNIKAHAN DION DAN ZAHRA
81 DIARY ZAHRA
82 LOH KOK GUE
83 BOLEH AKU MEMINTA HAK KU SEKARANG
84 MP
85 GODAAN
86 RENCANA DION
87 ZAIN MARAH
88 AKAN MEMBUAT KALIAN BERPISAH
89 BULYY
90 MIRAS
91 MARCO
92 PESTA
93 WISUDA
94 RINDU
95 Boncap
96 BONCAP 2
97 BONCAP 3
98 BONCAP 4
99 BONCAP 5
100 FITNAH
101 BONCAP PERTARUNGAN.
102 BONCAP NADINE TERTUSUK
103 BONCAP SIASAT MUSUH
104 BONCAP MERDEKA
105 BONCAP TAMAT
106 PROMOSI NOVEL BARUKU
107 PENGUMUMAN NOVEL BARU
108 PENGUMUMAN
109 PROMOSI CERITA BARU
Episodes

Updated 109 Episodes

1
BULLY
2
KAMU HARUS HIDUP
3
GELISAH
4
CIUMAN PALSU
5
BUKTI
6
JADI REBUTAN
7
MEMALUKAN
8
IQBAL BERCERAMAH
9
MIRANDA
10
BEKAL MAKANAN
11
JADI IMAMMU
12
KESEMPATAN KEDUA
13
BUKA BAJUMU
14
BONUS VISUAL
15
HUKUMAN UNTUK NADINE
16
SELALU MENGHINDAR.
17
PENYAMARAN ZAIN
18
JALAN JALAN BERSAMA MIRANDA
19
PELUKAN HANGAT
20
SHOLAT JAMA'AH
21
ALASAN MENGADOPSI MIRANDA
22
MASA LALU ZAIN
23
BELAJAR BERSAMA ZAIN.
24
KAK ZAIN AKU INGIN BERTEMU
25
ZAIN NGAMBEK
26
BERSAING SECARA SEHAT
27
CIUMAN
28
BELANJA BERSAMA ZAIN
29
HATIKU SAKIT
30
JALAN-JALAN
31
TERHARU
32
AKU BERHARAP KITA BERJODOH
33
UJIAN CINTA
34
NADINE BERSEDIH
35
KEJUTAN ISTIMEWA
36
SAMPAI KAPAN KAMU MAU MENGHINDARIKU???...
37
NADINE MULAI BERSUARA
38
NADINE JADI REBUTAN
39
BUKA HATIMU
40
Lamaran Dion
41
MENIKAH ATAU BAPAKMU MASUK PENJARA
42
PUTUS
43
DION PATAH HATI
44
PERJANJIAN
45
LAMARAN DI TERIMA
46
CALON ISTRI POLOSKU
47
PENCULIKAN
48
AKU MENGINGINKAN MU, SEUTUHNYA. MALAM INI.
49
PUASA
50
KEHADIRAN DION
51
GADIS PENEBUS HUTANG
52
HUBUNGAN SEMAKIN HANGAT
53
BERMESRAAN
54
MALAM PERTAMA
55
MODUS SANG SUAMI
56
MASA LALU
57
DIA MIRIP MIRANDA
58
KEJUTAN ISTIMEWA DARI ZAIN
59
KEJAHATAN RISKA TERKUAK
60
BADAI MENERJANG
61
PEMECATAN
62
HUKUMAN UNTUK RISKA
63
JALAN JALAN
64
UNGKAPAN HATI DION
65
PERKELAHIAN
66
DION DAN ZAHRA
67
RASA SYUKUR
68
MASA LALU ZAHRA
69
DION MERASA IRI
70
BEKERJA DI BUTIK MAMA
71
CANGGUNG BERDUAAN DENGAN ZAIN
72
RENCANA DION
73
TERUNGKAP
74
PENCULIKAN DION DAN ZAHRA
75
KAK DION, AKU MENCINTAIMU
76
HUKUMAN UNTUK BARON DAN DARIUS
77
BERTEMU DENGAN ZAHRA
78
AKU BANGGA PADAMU
79
KEPUTUSAN ZAHRA
80
PERNIKAHAN DION DAN ZAHRA
81
DIARY ZAHRA
82
LOH KOK GUE
83
BOLEH AKU MEMINTA HAK KU SEKARANG
84
MP
85
GODAAN
86
RENCANA DION
87
ZAIN MARAH
88
AKAN MEMBUAT KALIAN BERPISAH
89
BULYY
90
MIRAS
91
MARCO
92
PESTA
93
WISUDA
94
RINDU
95
Boncap
96
BONCAP 2
97
BONCAP 3
98
BONCAP 4
99
BONCAP 5
100
FITNAH
101
BONCAP PERTARUNGAN.
102
BONCAP NADINE TERTUSUK
103
BONCAP SIASAT MUSUH
104
BONCAP MERDEKA
105
BONCAP TAMAT
106
PROMOSI NOVEL BARUKU
107
PENGUMUMAN NOVEL BARU
108
PENGUMUMAN
109
PROMOSI CERITA BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!