"Wahh bagus!"
"Wahhh rame banget!"
"Wahh itu apa yang muter-muter tan?"
"Wahhh lampunya sangat terang, Shan sukaa!"
Shan tidak henti-hentinya memekik, berteriak bahkan menjerit kegirangan sangking kagumnya melihat tampilan luar mall yang berada di depan matanya itu.
Bocah kecil itu sampai berlonjak-lonjak karena tidak sabar untuk masuk ke dalam.
"Anak-anak jangan jauh-jauh dari mama sama papa yah." ujar Yola yang kemudian menggandeng tangan Salsa, begitupun Ken yang menggandeng tangan Jimmy.
Shan seketika melihat kearah tangannya sendiri. Kosong. Tidak ada yang menggandengnya.
Sepasang kaki kecil itu kemudian melangkah, mengikuti dua orang dewasa yang menggandeng anak-anaknya di depan sana. Langkah Shan sedikit tertinggal jauh karena bocah itu selalu berhenti ketika melihat sesuatu yang menarik baginya. Tapi tenang, Shan tidak seceroboh itu untuk tiba-tiba menghilang ditelan kerumunan.
Shan sudah hapal betul warna pakaian orang-orang yang mengajaknya itu. Ken abu-abu, Yola ungu, Jimmy oranye, dan Salsa pink, sama seperti warna baju yang Shan kenakan. Hanya saja beda model, dan pastinya punya Salsa adalah pakaian yang bermerek.
"Lohh om tante tadi kemana?" Langkah kaki Shan seketika terhenti. Mendadak dia kebingungan bukan main. Ternyata hanya bermodalkan menghapal warna pakaian pun tidak berhasil. Shan kehilangan jejak mereka.
"Kak Salsa??"
"Kak Jimmy???" panggilnya dengan suara yang lantang. Namun tidak ada satupun diantara padatnya orang lalu-lalang yang menyahutinya.
Shan benar-benar kebingungan.
Gadis kecil ini tidak bisa kemana-mana, hanya berputar-putar tidak tau arah dengan perasaan yang campur aduk. Panik, tidak bisa fokus dan... takut. Takut jika ditinggal pulang duluan oleh mereka.
"Hiks... Papa..." Air mata Shan akhirnya meluruh. Dia akhirnya menangis juga sekarang.
Shan menekuk lututnya, berjongkok lalu menangkup wajahnya dengan kedua tangan. Menangis tersedu-sedu di tengah kerumunan pengunjung mall.
Hingga satu usapan lembut yang tiba-tiba mendarat di puncak kepalanya akhirnya berhasil membuatnya berhenti menangis.
Shan perlahan mendongak.
"Adek tersesat ya? Ketinggal mama papa ya?"
Seorang perempuan paruh baya menghampirinya. Perempuan yang mungkin usianya sepantaran dengan neneknya. Shan melihat perempuan itu seketika teringat dengan utinya yang sedang berada di rumah.
Shan hanya terdiam. Dia sebenarnya ingin menyahut perkataan orang itu tapi sesenggukannya ini karena habis menangis sangat mengganggunya.
"Jangan nangis. Ayo nenek bantu cari." ucapnya sangat lembut kemudian membantu Shan berdiri. Nenek itu menggandeng jemari mungil Shan dengan erat dan mulai menyusuri jalan beriringan dengan gadis itu.
Akhirnya sosok yang dicari Shan ketemu. Mereka telah berada di lantai ke dua, tepatnya di tempat permainan mandi bola anak-anak.
"Aduh Shan kamu darimana aja sih? Tante cariin kemana-mana gak ketemu ya ampun..." Yolla mengambil alih Shan dari gandengan tangan nenek itu.
Sang nenek berhati baik lantas menjawab. "Anak ini tadi ada di lantai bawah. Menangis sendirian karena kamu tinggal duluan."
Yolla seketika tertohok.
"M-maaf sepertinya terjadi kesalahpahaman disini." Ken yang entah darimana tiba-tiba ikut bersuara. Laki-laki itu kemudian mengeluarkan dompetnya dari kantong. "Ngomong-ngomong terimakasih karena sudah mempertemukan kami kembali." ucapnya sembari menyodorkan beberapa lembar uang kepada nenek itu.
"Tidak perlu berlebihan. Saya sangat ikhlas membantu. Kalo begitu saya permisi dulu. Pesan saya, tolong lain kali lebih hati-hati lagi, apalagi jika yang kalian bawa adalah anak orang lain."
Yolla dan Ken seketika mematung. 'Bagaimana nenek itu bisa tau?'
Nenek itu pamit undur diri, tapi sebelum itu Shan menyempatkan diri salim dan mengecup punggung tangan lembutnya.
"Terimakasih nek!" ucap Shan seraya melambai ke arah punggung renta yang perlahan menjauh pergi dan akhirnya dia benar-benar sudah tidak terlihat lagi.
"Kamu tuh ya pah. Gimana kalo orang tua tadi mau nerima uang kita? Rugi kita pah." omel Yolla.
Ken menunjukkan tatapan penuh penyesalan pada istrinya itu.
"Hihh gara-gara bocah nakal ini. Sial." Yolla tidak henti-hentinya menghujani Shan dengan cubitan.
Shan menggigit bibir bagian bawahnya sendiri. Mencoba sekuat tenaga untuk tidak menjerit karena cubitan yang dia terima lumayan sakit.
"Huhh pakek acara ikut segala si ngerepotin." ucap Ken yang kemudian melipat kedua tangannya di atas dada.
Lagi-lagi Shan hanya terdiam.
Beberapa menit berlalu. Kini tante dan omnya sudah tidak mengomelinya. Mereka berdua entah kemana sekarang, terakhir Shan lihat mereka tengah asyik berselfi di tulisan-tulisan bagus yang berada di tembok. Mereka sekarang mungkin tengah pergi ke toilet.
Pandangan Shan tidak bisa teralihkan dari balik jaring-jaring yang berada dihadapannya itu. Jaring-jaring yang membatasi antara area luar dengan area permainan mandi bola. Ada Salsa dan Jimmy disana. Mereka terlihat sangat senang bermain disana.
Shan ingin bergabung. Shan sangat ingin masuk ke dalam sana juga. Tapi pasti tantenya tidak mengijinkannya. Apalagi Shan baru saja berulah sampai tantenya marah seperti tadi.
Shan masih takut. Dan dalam benaknya berucap.... 'Lebih baik diem aja.'
"Anak-anak istirahat dulu yuk, nih mama beliin kalian boba!"
Kepala Shan seketika tertoleh. Melihat ke sumber suara. Tantenya telah datang dengan dua buah minuman berada ditangannya.
"Wahh makasih tante!" pekik Shan, tapi...
"Eits emangnya aku beliin kamu? Enggak Shan, ini cuma buat anak-anakku aja." ucap Yolla.
Salsa dan Jimmy berbondong-bondong lari menghampiri mamanya itu. Mereka berdua menenggak minuman dengan lahap, sembari menunjukkan ekspresi yang sangat menggiurkan.
Shan bahkan belum pernah mencicipi apa itu boba. Apakah rasanya seenak itu?
"Makanya punya mama dong biar dibeliin ini." ujar Salsa sambil menyebik.
Shan seketika membatin. 'Iya ya, andai aja Shan punya mama...'
"Ayo anak-anak udah malem, waktunya kita pulang." Yolla menyiapkan kedua anaknya. Memperbaiki kunciran rambut Salsa yang telah berantakan karena bermain, dan mengelap keringat Jimmy yang sangatlah banyak karena bermain juga.
"Papah gendong, aku capek nih." Salsa merentangkan kedua tangannya ke arah Ken, dan Ken pun langsung menurutinya.
'Shan pengen di gendong juga. Coba aja papa disini...'
Lamunan Shan seketika hilang saat Jimmy tiba-tiba menyodorkan minumannya. "Minum Shan, kamu pasti haus kan?" ucap anak laki-laki itu tanpa sepengetahuan orang lain karena mereka telah berjalan di depan sana.
Shan segera menerima pemberian sepupunya itu. Walaupun hanya tersisa air dari lelehan es batu yang telah mencair tapi Shan meminumnya.
Segar.
Benar-benar sangat segar.
"Udah?" tanya Jimmy. Jimmy lantas mengambil alih botol plastik minuman itu, kemudian membuangnya ke tempat sampah.
"Yuk cepet, jangan sampek ketinggal lagi."
Shan mengangguk.
Yang dikatakan Yolla bahwa hari sudah malam dan waktunya untuk pulang ternyata bohong. Lihatlah, perempuan dewasa itu masih sibuk mampir ke sana-sini, memasuki hampir semua toko yang dia lewati dan membeli berbagai macam barang.
Malam semakin larut, paper bag yang berada di tangan Yolla telah sangat banyak. Tapi dia belum juga berhenti.
"Mampir situ ya, parfum aku udah habis pah." ucap Yolla pada suaminya.
Shan sudah mengantuk dan lelah. Bahkan Salsa pun telah tertidur lelap digendongan papanya. Shan ingin juga seperti itu, bisakah Salsa gantian sebentar?
"Oiya pah, aku mau liat-liat anting juga. Udah 6 bulan aku dan Salsa antingnya ini mulu."
"Iya iya..." ucap Ken, menuruti sang istri.
Kedua kaki Shan telah sangat lelah sedari tadi mengikuti. Shan rasa kedua kakinya hampir putus sangking sakitnya karena lelah.
"Ih pah liat! Ada boneka lucu. Salsa anak kita pasti suka."
"Aaaaa capek!" Shan akhirnya berteriak.
Shan mendudukkan dirinya di lantai. Menselonjorkan kedua kakinya di tengah jalan yang orang-orang lalui. Seluruh penjuru mata kini melihat ke arah Shan, bahkan ke arah Yolla, Jimmy, dan Ken karena mereka rombongannya.
Yolla seketika membelalak. Dia segera menghampiri bocah itu. "Kamu ngapain sih Shan?" tanya Yolla dengan mata yang melotot penuh amarah.
"Berdiri gak? Berdiri." Yolla tidak bisa mengeraskan suaranya, karena akan merasa tambah malu jika orang-orang tau.
"Shan berdiri." ucapnya lagi.
"Tante kaki Shan capek banget. Shan udah gak kuat jalan lagi."
Grabb
Yolla menarik lengan Shan tanpa aba-aba. Tubuh Shan terpelanting dan langsung berdiri dengan tegap. Yolla mengeratkan genggaman tangannya yang masih berada di lengan kecil Shan. Bukan mengeratkan, melainkan mencengkeram.
"Awwh sakit tante..." rengek Shan sambil meringis. Tapi Yolla tidak peduli, perempuan dewasa itu malah menggelandang Shan pergi menuju pintu utama.
"Kita mau pulang? Tante gak jadi beli parfum sama liat anting?"
"Diem kamu!"
Kini sampailah rombongan Shan di parkiran basement. Yolla langsung melepaskan cengkeramannya dengan kasar, tubuh Shan sampai terpelanting kembali. Tapi beruntung tidak sampai jatuh.
Shan segera menaikkan lengan bajunya. Dan benar kan yang dipikirkan Shan, lengan yang baru saja dicengkeram kuat-kuat oleh tantenya itu kini meninggalkan bekas kemerahan. Pantas saja tadi itu sangat sakit dan panas.
"Kamu bikin malu aku terus ya Shan!" Yolla kini memarahi Shan dengan nada yang keras.
"Tapi.. tapi Shan—"
"DIEM!" bentak Yolla. "Masih berani ngejawab ya kamu?! Dasar anak gatau diri! Anak nakal!"
"Nyesel aku ngebolehin kamu ikut!"
Yolla kembali menghujani Shan dengan cubitan pada pahanya.
"Aaakh sakit tante... Sakit.... Ampun Shan jangan dicubit."
"Kita tinggalin aja dia mah." ucap Ken yang baru saja mendudukkan Salsa di kursi mobil.
"Iya kita tinggalin aja. Yuk pah." Yolla masuk ke dalam mobil lalu menarik Jimmy untuk segera masuk juga.
"Tan... tante!" panggil Shan. Shan ingin masuk tapi Ken menghalangi tubuhnya.
"Om biarkan aku masuk! Om jangan tinggalin Shan disini. Om!"
Bleng.
Ken telah masuk ke dalam dan menutup pintu mobil secepat kilat sampai jari Shan hampir saja terjepit.
Mobil Ken melaju, pergi dari area parkiran mall. Mereka benar-benar meninggalkan Shan sendirian di sana.
Shan masih terus berusaha mengejar mobil itu, tapi langkah kakinya seketika melemah saat sampai di lorong yang menghubungkan basement parkiran dengan area luar.
Sangat gelap. Dan panjang seperti tidak berujung. Shan merasa tidak bisa menjangkaunya. Sangat jauh. Ditambah Shan sangat takut jika gelap gulita seperti ini.
Shan akhirnya berhenti karena menyadari dirinya tidak akan bisa mengejar mobil mereka.
Shan tercekat ditempat. Dia bingung harus kembali atau tetap berada disini. Dia sebenarnya ingin kembali, setidaknya di basement parkiran tadi masih ada cahaya lampu dan mobil orang-orang. Tapi sayangnya untuk melangkah kesana Shan tidak bisa, kakinya terasa kaku.
Shan takut, takut jika dia menabrak sosok menyeramkan di depannya karena dia tidak bisa melihat apa-apa. Dia sangat takut, dia trauma dengan yang namanya mati lampu.
Shan mengeraskan tangisannya. Sejauh mata Shan memandang hanya ada gelap. Semuanya berwarna hitam.
"Hiks... Shan takut. Papaaa!!!" Shan menjerit-jerit memanggil papanya. Berharap sang papa segera datang dan memeluknya.
Tangis Shan benar-benar pecah. Shan membuka dan menutup kedua matanya berkali-kali, dia tidak bisa membedakan antara matanya tertutup atau terbuka, semuanya sama aja. Sama-sama gelap. Disini sangat gelap. Shan sangat benci gelap.
Entah sudah berapa jam Shan berada disini. Rasanya sudah sangat lama. Tubuh Shan masih tetap menegang, kedua tangannya mengepal kuat karena sangking takutnya. Kenapa tidak ada mobil lainpun yang melewati lorong ini? Apakah Shan yang sebenarnya salah jalan?
Shan tidak tau harus apa sekarang. Dia hanya bisa menangis dan menangis. Menangis meraung-raung tanpa berhenti, hingga dia rasa suaranya kini serak seperti akan kehabisan suara.
Sebuah sorot cahaya tiba-tiba datang menyilaukan penglihatannya. Shan sampai menutupi kedua matanya menggunakan tangan.
Ada sebuah mobil yang datang. Dan mobil itu kini berhenti tepat di samping Shan berpijak.
Mobil milik Ken.
"Gimana Shan udah kapok?" tanya Ken yang kini telah turun dari mobilnya.
...***...
Chandra's POV
Aku melihat ke arah jam dinding lagi dan lagi. Entah kenapa tiba-tiba aku khawatir karena menyadari sekarang ini telah pukul 11 malam dan Shan-ku belum kunjung pulang.
Ponsel Shan tidak dia bawa. Padahal aku beberapa hari yang lalu telah membelikannya tali, tali ala-ala kalung yang dapat dikaitkan di casing ponsel lalu dikalungkan ke leher dan bisa dibawa kemana-mana. Tapi Shan lagi-lagi lupa melakukan yang kuajarkan itu. Padahal lagi, aku sudah mewanti-wantinya ratusan kali untuk selalu membawa ponsel kemanapun dia pergi.
Ahh Shan memang ceroboh.
Sekarang aku jadi cemas kan karena tidak bisa mengetahui kabarnya.
Menghubungi Yolla atau Ken? Ahh jangan, aku sangat sungkan. Aku tidak mau mereka menilaiku sebagai orang yang tidak percaya dengan saudaranya sendiri. Tidak, aku percaya kok dengan mereka.
Sangat percaya.
Suara mobil masuk pekarangan rumah tiba-tiba terdengar. Dan itu pasti mobil Ken. Shan akhirnya telah pulang. Bergegas aku turun kebawah, menyambut kedatangan anakku itu.
Aku terkejut mendapati Shan yang terlelap dan tengah digendong Yolla masuk ke dalam rumah. Aku merasa tidak enak hati, pasti dia telah kerepotan karena Shan.
"Dia kayaknya kecapekan. Sorry ya." ucap Yolla kemudian mengoper tubuh Shan kepadaku.
"Gue yang harusnya say sorry kak. Kakak pasti kerepotan karena Shan."
"Gak kok." Yolla tersenyum. Aku pun membalas senyumannya itu.
Aku mengalihkan pandangan. Aku melihat Ken yang kesulitan berjalan karena Salsa juga tengah terlelap dalam gendongannya dan tangan yang satunya lagi penuh dengan hasil barang belanjaan.
Yolla mencoba mengambil alih tubuh putrinya dari suaminya itu tapi Ken menolak. "Itu Jimmy aja yang masih ada di mobil bangunin mah." ucapnya.
Pemandangan yang sangat harmonis. Memang sudah seperti biasa mereka seperti itu. Dan aku sebagai adik, turut berbahagia juga.
Hmm apa yang aku lakukan ini? Mencampuri urusan orang lain?Chandra bodoh!
Ah sebaiknya aku segera melangkah ke kamar untuk membaringkan Shan.
Cup
Aku mengecup puncak kepala Shan sekilas kemudian beranjak. Namun baru dua langkah kujangkau tiba-tiba Yolla memanggilku.
Aku lantas berhenti dan berbalik.
"Chan... Ini balonnya Shan."
Sebuah balon dia serahkan kepadaku. Aku menerimanya dan berterimakasih. Ya walaupun aku tau itu hanya balon gratisan yang
biasanya diberikan untuk semua anak pengunjung mall.
'Yolla... Yolla.. Sampai kapanpun lo tuh tetep pelit ya.'
~tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Noenoek Subagio
jahst banget om n tantenya
2024-05-08
1
Ilan Irliana
y Alloh...gmn klo Chandra puber lg ke Wanda...bs2'y Shan g ke urus...ksian Shan nnt'y...
2022-08-20
1
Nadia Dia
😭😭😭😭😭
2022-08-07
1