Bita menatap ragu ukuran tangan itu,tetapi ia seperti tidak punya pilihan lain selain menerima bantuan pria itu.
"Lo mau kita sampai tua disini hah? cepatan,atau nggak gue tinggalin nih!" desak Alze melihat Bita tak kunjung meresponnya.
"eh,iyaa...iyaa. Bantu gue,tapi Lo jangan modus." pinta Bita tetap memberikan peringatan pada pria itu.
Alze memutar bola matanya malas,ia mengangguk asal. "haiis,cepat ajalah." Bita langsung menerima uluran tangan Alze. Alze membantu gadis itu memapah jalan karena gadis itu tetap tidak mau digendong olehnya.
Alze menatap ragu motornya lalu melirik kearah Bita. Ia jadi tidak yakin,apakah aman membawa gadis itu dengan motornya yang tinggi,apalagi kaki gadis itu saat ini keseleo.
Bodo amatlah,yang penting dia sampai rumahnya. gumam Alze memutuskan untuk mengantarkan Bita kerumah gadis itu. Alze memapah menuju motornya, Bita menyerngit bingung menoleh kearah Alze.
"Lo mau ngantar gue pakai ini?" tanya Bita ragu.
"iyaa,nggak ada pilihan lain."
"adaa,Lo bisa antar gue pakai taksi."
Alze menatap horor kearah Bita, "Lo mau naik taksi jam segini? Lo itu cewek,bahaya sendirian malam-malam. Nggak usah ngeyel,tuh kaki lagi keseleo. Kalau ada apa-apa,nggak bisa kabur dari orang jahat." oceh Alze sebelum gadis itu protes.
Bita hanya pasrah dan pria itu benar,jika malam ini sangat rawan baginya. "ck,ya udah gue ngikut Lo aja." jawabnya pasrah membuat Alze tersenyum samar.
"okee naik." ajaknya membantu gadis itu menaiki motor besarnya,setelah memastikan gadis itu nyaman untuk duduk,barulah ia melajukan motornya menuju rumah Bita.
Selama diperjalanan,baik Bita maupun Alze diam. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing, sesekali Bita bersuara untuk menunjukkan jalan kerumahnya.
"dah sampai." ucap Alze saat sampai didepan rumah Bita. Ia sempat melirik rumah yang terlihat sederhana tempat tinggal gadis itu.
"bantu gue turun bentar." Bita sedikit kesusahan untuk turun,Alze langsung membantu gadis itu turun dan memapahnya sampai teras rumah.
"aduh,mana kunci gue yaa??" gumamnya merogoh sweater miliknya. Sedangkan Alze merasa bingung melihat rumah Bita terlihat gelap dan tidak berpenghuni.
"nah ini dia." seru Bita saat menemukan kuncinya,ia pun membuka pintu rumahnya itu dan menatap kearah Alze. "hmm terimakasih udah bantuin gue. Lo nggak minum teh dulu?" tawar Bita pelan,bagaimanapun pria ini sudah menolongnya.
Alze menggeleng pelan, "thanks,gue lain kali aja. Gue duluan." pamitnya langsung berjalan menuju motornya. Walaupun ia sedikit penasaran kenapa rumah gadis itu gelap, seperti tidak berpenghuni selain dirinya.
Ah kenapa gue penasaran dengan kehidupannya? ck, lama-lama otak gue oleng juga. gerutunya melajukan motornya meninggalkan perkarangan rumah Bita.
***
Setelah melihat Alze pergi,barulah ia menutup pintu. Sedikit tertatih-tatih berjalan menuju kotak obat yang terletak dilemari.
"gilaa,bengkaknya gini amat." keluhnya sambil memegang kakinya yang terlihat bengkak itu. Ia pun mengambil kain dibasuh air panas lalu diletakkan dibagian kaki yang memar itu.
"aduh,jadi merasa bersalah gue benci dia. Orang yang gue benci malah nolong gue sekarang." lirihnya mengingat kebaikan pria itu,seketika rasa benci yang membara tadi meluap begitu saja. Usai membalut lukanya,ia pun berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tiing.
Suara notip ponselnya membuat Bita urung berjalan ke kamar mandi,ia pun membuka pesan ponselnya itu.
Remember : Bayar uang kontrak rumah.
"ah sial,gue upa dong nyiapin duitnya. ck,manalagi banyak yang harus dibayar." keluhnya lalu berjalan menuju kamarnya. Ia membuka kotak kecil dibawah meja belajarnya yang berisi uang hasil jerih payahnya selama ini.
Dihitungnya secara perlahan-lahan,berharap uang yang tersisa disana cukup untuk membayar uang kontrakan rumahnya. Bita berdecak kasar setelah menghitung uangnya masih belum cukup untuk membayar tunggakan besok.
"apa gue minjem duit aja? tapi sama siapa? gue nggak ada yang kenal sama mereka." gumamnya lagi. Kepalanya sedikit pusing memikirkan solusi untuk keluar dari masalahnya saat ini.
"ya ampun Bit,apa yang harus Lo lakuin? Lo juga belum gajian juga." keluhnya lagi mengingat hari gajian masih jauh.
"sudahlah,mending gue istirahat dulu. Besok-besok pikirin lagi." ucapnya pelan,ia pun lanjut membersihkan dirinya dan segera tidur.
***
"aaakhh bukannya tenang damai tidur,malah kepikiran terus sampai sekarang." kesalnya sambil mengacak-acak rambutnya, semalaman ia tidak bisa tidur karena teringat dengan hutangnya.
Ia berjalan menuju kantin untuk mengisi perutnya yang keroncongan karena terlambat bangun apalagi ada jadwal kelas dipagi hari membuatnya tidak sempat untuk sarapan.
"huft,buk saya pesan mie goreng satu." serunya pada ibu kantin,lalu ia duduk mencari kursi yang kosong. Bita melirik kearah ponselnya,ia jadi bingung harus bagaimana cara membayar hutangnya itu?
Jari tangan Bita sibuk mengetuk meja sambil memikirkan cara untuk menyelesaikan masalahnya. Boleh nggak yaa kalau gue bayar angsuran dulu?
"wah sepertinya kita berjodoh yaa." seru seseorang membuat Bita mendongak heran menatapnya.
"Lo?! kok bisa ada disini??" tanya Bita heran.
"ya bisalah,kan gue anak baru disini." jawabnya langsung duduk dihadapan Bita tanpa izin dari gadis itu.
"eh,siapa suruh Lo duduk disini hah?"
"guelah,tuh siapa lagi?? eh,kita belum kenalan nih. Perkenalkan gue Abrisam,gue tampan dan berani. Banyak cewek-cewek yang suka sama gue,tuh buktinya." ucapnya sombong sambil mendongak kearah para-para ciwi tidak jauh dari tempat mereka.
Bita menghela napas melihat tatapan mereka seperti tidak terlihat senang jika bersama dengan pria tampan menurut mereka. "Lo mending cari tempat lain,gue duluan disini." ketusnya mengusir pria itu secara terang-terangan.
"ya ampun mbak,hati gue sakit banget diusir oleh bidadari cantik seperti kamu." pujinya,bukannya membuat Buta tersentuh melainkan jijik mendengarnya.
"Lo salah orang,maunya Lo ucapin tuh sama cewek-cewek disana." ucapnya tidak ramah. Sam menggeleng pelan,ia lebih tertarik untuk menggali kehidupan gadis didepannya ini.
"Lo beda dari yang lain,jadi gue lebih tertarik pada Lo."
"what the—" Mata Bita menyipit bingung melihat Alze menatapnya tajam. Sam yang heran melihat Bita terdiam,langsung menoleh kebelakang. Ia pun sontak terperanjat kaget melihat sang kakak berdiri tepat dibelakangnya.
"astagfirullah!! ngagetin kak!"
Kak? tunggu,oh ternyata mereka bersaudara?! pantas saja terlihat mirip. gumam Bita dalam hati.
"Bita,ikut gue!" ajak Alze menarik tangan Bita keluar dari kantin,sontak membuat banyak pasang mata terkejut melihat hal langka yang dilakukan Alze. Begitu juga dengan Sam yang tidak percaya kakaknya,dekat dengan seseorang.
Bita merasa kesal ditarik paksa,langsung menepis tangan Alze. Pria itu langsung berbalik dan menatap ya tajam. "Lo kenapa tarik gue?!" cerca Bita tidak terima.
"ini." ucap Alze sambil menyodorkan beberapa ikat uang ditangan Bita. Setelah itu,ia pergi meninggalkan Bita dengan penuh kebingungan.
"loh? apa maksudnya? woiii Alze sialan!!!" teriak Bita,namun sang pemilik uang sudah menghilang seperti terbawa angin.
"sial,maksudnya apa memberikan gue uang sebanyak ini hah??" kesalnya,tetapi ia memasukkan uang tersebut kedalam tasnya dan mencari pria itu.
Baru dua langkah ia berjalan,ia melirik ada secarik kertas yang jatuh dari gepokan uang itu,ia langsung mengambil kertas itu dan membaca isinya.
Buat Lo,selesaikan hutang Lo yang nunggak tuh.
"hah?! darimana dia tau gue punya hutang??" ucapnya bingung,tetapi ia sejenak berpikir. "kalau gitu,ya udah gue pinjem dulu. Ntar,gue balikin, Alhamdulillahlah." serunya senang, setidaknya untuk sekarang ia bisa membayar hutang dan masih bisa tetap tinggal dirumahnya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Wiwin Rosalin
loh katax ada tabungan dri ortux msak bayar rumah g ada
2022-04-20
1