Sore menjelang petang,Bita berjalan menuju rumahnya. Melempar asal tasnya dan merebahkan dirinya di sofa. Ia lelah karena seharian ini mondar-mandir melayani pelanggannya di cafe tempatnya bekerja. Ia bekerja sampingan untuk menambah tabungannya. Tidak mungkin kan,hanya mengandalkan tabungan orang tuanya terus menerus yang mulai semakin menipis.
"huft, bersih-bersih rumah." lirihnya sambil merenggangkan ototnya,diraihnya tas yang tergeletak dilantai lalu diletakkan ditempatnya. Ia berjalan menuju dapur dan berdecak kesal saat teringat belum mengganti tabung gasnya.
Bita langsung mengangkat tabung gas seberat 3 kg itu menuju warung.
"mbak Bita!!" sapa seorang anak kecil berlari kearahnya. Bita tersenyum menyambut kedatangan anak itu. "hei Lila jangan lari-lari." cegahnya tetapi Lila tidak mau mendengarkannya. Ia cengegesan saat berhenti didepan Bita.
"kamu ini." gemasnya mencubit hidung gadis kecil itu. "ibu kamu mana?" tanya Bita tidak melihat tetangganya itu bersama dengan anaknya.
"ibu lagi dirumah mbak,aku tadi disuruh ke warung beli garam." ucapnya pelan.
"oo,ya udah barengan aja. Mbak mau kesana juga." seru Bita menggandeng tangan Lila. Lila dengan semangat berjalan bersama Bita sambil bersenandung riang.
"Bita beli mau beli tabung gas Bu." serunya meletakkan tabung gasnya didekat sana. Pemilik warung itu mengangguk dan mengeluarkan tabung gas yang baru.
Bita merogoh sakunya,namun matanya melotot saat menyadari sesuatu yang hilang. "eh,kemana uang gue?" tanya Bita panik merogoh satu persatu kantong celananya.
"kenapa mbak?" tanya Lila kebingungan menatap Bita Kasak-kusuk.
"itu...duit mbak hilang,perasaan udah dimasukkan tadi." ucapnya masih mencari uang itu.
Pemilik warung tadi jengah menunggu pembayaran Bita,ia pun berdecak pelan. "cepat bit,ibuk mau tutup toko." desaknya membuat Bita mengumpat dalam hati.
"saya beli rokok satu Bu,sekalian bayar tabung gas cewek ini." seru seseorang menoleh kearah Bita sambil menyodorkan beberapa lembar uang merah ditangannya pada pemilik warung itu. Dengan sigap,ia mengambil uang itu dan memberikan rokok milik pria itu.
Sedangkan Bita ternganga tidak mengerti menatap punggung pria yang mengenakan helm itu naik keatas motor besar itu
Bita sedikit canggung dengan kebaikan pria itu,ia pun berjalan mendekat. "terimakasih,bagaimana cara aku membayar utangku?" tanya Bita sopan.
"pikirkan sendiri." ucapnya langsung menancapkan gas.
Bita mengumpat kesal dalam hati,pria arogan itu membuatnya kesal. Tetapi,tidak bisa dipungkiri jika karena pria itu dirinya bisa membawa tabung gas ini pulang. Bita mengangkat tabung gas itu lalu berjalan kerumahnya bersama Lila. Dirinya masih penasaran dengan sosok pria yang membantunya tadi. Suara itu seperti tidak terdengar asing,ia merasa pernah mendengar suara pria itu tetapi ia lupa dimana.
"ah udahlah,lebih baik pulang." ucapnya pelan.
***
Alze memandang pemandangan luas sambil mengisap batang rokok miliknya. Yap,ia ingin menenangkan dirinya sejenak diluar daripada berdiam diri didalam kamar. Ia tidak mengerti mengapa kedua orang tuanya bersikukuh memaksanya menikah?
Ia tahu menikah itu adalah ikatan suci yang sakral,tidak bisa dipermainkan. Hanya saja,ia ingin melanjutkan sarjananya dulu baru menikah.
"fyuuh,hanya memikirkan itu saja membuat gue sakit kepala." gerutunya memandang datar pemandangan di depannya. Duduk dibalkon rumah kayu yang sudah lama tidak ditempati,ia ubah menjadi basecamp tempat pelariannya.
"cih,ngapain Lo ngajak gue kesini??" seru seseorang yang baru saja tiba ditempatnya. Alze menoleh sekilas kearah orang itu lalu lanjut merokok.
"nggak ada,cuma nemanin gue doang." jawabnya membuat Hazig—sahabatnya menggeleng-geleng kepala. Alze dan Hazig adalah sahabat satu SMA dulu,hanya saja saat mereka lulus,mereka memilih jalan masing-masing. Hazig lebih memilih langsung terjun kedunia pekerjaaan sedangkan Alze melanjutkan pendidikan di bidang DKV.
"Lo dijodohin lagi? kali ini siapa gadisnya?" ledeknya membuat Alze berdecak kesal. Pria itu merasa heran dengan perjodohan sahabatnya itu yang selalu berakhir gagal,padahal ia yakin pria itu sudah banyak memiliki rencana untuk masa depannya.
"gadis manja,tapi yang ini hina masakan nyokap gue. Langsung gue usir." ketusnya.
"gila,berani sekali dia ngatain mama Haura?! bagus Al,Lo usir tuh cewek. Hmm tapi yaa,mau sampai kapan Lo dijerat kayak gini? Gue aja kasihan liat Lo." ucap Hazig pelan.
"entah,tau lah. Gue pusing liatnya." gerutunya lagi.
"hmm Lo nggak belok kan?"
Alze menatap tajam kearah Hazig membuat pria itu cengegesan. "hehehe maaf,kan gue nanya doang."
"Lo nanya nggak berbobot."
"iya...iyaa jangan marah woi,santailah. Hmm gue ada ide,gimana Lo pacaran aja,biar orang tua lo nggak ngintilin Lo mulu." seru Hazig.
"nggak akan berhasil,gue juga nggak mau pacaran dengan sembarangan cewek." sahutnya menikmati udara yang menerpa wajah tampannya.
"Ck,terserah Lo ajalah." ucapnya pasrah.
Hari semakin malam,Hazig mengumpat kesal memaksa Alze segera pulang. Ia sudah berkali-kali diteror oleh sang mama Haura untuk membawa putra sulung dari keluarga itu kerumah. Alze berkali-kali menepis tangan Hazig yang terus memaksanya untuk pulang kerumah.
"biar gue sini aja Zig,Lo pulang aja!!" sentaknya kesal.
"hei,mana bisa gue tidur dengan nyenyak,sedangkan nyokap Lo udah kayak wartawan ngejar berita. Udahlah pulang aja Lo lagi,besok pikirkan." desaknya terus menarik tangan Alze pulang.
"pulang woii ingat jangan jadi beban keluarga!!" seru Hazig lagi. Alze berdecak kesal lalu beranjak dari tempatnya,jika ia tidak beranjak dari sana bisa-bisa sahabatnya cerocos tanpa henti memaksanya pulang.
"mama Haura!! anak mama sudah sampai dirumah dengan selamat!" seru Hazig berdiri didepan pintu rumah Alze. Alze menatap aneh kearah sahabatnya lalu melenggang masuk sambil menyalami mamanya yang tampak terlihat marah dengannya.
"makasih Zig,gue masuk duluan." ucapnya mencelos ke kamarnya. Haura mengucapkan terimakasih pada Hazig lalu mengejar putranya yang sudah terlebih dahulu masuk kedalam kamar.
"Al,mama mau bicara sama kamu!" seru Haura melipat tangannya didada dan menatap putranya dengan tatapan tajam.
Alze memandang malas kearah mamanya,ia yakin masalah yang akan dibahas pasti tentang kejadian siang tadi.
"ada apa maa?" tanyanya pelan. Walaupun hatinya dongkol tetapi ia masih menghormati mamanya.
"kapan kamu segera menikah nak? ayolah jangan terus-terusan menolak sayang. Katakan sama mama nak,tipe istri mana yang mau kamu cari sampai-sampai kamu menolak istri yang mama pilih?"
Alze menghela napas pelan,lalu membenarkan posisi duduknya. "maa,tolong jangan paksa aku melakukan hal yang tidak kusukai. Soal nikah,itu bukan yang perkara yang mudah maa. Butuh kecocokan keduanya." ucapnya berusaha untuk memberikan pengertian mamanya supaya mengerti.
"huft,mama tau nak,tapi segeralah." ucap Haura pelan lalu melenggang keluar pintu Alze dengan raut wajah sendu. Alze menghembus napas kasar melihat punggung sang mama menghilangkan dari pandangannya. Ia jadi merasa bersalah tidak menuruti kemauan orang tuanya.
Tanpa berpikir panjang, ia pun berlari menghampiri sang mama dan menyetujui untuk menikah. "mamaa." panggilnya melihat Haura sedang duduk disofa.
Haura menyeka air matanya lalu menoleh kearah putranya. Alze tertegun menatap mata mamanya memerah,ia merasa menjadi anak durhaka telah membuat mamanya menangis karena kenaifannya.
"aku setuju menikah." ucapnya datar tanpa ekspresi. Haura terperanjat langsung menghampiri Alze. "kamu serius?"
Alze mengangguk yakin walaupun hatinya ragu. "iyaa maa."
"okee,besok mama carikan gadis yang cocok denganmu." ucap mama pelan lalu melenggang masuk kedalam kamar.
"huft,aku terpaksa setuju maa." lirihnya pelan lalu masuk kedalam kamarnya dengan perasaan tidak karuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
Kira - kira yang seperti apa ya... apa nanti gak sengaja ketemu dengan Bita 🤔
2022-04-27
3
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
cepat banget berubah pikirannya.
2022-04-27
2
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
bener banget 👍
2022-04-27
2