bab 8

"Selesai" teriak Feri sehingga semuanya bertepuk tangan.

"Gila, suara kamu bagus banget Ara dan kamu mudah banget menyanyi tanpa salah sedikit pun" puji Bram yang memberikan satu botol air minum kepadaku.

"Makasih, ini kan berkat kamu yang sudah bantu aku" jawabku dan membuka minumanku.

Feri pun mendekati kami "Pak lagu ciptaan bapak memang keren banget" ucap Bram yang membuat aku menumpahkan air minum yang masuk ke dalam mulutku keluar lagi.

"Uhukkkk, uhukkk" Feri memberikan tisu kepadaku.

"Kamu pelan-pelan minumnya" ucap Feri yang membuat aku menatapnya.

"Dasar penipu, jelas-jelas itu lagu ciptaan ku malah kamu dengan wajah tersenyum puas membanggakan diri dari hasil jerih payahku" ucapku dalam hati.

Di rumah sakit Nando sampai bersamaan dengan laki-laki berwajah cantik yaitu dokter Teguh Wagina?, Sp.BP yang selalu mengejek Nando.

"Wah siapa ini" ucap Teguh.

Dengan menegakkan kepalanya Nando menjawab "kamu lupa dengan aku, apa jangan-jangan kamu pura-pura lupa. Hah kalau kamu kangen bilang aja."

"Kakak" teriak suara dari belakang, Nando pun menoleh ternyata Jaya Anggara kusuma Wijaya, Sp.B adik kandung Nando mendekatinya.

"Kak, ternyata benar kata papa kalau kakak akan bergabung lagi. Asikkkk" teriak Jaya sambil memeluk Nando.

"Iya donk, kamu lihat kakak mu akan membuat perubahan untuk rumah sakit ini. Sekarang ayo kita masuk" berjalan masuk meninggalkan Teguh sendirian.

"Itu orang sombong banget, siap-siap saja kamu akan malu sendiri" celoteh Teguh yang melihat mereka masuk.

Saat masuk ke ruangan tiba-tiba pasien datang berbondong-bondong, "ah kenapa ini pak" tanya Jaya kepada salah satu perawat.

"Kecelakaan luka bakar dok" jawabnya.

"Ayo cepat di bawa masuk kita harus periksa" ucap Jaya langsung masuk ke UGD.

Salah satu anggota keluarga masuk dan menangis, "dokter tolong wajah anak saya rusak karena menolong saya, dia masih remaja kasihani dia kalau luka itu tidak sembuh."

Jaya melihat dan memeriksa semua pasien bersama dokter yang lain, Teguh yang saat itu melihat orang tua itu menangis segera mendekati "Bapak tidak perlu sedih, di rumah sakit ini kita mempunyai dokter bedah plastik yang handal. Wajah putri bapak akan cantik seperti semula" mendengar ucapan itu bapak itu menarik nafas lega.

"Percayakan dengan Dokter Nando" sambil menunjuk ke arah Nando yang sedang melihat kondisi pasien lain.

Bapak itu berjalan langsung ke arah Nando, Teguh tersenyum puas melihatnya.

"Dokter" sapanya pada Nando.

"Iya pak."

"Apa dokter adalah dokter bedah plastik" mendengar itu Nando pun mengangguk. Bapak itu langsung bersujud kepada Nando sambil menangis "dokter tolong anak saya, wajahnya mengalami luka bakar yang sangat berat karena dia menolong saya saat terjebak di kebakaran itu. Saya tidak mau dia sedih saat wajahnya berubah."

Nando dan dokter yang lain menoleh melihat kejadian itu, Nando yang merasa malu segera merangkul orang tua tersebut untuk berdiri "Baik lah saya akan bantu, ayo kita lihat."

Nando pun berjalan melewati Teguh yang tersenyum "ini pasti ulah waria satu ini" ucap Nando dalam hatinya.

Melihat dokter yang sudah memeriksa anak bapak tersebut segera berkata kepada Nando "dokter Nando, luka bakar yang di alaminya di wajah 60% serta tulang hidungnya pun patah karena kena runtuhan bangunan saat dia menoleh ke atas kejadian kebakaran tersebut."

"Tidak apa-apa, masukkan dia ke ruang operasi aku akan membuat hidung dan wajahnya kembali normal. Tapi pak boleh saya meminta fotonya saat sebelum terkena luka bakar."

Bapak itu pun mengambil dompetnya di kantong celana dan mengeluarkan foto putrinya itu "ini" dokter Nando segera mengambil foto itu.

"Okey, bilang pada perawat pindahkan. Aku menunggu di ruang operasi" Nando segera keluar dari UGD dan saat dia ingin masuk ke ruang operasi papanya berdiri di hadapannya "papa percaya, semua dokter di sini akan membantu" sambil pergi meninggalkan Nando.

"Tidak usah khawatir pa, aku sendiri yang akan menangani" teriak Nando saat papanya pergi.

Teguh yang saat itu masuk bersama jaya mengantar pasien itu bersama perawat ke ruangan operasi, "Kak aku yakin kakak bisa" teriak Jaya segera keluar.

"Ingat jangan buat malu diri sendiri" bisik Teguh.

"Dasar waria berani sekali dia mengejekku" celoteh Nando saat Teguh keluar dari ruang operasi.

Semua dokter yang di perlukan menunggu di luar kaca untuk melihat, Nando memulai operasinya sambil melihat foto yang di berikan.

Aku yang saat itu sedang mendengarkan suara ku di ruangan bersama Feri tersenyum puas "gila suaraku memang keren" ucapku dalam hati namun masuk lah wanita muda ke ruangan kami.

"Kakak" teriaknya kepada Feri dan ternyata saat aku menoleh adalah Meri adik ipar ku yang dulu sering sekali menyuruh-nyuruhku melakukan semua pekerjaannya.

"Kenapa" tanya Feri saat itu dia melambaikan tangannya kepadaku untuk aku berdiri dari tempat dudukku namun aku tidak memperdulikan dia.

"Hey kamu, aku udah kasih kode tadi berdiri karena aku mau duduk" teriaknya kepada ku.

"Sial, wanita ini harus di kasih pelajaran" ucapku dalam hati langsung berdiri dan berjalan keluar ruangan namun saat kakiku melangkah Feri berteriak "Ara kamu mau kemana" tanyanya.

"Aku mau ambil minum" ucapku sambil keluar.

"Siapa kak, cantik banget" tanya Meri pada feri saat aku keluar.

"Artis baru, kamu harus belajar sopan sama dia karena dia adalah aset perusahaan kita" ucap Feri yang membuat Meri hanya mengangguk.

"Wanita kecil itu berani sekali mengusir aku terang-terangan, sikapnya dari dulu tidak berubah" kesalku sambil berjalan ke arah dapur mengambil minum namun aku melihat wanita tua sedang mengangkat galon kesusahan sehingga menghampirinya.

"Aduh nek bahaya, sini" aku mengangkat satu galon di kanan dan satu galon di kiri. Dia yang melihat aku mengangkat galon terdiam.

Aku meletakkan galon tersebut ke tempatnya dan menyusunnya serta mengganti galon yang habis, "neng gimana bisa pinggang sekecil ini mengangkat 2 galon dan juga neng tau di mana posisi galon-galon ini berada" tanyanya.

"Aduh aku lupa, nenek ini kan dulu sering aku bantui angkat galonnya" dalam hatiku, "Hem walaupun pinggang ku kecil tapi tenaga ku kuat nek. Galon itu aku asal taruh saja yang penting rapi" jawabku.

"Siapa nama kamu neng."

"Nama saya Hiara Najwa, panggil saja Ara. Kalau nenek" tanyaku seperti orang yang tidak kenal.

"Nama kamu dan kepribadian kamu mirip sekali dengan seseorang yang sering bantu nenek, tapi orang tersebut sudah tiada. Kamu panggil saja saya nenek Ida karena saya OB tertua di sini."

"I, iya nek, kalau gitu aku buat kopi dulu" sambil mengambil gelas dan membuat kopi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!