bab 2

Cuaca hujan pun sudah reda sehingga aku bisa cepat melajukan mobil untuk sampai di rumah.

Namun saat sampai di rumah aku melihat mobil seseorang yang aku kenal ada di parkiran rumahku.

Aku pun membuka pintu rumah secara berlahan memanggil suamiku tapi tidak ada jawaban, aku melihat di ruang tamu sepatu wanita ada di dalam rumah berserakan beserta sepatu, jaket, baju kaos suamiku.

"Apa ini, kenapa berantakan. Apa sudah terjadi sesuatu dengan suamiku" dengan cepat aku mencari suamiku di setiap ruangan yang ku buka kosong, hingga akhirnya aku ke lantai atas menuju kamar.

Aku mendengar suara yang tidak asing dari dalam kamar sehingga secara pelan-pelan aku mendekati pintu kamar dan menempelkan telingaku untuk mendengarkan percakapan itu.

"Sayang, bagaimana kamu puaskan."

"Sangat puas, tapi kamu nekat sekali kita harus melakukan ini di dalam rumah."

"Tadi aku mendengar apa yang istri kamu katakan bahwa di rumah ini tidak ada orang, lagian kamu kenapa tidak menceraikan wanita jelek dan gendut itu" kesalnya.

"Wanita jelek dan gendut seperti gajah itu tidak bisa aku ceraikan, kamu tau sendiri kalau opa memberikan semua harta warisan kepada wanita itu saat opa sudah tiada. Kalau aku menceraikannya bagaimana dengan keluargaku, bisnisku dan apalagi lagu ciptaannya serta suaranya itu sangat indah jadi aku tidak mau menghilangkan aset ini."

"Tapi aku kan juga orang kaya sayang walaupun tidak sebanyak opa, kamu tau aku sudah muak harus menahan rasa cemburuku saat kamu seolah memperhatikan dia."

"Sudah lah kamu harus bisa bersandiwara karena tidak salah aku membuat kamu bermain akting dan penyanyi terkenal" ucapnya sambil mengelus wajah wanita itu.

"Oke aku akan sabar sampai kamu menceraikannya, wanita jelek itu merasa keberuntungannya ada pada hal dia tidak tau kalau semua orang hanya bersandiwara di depannya."

Mendengar ucapan itu aku yang berada di depan pintu pun menangis dan berlahan membuka pintu kamar dengan tubuh yang gemetar karena rasanya belum siap menyaksikan apa yang akan terjadi saat aku memergoki mereka.

Aku masuk ke kamar melihat suamiku dan Lidia berpelukan mesra di atas ranjang kamarku tanpa berbusana apa pun, hanya di tutupi selimut tubuh mereka.

Aku tanpa sadar mundur berlahan brukkk vas bunga hiasan yang menempel di dinding kamar terjatuh, mereka kaget dan menoleh melihat aku yang menangis.

Suamiku segera melepaskan pelukannya dan berdiri, aku melihat suamiku yang tidak menggunakan baju berjalan ke arahku "sayang kamu mulai kapan ada di sini" tanyanya sambil memegang pundak ku, aku pun melepaskan tangannya dari pundakku sambil menggigit bibirku untuk bisa menghentikan air mata yang mengalir di wajahku.

Lidia menggunakan selimut berjalan mendekati aku "bagus deh kamu sudah lihat, kamu lihat kan malam ini aku bercinta dengan suamimu. Apa kamu mau lihat secara langsung tubuhku yang indah biar kamu bisa bercermin melihat perbedaan kita" ucapnya sombong sambil memegang tangan suamiku.

Feri pun sadar tubuhnya tidak menggunakan apa pun sehingga berjalan mencari pakaiannya dan menggunakan dengan cepat, aku yang mematung tidak bisa berkata-kata pun hanya diam menyaksikan saat Lidia membuka selimutnya memamerkan tubuh langsingnya di hadapanku.

"Lidia, hentikan. Gunakan pakaianmu" teriak Feri.

"Sayang, kamu jangan dengarkan ucapan Lidia. Kamu harus percaya padaku kalau aku hilaf" ucap Feri dengan wajah berpura-pura sedih berlutut di bawahku.

"Sudah lah, aku sudah muak kamu harus berpura-pura baik pada wanita jelek ini. Dia itu harus sadar diri kalau dia itu tidak pantas untuk kamu" teriak Lidia.

Aku pun menarik nafas panjang dan membuka suara "kalian berdua orang jahat dan licik, aku akan melaporkan ini semua kepada opa, papa dan mama. Kamu wanita pelakor aku akan mengutuk kamu karena sudah menggoda suamiku" teriakku sambil memutar tubuh dan berlari keluar.

Feri pun mengejar ku, "Sayang tunggu" teriaknya sambil mengambil bajunya untuk di gunakan.

Mendengar suara mesin mobil dia pun ke atas lagi mencari kunci mobil, "mana kunci mobil, aku harus mengejarnya" ucap Feri.

"Aku ikut" ucap Lidia terburu-buru mengenakan bajunya.

Mereka pun berlari kebawah mengejar menggunakan mobil Lidia yang terparkir di teras rumah, aku yang menangis menancapkan gas yang begitu kencang sehingga kecepatan pun di luar batas.

"Jahat, ternyata tidak ada keberuntungan untukku. Hidupku sangat menyedihkan, aku dari lahir hidup miskin sampai menikah, aku selalu di bully, di hina, di caci karena wajah dan tubuhku yang gemuk ini" celotehku sambil menghapus air mata yang mengalir di wajahku.

Tanpa tersadar mobil yang di kendarai oleh Feri dan Lidia persis di sebelahku, aku yang melihat pun secepatnya menginjak gas lagi sehingga mereka tidak bisa menyusul ku.

"Lidia apa yang kamu lakukan" teriak Feri saat Lidia mengambil stir mobil mendekatinya ke arah Hiara.

"Aku sudah bilang sama kamu sayang, kalau aku sudah muak dengan wanita jelek ini" teriak Lidia.

"Kamu jangan menghancurkan rencanaku, aku tidak mau Hiara terjadi apa-apa karena dia adalah asetku" teriak Feri lebih besar lagi.

Melihat Feri yang berteriak seperti itu Lidia pun kesal dan berkata "injak gasnya sayang" sehingga Feri menginjak gas dengan cepat menyusul mobilku.

Saat mobil itu mendekati mobil yang aku kendarai tiba-tiba mobil Feri stirnya ke arah mobil yang aku kendarai sampai lecet, aku yang panik melihat mobilnya dengan sengaja mendekati ke arahku segera membanting stir mobil sampai mobilnya hilang kendali dan menabrak pembatas jalan ke arah pantai yang penuh dengan batu karang sampai mobilnya meledak.

Mobil Feri pun berhenti "Hiara" teriak Feri melihat kejadian mobil di sampingnya terjatuh dan meledak. Feri dan Lidia segera turun dari mobil "apa yang kamu lakukan, andai kamu tidak mengambil kendali stir maka tidak akan terjadi yang seperti ini" teriak Feri ke Lidia.

serombongan warga pun keluar mendengar suara ledakan, "ayo kita pergi" tarik Lidia membuat Feri terdiam.

"Ayo kita pergi, warga akan datang sebentar lagi. Kita bisa di penjara kalau ada yang lihat" teriak Lidia.

Mendengar perkataan yang di ucapkan Lidia segera Feri berjalan masuk ke dalam mobil dan mereka bergegas pergi.

Di perjalanan pun Lidia berkata "kejadian ini harus kita rahasiakan sampai kapan pun, aku tidak mau kita masuk penjara gara-gara ini."

"Tapi, kenapa kamu tega membanting stir ke arah mobilnya" ucap Feri.

"Sudah lah sayang kita tidak usah bahas ini lagi, kalau Hiara itu mati maka warisan akan jatuh ke tangan kamu langsung" ucapan Lidia.

Feri pun tersenyum puas, "kamu benar, aku harus bisa membuat opa percaya pada ku."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!