bab 20

Aku yang melihat Hito "sini" panggil ku Hito pun segera mendekat.

Aku mengambil sendok memukul kepalanya "akhhhh" Hito berteriak sakit.

"Kamu suka sekali bohongi ibu."

"Udah ngak usah bertengkar, mending kalian pulang sebelum ibu datang lagi kesini terus banyak tanya pada kalian."

Aku dan dokter pun bergegas pulang "ayah" langsung memeluk ayah dan pergi secepatnya.

Di perjalanan pun dokter mengoceh dari awal dan sampai di rumah "dokter aku cuma mau bilang kalau hari ini aku resmi pacaran lagi dengan suami ku."

Dokter pun menatap ke arah ku "tadi kamu bilang aku pacar kamu, sekarang kamu bilang pacaran lagi dengan suami kamu. Kamu kira aku cowok apaan."

Aku pun tertawa mendengar ucapan dokter "jangan marah donk dokter" aku pun membuka hp dan melihat sesuatu "yesssss, yuhu" teriaku membuat dokter menjewer telinga ku.

"Berisik mending turun karena aku mau ke rumah sakit lagi" omelnya.

Aku pun memberikan hp ku kepadanya "lihat dokter laguku trending nomor 1 sekarang dan aku bakal punya banyak uang untuk membayar hutang-hutang ku kepada dokter, terus membeli rumah untuk ayah. Keberuntungan ku benar-benar 99% sekarang" tanpa sadar aku berkata sambil menggenggam tangannya.

"Bagus deh, tapi tangan ku jangan di pegang lama-lama" aku pun melepaskan pegangan ku.

"Maaf, dadah dokter hari ini aku akan masak enak dan banyak jadi jangan makan di luar" aku segera keluar dari mobil berlari masuk ke dalam rumah.

Dokter yang masih di dalam mobil pun berceloteh "kenapa aku deg-degan ya tadi, aneh dan untung aku masih bisa mengendalikan semuanya."

Aku yang saat itu sedang masak pun tiba-tiba datang lah ketukan dari pintu, aku mematikan kompor dan segera membuka pintu namun saat itu aku melihat di depan mata ku seorang wanita muda sedang bertanya alamat yang di cari.

Selesai itu aku pun menutup pintu "aneh di dekat pantai kan banyak orang tapi kenapa dia harus mengetuk pintu rumah ini" celoteh ku sehingga aku pun segera mengintip dari jendela.

Aku melihat wanita itu sedang berbicara dengan wanita lain saat aku melihat dengan seksama "itu kan Lidia, tadi dia bilang syuting tapi kenapa malah ada di depan sini. Jangan-jangan" aku pun segera mencari hpku menelpon Jaya dan melanjutkan masakanku.

Lidia pun masuk ke dalam mobil di temani Nindi "kamu lihat kan wanita itu bilang kalau wajahnya sama sekali mirip, orang seperti dia pasti sudah melakukan oplas" celoteh Lidia.

"Kamu jangan asal bicara, bisa saja dia keluarga dari dokter itu. Yang aku dapat info dokter itu baru beberapa minggu ini terkenal dan selama ini dia selalu gagal dalam operasi, jadi kalau dia baru ahli tidak mungkin Ara operasi sebab operasi perlu waktu beberapa bulan."

"Ahhhhhh menyebalkan, aku harus menghancurkan wanita itu" teriak Lidia.

Keesokan paginya aku yang datang ke kantor segera di serbu wartawan dengan lagu trending ku, aku menjawab dengan nada lembut dan sangat ramah.

Feri yang datang saat itu segera menghampiri dan memegang tanganku "terimakasih atas wawancaranya, sepertinya artis kami perlu masuk ke dalam. Kalian tunggu saja debut terbaru yang akan di lakukan oleh artis kami ini" ucap Feri dan kami pun pergi dari tempat itu.

Aku yang masih berpura-pura tersenyum ramah di depan Feri segera memeluknya "kekasihku memang yang terbaik" di saat yang bersamaan Lidia pun melihat.

Dengan emosi Lidia segera mendekati kami "apa ini" teriaknya membuat aku tersenyum puas.

Semua orang berada di sana segera menoleh ke arah kami karena teriakan Lidia "Seperti yang kamu lihat" ucapku membuat Lidia mengangkat tangannya ingin menamparku namun di tahan oleh Nindi yang buru-buru menghampiri kami.

Nindi segera menarik tangan Lidia untuk pergi, aku yang tahu Lidia akan ke toilet segera mencari alasan berbisik kepada Feri "aku ke toilet dulu yah."

Feri hanya tersenyum mengangguk dan aku bergegas pergi, Lidia yang marah-marah saat melihat aku masuk segera diam.

Aku mencuci tangan ku dengan tersenyum membuat Lidia segera mendekati aku "kenapa kamu seperti tertawa" tanyanya.

"Tertawa tidak di larang kan."

"Apa hubungan kamu pada Feri sampai berpelukan di depan semua orang."

"Seperti yang di lihat" kepalaku mendekati telinga Lidia "pasangan" sambil tersenyum.

"Bohong."

Aku pun berjalan langsung pergi "jawab bohong, aku akan bongkar kebohongan kamu" teriak Lidia lagi.

Nindi pun menenangkan Lidia lagi "aku akan hancurkan dia hari ini" celotehnya.

Aku masuk sambil tersenyum, di belakang ku Lidia dan Nindi pun ikut "karena sekarang sudah kumpul kita akan mulai rapatnya" ucap Feri yang membuat semuanya siap.

Meting pun segera di mulai kegiatan yang penuh terlampir dengan job yg padat, Lidia yang saat itu masih protes karena lagunya membuat suasana di ruangan panas namun dengan sigap Nindi bisa mengatasi semua keluhan-keluhan Lidia.

Selesai meting pun aku mengikuti jadwal untuk ikut show nanti sore "aku ke apartemen aja deh lihat apa yang sudah di lakukan Jaya" celoteh ku langsung keluar.

Namun saat lagi di luar aku melihat banyak sekali kamera yang sedang menyoroti Lidia, tanpa peduli aku pun berjalan melewatinya namun saat aku melewatinya Lidia pun berteriak "Araaaa."

Aku pun menoleh "aku ngak salah dengar Lidia memanggil aku, ah mungkin aku salah" celotehku tidak mempedulikannya.

"Ara, Ara, Ara" panggil Lidia dan berjalan menghampiriku.

"Benar aku, mau apa dia" ucapku dalam hati.

Aku pun tersenyum palsu di hadapanku, dia menjelaskan sedang melakukan acara reality show untuk di tayangkan secara live.

"Harusnya reality ini mereka akan melihat isi rumahku tapi saat melihat Ara bagaimana kalau kita main ke tempat Ara, karena Ara artis baru dengan suara indah kita bisa tahu bagaimana kehidupan Ara" Lidia sambil tersenyum lebar "rasakan kamu Ara" ucap dalam hati Lidia.

"Sial, ini jebakan" ucapku dalam hati, aku pun sambil tersenyum "bagaimana yah, bagaimana kalau besok saja soalnya rumah Ara masih berantakan" alasanku.

"Boleh donk Ara sekali ini saja, ini bagus loh untuk para fans kamu nanti. Plisss" Lidia masih membujuk sehingga membuat aku merasa khawatir.

"Okey, tapi agak jauh."

"Yeah, ayo teman-teman sekarang kita bisa shot bareng Ara hari ini" ucap Lidia membuat semua orang di sana gembira.

Aku pun segera mengirimkan pesan pada dokter dan Jaya secepatnya "aku ke toilet dulu sebelum kita berangkat" ucapku berjalan secepatnya ke toilet.

Lidia pun masuk duluan ke mobil menunggu aku "rasakan kamu Ara, aku yakin kamu tidak bisa berkutik dan hancur hari ini," ucap Lidia dari dalam hatinya sambil melihat aku berjalan menuju toilet.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!