Episode 13 : Tidak apa memberikan aku hukuman.
***
Di belakang mansion Adam Duke,
Helaian kain dingin berwarna putih bersih menyentuh luka-luka di tangannya yang belum kering, rasanya sedikit perih.
Tubuhnya juga sudah kelelahan sekali, kakinya yang terluka juga belum sepenuhnya sembuh, nafasnya sedikit terengah-engah karena dia harus berjinjit menjemur kain itu seorang diri.
Tetapi Alice tidak merasa sedih ataupun merasa tidak adil, yang ada dia merasa bahagia dan bersemangat, luka-luka nya yang menimbulkan rasa perih tak sebanding dengan kebahagiaan di hatinya.
Bagaimana tidak, dia senang sekali berguna untuk Adam Duke, dia senang bagaimana Adam Duke menyuruhnya melakukan ini semua.
Hanya satu yang diinginkan gadis muda yang polos itu, dia ingin Adam Duke bangga kepadanya, memujinya karena sudah melakukan semuanya dengan baik dan benar.
Tangannya masih aktif merapihkan kain, agar bisa terjemur dengan rapih, senyuman di wajahnya yang terlihat pucat dan lelah belum juga hilang.
Sampai ketika ....
Dari belakang kain putih yang dihembuskan angin, Alice melihat seorang pria berbadan tegap, mengenakan kemeja putih, wajahnya tampan, dan dia terlihat begitu dominan dan tinggi.
"Deg ... Deg ... Deg!"
Saat melihat lelaki itu jantung Alice berdegup begitu cepat, dia terdiam dan menghentikan kegiatan yang sedang ia lakukan.
Wajah yang saat lalu hanya samar-samar di matanya sekarang sudah bisa ia lihat dengan sangat jelas.
Ternyata suaminya sangat tampan, hal itu membuat Alice terdiam dan seolah waktu berjalan dengan sangat lambat.
Alice langsung tahu lelaki itu adalah suaminya, dia bisa merasakannya, auranya sama dengan lelaki yang mengusir semua bisikan buruk di telinganya.
"Tak ... Tak ... Tak!"
Adam melangkah semakin mendekat, mata Alice masih melekat dan mulutnya masih tertutup rapat seolah tak bisa menggambarkan apa yang ia rasakan, dia juga tidak tahu harus melakukan apa, yang jelas dia kebingungan namun juga bersemangat di saat yang bersamaan.
Alice yang masih berada di sekitaran kain putih yang sudah menggantung rapih di sekitarnya, mencoba melangkah dengan tertatih ke sisi dimana kain putih tak akan lagi menghalangi dirinya.
Dia menunduk dan tangannya ia kepal di depan, menunjukkan kesopanan dan rasa hormat kepada Adam Duke.
Adam Duke telah melangkah mendekat, dia sudah ada di hadapan Alice, jaraknya hanya sekitar 2 langkah, jarak mereka begitu dekat sehingga membuat Alice menjadi semakin gugup.
"Angkat wajahmu!"
Suaranya yang rendah tetapi memiliki tekanan di dalam nadanya, menghampiri pendengaran Alice yang sejak tadi kelimpungan tidak tahu harus mengatakan apa, tidak tahu harus bersikap bagaimana.
Tetapi saat mendengar ucapan suaminya, Alice dengan perlahan mulai mengangkat wajahnya.
Dia menatap mata yang tajam itu, bola matanya hitam, wajahnya dari jarak dekat benar-benar terlihat maskulin.
Tidak bisa digambarkan oleh Alice sebelumnya, Adam adalah lelaki pertama yang benar-benar dekat dengannya, hal itu sungguh membingungkan dan membuatnya bertanya-tanya, mengapa dia merasa aneh sekarang ini.
"Tu ... Tuan Adam," suaranya yang begitu lembut, selembut angin dingin yang menyapa keduanya.
Jantung Adam serasa diremas, dia tidak mengerti apa yang sedang melanda dirinya, dia bingung dan dia kesal, mengapa dia merasa sakit dan cemas disaat yang bersamaan, hal itu benar-benar mengusik sekarang ini.
Adam bisa melihat dengan jelas, wajah yang putih pucat, menunjukkan kelelahan, di tangannya banyak luka dan memar, sepertinya banyak pekerjaan yang ia lakukan dan baru pertama kali jadi dia melukai dirinya sendiri.
Disamping itu, kakinya yang saat lalu kena tembakan juga perban nya sudah dalam kondisi buruk, hanya ditinggal selama satu minggu, Alice berubah menjadi semakin menyedihkan, tubuhnya tetap kurus, dan wajahnya tetap terlihat menyedihkan.
"Sekarang ini apa yang sedang kau lakukan?" suaranya begitu tegas, matanya melekat menatap mata Alice yang kelihatan bingung mendapati jika Adam kelihatan tidak senang dengan segala hal yang telah ia lakukan.
"Kenapa Tuan Adam kelihatan marah sekali?"
"Ah, mungkin karena pekerjaan ku belum usai, banyak kain yang belum aku jemur, halaman belakang juga belum seluruhnya aku bersihkan, ah, bodohnya aku,"
Alice berbicara dalam dirinya, dia kebingungan mengapa Adam kelihatan marah, namun dia bisa menyimpulkan sendiri jika sepertinya Adam marah karena dia belum selesai melaksanakan pekerjaannya.
"Tu ... Tuan, maafkan aku, aku memang belum selesai menjemur kain nya, aku juga belum selesai membereskan halaman belakang, tapi ... tapi aku akan selesaikan semuanya malam ini, tenang saja Tuan, aku pasti akan berguna untuk mu,"
Alice tersenyum, dengan sedikit terbata-bata, dan mata yang kurang fokus karena berbicara dengan cepat.
"Wanita ini, apakah dia tidak merasa sakit? tangannya penuh luka, kakinya juga, wajahnya pucat dan sepertinya dia demam karena kebanyakan terkena air, mengapa dia tetap tersenyum kepadaku? kenapa?"
Adam merasa semakin sesak, semakin ia melihat Alice tersenyum semakin sakit hatinya, semakin ia melihat ketulusan di mata wanita ini semakin kesal dia pada dirinya sendiri.
Merasa wanita setulus dan sepolos ini tidak seharusnya ada di dunia modern seperti sekarang.
"Hah!"
Dada Adam semakin sesak, nafasnya menjadi semakin berat.
"AKU TANYA APA YANG KAU LAKUKAN SEKARANG INI? HA? KENAPA KAU TERLUKA DAN KENAPA KAU MENJEMUR KAIN SEPERTI INI?"
Tanpa sadar, Adam membentak dengan suara yang lantang, suaranya menggema di halaman belakang dan membuat Alice terkejut sekali.
Bulir-bulir air mata tak terasa mengalir di pipi Alice, bentakan seperti ini sangat biasa ia dengar selama ia di kurung, bukan hanya dari para pelayan yang tidak suka menjaganya, akan tetapi dia sudah terbiasa diteriaki oleh Rose dan mendapati penyiksaan.
Mendengar suara yang kuat dan intensitas kemarahan Adam yang besar, Alice segera menutupi wajahnya, dia menunjuk bahasa tubuh yang siaga.
"Tu ... Tuan, jika Tuan mau memukul aku tidak apa, aku tahu pekerjaan ku belum selesai jadi aku pantas di hukum, tapi ... tapi tolong jangan memukul wajahku, atau mengurung aku di ruangan gelap, aku bersalah karena tidak bisa melakukan pekerjaan dengan baik, jadi ...." suaranya bergetar ketakutan, air matanya sudah berurai dengan hebat, tangannya yang kelihatan menutupi wajahnya terlihat bergetar sekali.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Nurkema
kasian alice gila smua playan
2025-03-27
0
Siti Marwah
pelayan gila ..mati aja mendingan..
2024-07-02
0
ash want support
traumaa bgt pastii
2024-03-24
1