Episode 3 : Jangan tinggalkan aku sendirian.
***
Di mobil Adam Duke,
Adam sudah duduk di belakang mobil, dimana Kai juga membawa Alice yang sejak tadi diam dan seperti ketakutan duduk di sisi Adam di dalam mobil.
Saat duduk di dalam mobil dan untuk pertama kalinya menaiki mobil, Alice mencengkeram tangannya dan ketakutan di wajahnya tak bisa ia sembunyikan.
"Tuan, maafkan aku dengan lancang bertanya kepadamu, sekarang ini mau kemanakah anda membawa ku?" suaranya yang lembut dan bergetar membuat Adam mengernyitkan dahinya.
Kenapa dia kelihatan takut sekali?
Kenapa dia berbicara begitu sopan dan wajahnya begitu lugu dan polos?
Semua pertanyaan itu mengelilingi kepala Adam dan sedikit mengganggu nya.
"Srek!"
Adam segera mencengkeram kedua pipi lembut Alice, seolah ingin menumpahkan kemarahannya kepada wanita yang sudah menjadi istrinya itu.
"Jangan berbicara kepadaku, jangan bersikap seolah kau telah memiliki hak untuk bersuara di hadapanku! mengerti!" Adam menekan dan menggeram.
Membuat Alice terdiam dan mengangguk, dia belum bisa melihat dengan jelas namun walau dia sudah diancam dan diperlakukan tidak baik, dia tetap merasa senang karena bisikan mengerikan yang selalu saja menyuruhnya mati telah hilang saat ia berada di dekat lelaki ini.
Adam mencengkeram pipi Alice, mengharapkan sebuah pemberontak dan pembelaan diri namun anehnya yang ia lihat hanyalah balasan menurut dan senyuman lembut yang mengegerkan hati yang juga mengusik Adam.
"Kenapa dia harus tersenyum pasrah seperti ini! apakah ini benar Alice yang katanya terkutuk? di mataku dia bahkan lebih lemah dari kelinci, dia hanya seperti gadis biasanya yang tak berdaya!"
Adam bertanya dalam dirinya, semua gambaran dalam bayangannya mengenai Alice sungguh jauh berbeda.
Tanpa ia sempat berpikir, supir pribadinya yang juga anggotanya itu akhirnya menghentikan mobil.
"Tuan, kita sudah sampai," seru anggotanya itu membuka pintu untuk Adam Duke.
Salah seorang yang lain juga membuka pintu diarah Alice.
Alice tidak tahu mereka ada dimana, akan tetapi suasana disini begitu rimbun dan segar, seolah mereka berada di tengah hutan.
"Aku tidak akan mengunjungi mu jika tidak akan kebutuhan, kau akan tinggal disini bersama pelayan," Adam Duke segera memberitahukan kepada Alice.
Jika Alice tidak akan tinggal satu rumah dengannya, melainkan akan diasingkan juga dan disingkirkan.
Bagaimana pun Alice hanya dibutuhkan sebagai penghubung antara dirinya dan keluarga Brown, selebihnya dia tidak membutuhkan Alice.
"Sudah kuduga aku juga akan disingkirkan, dilempar kedalam kegelapan yang menakutkan,"
"Memangnya siapa diriku mengharapkan sesuatu yang tak mungkin dari orang yang tidak dikenali,"
"Aku hanyalah putri terbuang yang seharusnya tak dilahirkan!"
Alice terdiam saat Adam mengatakan hal itu, dia menunduk dan mengangguk, tak bisa meminta hal lebih dan bahkan membela dirinya.
"Kenapa dia tidak meminta hal apapun?"
"Dia bahkan tidak meminta untuk tinggal bersamaku!"
"Ah, apa yang kupikirkan ini, masa bodoh dengannya, aku tidak harus peduli!" geram Adam menghela nafasnya dalam-dalam dan hendak berlalu tanpa mengatakan apapun.
Akan tetapi ....
"Dor!"
"Dor!"
"Dor!"
Suara tembakan terdengar begitu nyaring, beberapa pelayan dan supir Adam terluka oleh tembakan itu.
Alice yang mendengar suara nyaring itu langsung tersungkur dan menutupi telinganya, dia menangis histeris dan ketakutan.
Adam yang memang lihai dan terkenal hebat dalam bela dirinya langsung mengambil senjata api di sakunya, hanya melihat dari arah tembakan dia bisa memperkirakan letak penembak yang menembaki mereka.
Adam segera bersembunyi di belakang mobil, menunggu tembakan selanjutnya agar ia bisa meng-akuratkan perhitungan nya.
Disisi yang lain, para anggotanya juga Kai ikut mengambil posisi untuk melakukan penyerangan balik.
"Huhu ...."
Saat Adam tengah serius dan menunggu tembakan selanjutnya, dia melihat Alice yang belum bisa melihat dengan jelas itu ketakutan setengah mati dan menangis tersedu-sedu menutupi telinganya.
"Dor!"
Mata Adam menangkap arah senjata itu, mengarah dan menembak kaki Alice.
"Ah!"
Alice berteriak kecil, lalu terduduk di tanah, dia tak tahu harus melakukan apa, dia meraba-raba sekelilingnya dengan tangan yang sangat gemetaran.
Dor!"
"Dor!"
"Dor!"
Setelah Adam dan Kai mengetahui arah tembakan itu, mereka langsung melakukan penyerangan balasan.
Menembak semua orang yang bersembunyi hendak menembak mereka.
Mungkin Gordon telah sial, atau mungkin dia meremehkan Adam Duke.
Jika hanya dengan jebakan kecil dan murahan seperti ini tidak akan mungkin melenyapkan monster seperti Adam juga Kai yang terkenal tidak pernah meleset dalam tembakannya.
Hanya dalam beberapa menit, musuh mereka yang hanya berjumlah 20 orang tergeletak tak bernyawa keselurahan.
"Urus mereka!" perintah Adam kepada Kai yang juga sudah menyimpan senjatanya sama seperti dirinya.
"Baik Bos," seru Kai menyanggupi.
Alice yang masih meraba-raba tanah yang ia duduki menangis tersedu-sedu, dia ketakutan sekali dan bingung apa yang harus ia lakukan dan kemana ia harus pergi bersembunyi, karena ia belum bisa melihat dengan jelas, dia kesulitan untuk berjalan dengan benar dan menentukan arah.
"Si tua Bangka itu bahkan ingin membunuh anaknya sendiri! menjijikkan!" geram Adam menghampiri Alice dan bersimpuh duduk hendak meraih tangan Alice.
Tetapi sebelum Adam meraih tangan Alice, Alice terlebih dahulu menemukan tangannya dan segera meraihnya.
Mata Alice segera melebar dan ia menengadahkan wajahnya.
Wajahnya yang putih pucat dan begitu cantik namun menyedihkan, bola matanya tang tidak fokus karena tak bisa melihat dengan jelas.
"Tu ... Tuan, aku takut, tolong jangan tinggalkan aku sendirian disini,"
"Tolong jangan mengurung aku di sini, aku akan lakukan apapun Tuan, aku bahkan tidak akan berani meminta apapun lagi, aku akan bersikap seolah aku tidak ada,"
"Hanya saja tolong biarkan aku tinggal bersamamu, jika menurut mu aku terkutuk dan semua kekacauan ini semua terjadi oleh karena aku tolong maafkan aku, aku akan bisa tinggal di belakang rumahmu, atau di ruangan sisa, dimanapun, yang penting jangan tinggalkan aku sendirian, aku takut ...."
Tangisannya yang memilukan dan suaranya yang gemetaran, Adam sampai terkejut sekali, dia bahkan tak mengetahui apa yang sedang ia rasakan, entah rasa sakit apa yang ia rasakan saat mendengar dan melihat derita wanita cantik ini.
"Apakah kau tidak merasakan sakit di kakimu? kenapa kau hanya merengek untuk bisa tinggal di rumahku dan tidak merengek karena lukamu?" Adam bertanya dengan nada yang sinis, lagi-lagi ingin mendengar apa yang akan dijawab oleh wanita ini.
"Tuan, aku hidup di dalam kegelapan selama ini, aku telah mendapatkan banyak luka sebelumnya, ini tidak sakit sama sekali, aku pasti akan sembuh dengan sendirinya, Tuan tidak perlu repot-repot melakukan apapun, jadi ...." belum sempat Alice mengatakan apapun.
Adam yang mendengar jawaban jujur dan memilukan itu, Adam langsung menarik tangan Alice dan menggendongnya masuk kedalam mobil.
"Cepat menuju rumah sakit!" perintahnya kepada salah satu anggotanya yang juga membantu Kai membereskan kerusakan yang baru saja terjadi.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
nobita
tuhh kan.. Adam perhatian sama Alice... bagaimana pun juga mereka kan suami istri
2025-02-14
0
Nurkema
sdih sma alice
2025-03-27
0
Misdina Ningsie Panggabean
akupun pernah menyandang anak pembawa sial.. ucapan itu sangat mengerikan dan meninggalkan trauma yang dahsyat🥺
2024-07-29
0