Sekitar jam tujuh malam akhirnya Asep, Bani dan Sobir selesai menyiapkan kios mereka.
Banner juga telah dipasang di depan kios.
Banner yang dipesan Asep secara dadakan macam beli tahu bulat itu berwarna hijau ngejreng.
Tak lupa lampu kelap-kelip juga terlihat menghias di depan kios hingga langsung terlihat semarak.
Kais, Depy dan Ela pamit pulang ke rumah setelah seharian ikut membantu ini itu di kios Asep.
"Makasih ya Nona-nona..."
Kata Asep dengan gayanya.
"Sama-sama Bang Asep, kalau butuh tenaga tambahan, hubungi aku ya."
Ujar Ela.
Asep mantuk-mantuk.
"Aku anter Kais pulang dulu Sep."
Kata Sobir.
Asep mengangguk.
"Salam buat Ibu Sob, bilangin juga terimakasih sudah masakin."
Kata Asep.
Sobir mengacungkan jempolnya.
"Santai."
Kata Sobir.
Sobir naik ke motornya, dan Kais naik membonceng sang kakak, sementara Ela berboncengan dengan Depy.
Asep mengantar mereka sampai ke jalan depan, begitu mereka pergi barulah Asep kembali menuju kiosnya yang rolling door nya sedang ditutup oleh Bani.
"Mulai malam ini kamu tidur di sini Ban, kamu sudah bilang ke Emakmu kan?"
Tanya Asep.
"Sudah Sep, dari kemarin aku memang pengin banget keluar dari kampung Raja Pete, nggak betah banget tiap lewat depan orang pada ngelihatin aku kayak lihat jambu air busuk jalan kaki."
Kata Bani curhat.
Asep mantuk-mantuk sambil menepuk bahu si Bani.
"Aku tahu rasa stroberi."
Kata Asep.
Bani mengerutkan kening.
Apa hubungannya? Batin Bani.
"Aku juga pernah dititik itu, lewat dilihat sebelah mata, begitu menyapa orang yang disapa pura-pura tak dengar."
Kata Asep.
"Jadi gunjingan, jadi cemoohan, itu sudah bertahun-tahun aku alami Ban, dan aku rasanya sampai muka terasa setebal kasur busa."
Asep lalu mengajak Bani masuk ke dalam rumah Bik Marni.
Bani melihat sekeliling rumah yang bangunannya masih model bangunan lama, mungkin model bangunan era 50'an.
Hingga kemudian Bani matanya tak sengaja melihat ke arah dinding ruang tamu di mana ada dua foto jadul hitam putih ukuran besar.
Dua foto itu adalah foto kakek dan neneknya Asep.
Setelah melihat foto nenek dan kakeknya Asep, Bani juga melihat kursi goyang yang sebetulnya ada hantu Nenek Asep duduk di sana yang juga sedang memandanginya.
"Awas kalau kamu ngajarin Asep aneh-aneh, aku colok matanya."
Kata si hantu Nenek pada Bani yang jangankan dengar, lihat uban Nenek saja tidak.
Tapi, entah kenapa Bani tiba-tiba merasa bulu kuduknya merinding.
"Sep."
Panggil Bani sambil menabok bahu Asep dari belakang.
Asep menoleh pada Bani.
Keduanya memang akan menuju bekas kamar Asep yang letaknya dekat dengan kamar SaNi dan juga kamar bekas Nenek.
"Rumah Bibik kamu serem ya Sep."
Kata Bani.
"Serem apaan."
Ujar Asep yang sebetulnya ia juga sedang takut, makanya dia bersikeras membawa Sobir dan Bani ikut tidur di rumah Bibik karena dia sendiri memang takut kalau harus tinggal sendirian.
Untungnya saja, pas Asep butuh teman, pas ada proyek besar datang, jadilah Asep bisa menjadikannya alasan untuk menahan Bani dan Sobir.
"Nggak usah takut, di sini nggak ada apa-ap..."
Prak!!
Tiba-tiba di kamar bekas kamar Nenek yang ada di dekat kamar Bapak Asep yang tadi sudah di bereskan Sobir yang dibantu Kais serta teman-temannya, terdengar suara seperti benda jatuh.
Asep dan Bani seketika berpandangan, keduanya mengisyaratkan takut dan juga tanda tanya.
"Apa tuh Sep?"
Kata Bani.
Asep menatap pintu kamar Neneknya yang tertutup rapat.
Kamar yang sejak Nenek meninggal tak pernah ditempati itu nyatanya tak mungkin ada siapapun di sana kecuali hantu.
Hiiii...
Asep jadi ingat semalam didatangi Nenek yang marah karena Asep tidak pulang ke rumah dan malah ikut tidur di rumah Sobir.
"Jangan-jangan Nenek kamu Sep."
Ujar Bani lagi, membuat Asep menoleh ke arah Bani dan ingin jitak kepalanya.
Bersamaan dengan itu hantu Nenek nya Asep melayang dari ruang depan menuju mereka berdua yang tampak kasak kusuk tak jelas.
"Sudah, paling juga tikus."
Kata Asep mencoba menghibur diri dan juga menenangkan Bani supaya jangan sampai Bani nanti ketakutan lalu ngacir dan meninggalkan Asep sendirian.
"Tikus? Di kamar Nenek?"
Tanya Bani.
"Iya, kan Nenek dulu waktu hidup suka sama tikus."
Jiiaaaah...
Baru dengar ada orang suka tikus. Batin Bani.
"Dasar bahlul!!"
Hantu Nenek melayang ke arah Asep dan siap menabok kepala Asep, tapi tiba-tiba...
Tint!!
Terdengar suara klakson mobil di depan rumah.
Asep dan Bani kembali saling berpandangan.
"Siapa?"
Keduanya nyaris bersamaan.
"Kamu aja Ban yang keluar."
Kata Asep.
"Lah gimana, kan kamu yang keponakan Bik Marni."
Kata Bani.
"Ya nggak apa kamu kan wakilin, katanya kamu tangan kiriku."
Ujar Asep.
"Lah tangan kiri mah buat cebok!"
Bani kesal.
"Ya kan yang penting kan tangan kiri juga penting."
Kata Asep membuat Bani menghela nafas.
"Ya baiklah."
Bani akhirnya mengalah.
Bani berjalan keluar rumah, namun...
Bani celingak-celinguk.
Sepi.
Kosong.
Tak ada siapapun.
Jangankan mobil yang tadi jelas-jelas terdengar suara klaksonnya dan juga cahaya lampunya yang sempat menyorot masuk me dalam ruangan rumah, STNK dan BPKB mobilnya saja tidak kelihatan.
Bani garuk-garuk kepalanya hingga ketombenya berterbangan seperti salju.
Angin berhembus sepoi-sepoi, Bani melihat pohon-pohon yang tumbuh di pekarangan depan rumah tetangga samping rumah Bik Marni rasanya tiba-tiba merinding.
Bani segera masuk ke dalam dan kembali ke tempat Asep.
Asep sudah masuk ke dalam kamar dan sedang mengeluarkan kaos dari lemari.
"Siapa?"
Tanya Asep sambil menoleh pada Bani yang muncul di pintu kamar.
Bani menggeleng.
"Sepi, nggak ada siapa-siapa."
Kata Bani.
"Tetangga belakang mungkin."
Kata Asep yang mengira maksud si Bani sepi itu ada mobil tapi tak ada orangnya.
"Tetangga apa? Itu mobil tadi cuma ada suara klaksonnya saja, tapi wujudnya tidak ada."
Tutur Bani akhirnya.
Asep kembali menoleh pada Bani.
"Hantu apa ya?"
Ujar Bani pula.
Asep lalu mendekati Bani untuk kemudian keluar dari kamar.
Penasaran Asep pun berjalan menuju keluar rumah, dan...
Sebuah Pajero hitam persis milik pacar Anggita terparkir di depan rumah.
Lah itu ada mobil, si Bani matanya gimana. Batin Asep heran.
Seorang laki-laki terlihat turun dari balik kemudi.
Laki-laki muda tampan yang terlihat tersenyum pada Asep begitu ramah.
Asep tentu saja membalas senyuman dengan senyuman lagi yang lebih cerah, karena buat Asep, membalas senyuman dengan surat pasti akan lama sampainya.
"Ngg... Maaf, cari si... si... siapa ya Tuan?"
Tanya Asep yang agak grogi kalau ketemu orang tajir.
Laki-laki itu menatap Asep sambil tersenyum,
"Tuan Asep, saya Krisna, utusan Tuan Anonymous."
Kata laki-laki tampan bernama Krisna tersebut.
"Tuan Anonymous?"
Gumam Asep.
"Ya Tuan..."
Jawab si Krisna.
Asep yang sebetulnya masih sedikit bingung akhirnya mempersilahkan Krisna masuk ke dalam rumah.
Dan...
**------------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Teh lia
Kesukaan nenek tikus 😆😆😆
2022-06-05
0
Ganuwa Gunawan
stnk sm bpkb nya lgi d sekolahin sep
2022-05-28
1
Ganuwa Gunawan
dasar gebleg.. ya iyalah aah buat hebok
2022-05-28
1