Asep akhirnya berhasil memarkirkan vespa nya di depan rumah Mpok Mumun yang asri.
Rumah yang tak seberapa mewah, namun halamannya luas ditanami banyak bunga dan pohon Akasia.
Asep sebelum turun dari vespa terlihat bercermin dulu di kaca spion, memastikan rambutnya yang sudah kelimis abis itu masih mengkilap.
Setelah akhirnya Asep yakin penampilannya sebelas duabelas dengan oppa Korea kejedot pintu, Asep pun turun dari vespa.
Sambil menenteng paper bag berisi jahitan Mpok Mumun, Asep berjalan sebagaimana moon walk nya Michael Jackson.
(Auto musiknya Billie Jean...)
Ting tong plenong...
Bel pintu dibunyikan Asep.
Sambil menunggu pintu dibuka, Asep membenahi penampilannya agar lebih rapi jali.
Tak lama pintu utama rumah Mpok Mumun pun terbuka, dan di sana, di depan Asep, kini berdiri seorang gadis cantik mempesona.
Waaaa... Apa ini pelangi setelah hujan gerimis reda?
Apa ini bintang venus di langit subuh yang bening?
Ataukah ini adalah bunga mawar yang baru saja merekah di tengah taman?
Hati Asep kebat-kebit luar biasa.
Dadanya berdebar-debar macam ada yang menabuh bedug di dalam sana.
"Bang Asep?"
Suara itu terdengar sangat lembut.
Selembut bulu Uyik.
Asep rasanya seperti melayang sampai ke bulan dan bersedia tak turun lagi ke bumi, tak apa tinggal di bulan selamanya, dan berkumpul bersama Alien.
"Ang... Anggita kenal Bang Asep?"
Tanya Asep yang rasanya tak percaya Anggita mengenalnya.
Gadis cantik bernama Anggita itu mengangguk seraya tersenyum.
"Tentu saja kenal, kan Anggita sering jahit di tempat Ibunya Bang Asep."
Ujar Anggita.
Asep cengar-cengir senang bukan main.
Ah ternyata Anggita adalah gadis yang mata batinnya sudah terbuka secara sempurna, hingga bisa menyadari keberadaan Asep dan juga melihat Asep sebagai laki-laki yang...
Belum lagi Asep selesai GR, tiba-tiba terdengar suara dari dalam.
"Siapa Nggit?"
Dan munculah sosok Mpok Mumun dari dalam.
"Eh Bang Asep, ayuk silahkan masuk."
Mpok Mumun ramah.
Asep mengangguk cepat, sigap dan langsung melesat ke dalam.
"Duduk Bang."
Kata Mpok Mumun.
Anggita sendiri kemudian masuk ke ruang dalam meninggalkan Asep dan Ibunya di ruang tamu.
Ah Asep rasanya ingin sekali menghalangi Anggita masuk ke ruang dalam. Asep ingin Anggita di sini saja, di ruang tamu, menemaninya.
"Itu baju saya kan Bang Asep?"
Tiba-tiba terdengar suara Mpok Mumun yang sambil menunjuk paper bag di tangan Asep.
Asep yang sadar dia malah bengong melihat pintu menuju ruang dalam di mana Anggita barusan masuk lewat sana jadi terkesiap.
Malu ketahuan bengong macam sapi ompong keseringan makan coklat dan permen, maja Asep cepat-cepat memberikan paper bag berisi jahitan Mpok Mumun.
Mpok Mumun menerima Paper Bag berisi jahitannya itu sambil mesem tipis.
"Tunggu sebentar ya Bang Asep, saya cobain dulu, barangkali ada yang kurang sreg jadi nanti bisa dibawa langsung."
Kata Mpok Mumun.
Asep mengangguk.
"Anggita... Anggitaaa..."
Mpok Mumun beranjak dari ruang tamu seraya memanggil anak gadisnya.
"Ya Buuu..."
Sahut Anggita dari dalam.
"Bilang ke Mbak Eli, itu Bang Asep dibuatkan minum."
Kata Mpok Mumun.
"Iya Buuu..."
Sahut Anggita lagi.
Mpok Mumun masuk ke kamarnya yang tak jauh dari ruang tamu.
Asep di ruang tamu celingak-celinguk memperhatikan sekeliling.
Banyak foto-foto Anggita terpajang di sana. Sungguh cantik luar biasa.
Kecantikannya begitu alami, terpampang nyata dan nyaris tanpa cela.
Asep masih asik menikmati kecantikan wajah Anggita di foto-foto yang terpajang di dinding ruang tamu rumah Mpok Mumun, manakala terdengar di luar seperti ada suara mobil memasuki halaman.
Asep melongok dari kaca jendela ruang tamu, di mana dari sana ia bisa melihat mobil pajero sport hitam berhenti di dekat vespa jadul Asep.
Bersamaan dengan itu, Anggita dari ruang dalam juga tampak keluar, ia berlari kecil melewati ruang tamu di mana Asep duduk.
Anggita keluar dari rumah, tersenyum lebar sambil menghadap mobil yang baru datang itu.
Asep mulai tak enak hatinya, dag-dig-dug suara bedug kini bertalu-talu di dalam dadanya tak lagi sama iramanya.
Ya...
Jika dag-dig-dug Asep tadi membawanya berbunga-bunga, sekarang Asep merasakan sebaliknya, ia was-was dan juga...
Panas.
Asep panas luar biasa begitu dari mobil Pajero sport yang keren itu turun seorang pemuda tampan memakai kacamata hitam.
Pemuda itu hanya pakai celana pendek, kaos oblong, kacamata hitam dan sandal gunung, tapi...
Ah!!
Asep tepuk jidat.
Terutama saat pemuda itu menghampiri Anggita, meraih pinggangnya dan mencium keningnya.
Haiiish... Asep mendesis di tempatnya.
Tepat saat asisten rumah tangga keluarga Mpok Mumun muncul di ruang tamu, lalu menata minuman untuk Asep depannya Asep.
"Mangga Bang."
Asisten rumah tangga tersebut mempersilahkan.
Asep yang merasa hati dan kepalanya kebakaran, walhasil langsung saja meraih cangkir berisi teh manis yang baru disuguhkan.
Tapi ...
Uhuk... Uhuk... uhuk...
Asep tersedak.
Teh itu nyatanya masih panas, dan Asep saking kesalnya sampai tak ingat meniupnya lebih dulu sebelum meminumnya.
"Lho... kenapa Bang Asep?"
Tanya Anggita begitu masuk melihat Asep terbatuk-batuk.
Asep menggeleng sambil menepuk dadanya agar batuknya reda.
"Ambil air putih sayang."
Pemuda itu bersuara.
Anggita mengangguk lalu segera berlari menuju ke dalam sambil memanggil Mbak Eli si asisten rumah tangga keluarga Mpok Mumun.
Pemuda yang jelas adalah pacar Anggita itu menghampiri Asep untuk membantu, tapi Asep segera menolaknya.
"Tidak usah... Uhuk uhuk uhuk... Aku... Uhuk... Uhuk... Uhuk..."
Asep terus terbatuk.
Tak lama Mpok Mumun muncul dengan dompet di tangan.
"Kenapa Bang Asep?"
Tanya Mpok Mumun yang melihat Asep tiba-tiba jadi terbatuk-batuk, padahal sebelumnya Asep baik-baik saja.
Asep terlihat berdiri.
"Sa... Ya... uhuk... uhuk... Uhuk."
Anggita muncul dari ruang dalam membawa segelas air putih hangat.
Anggita memberikan gelas berisi minuman itu kepada Ibunya untuk diberikan pada Asep.
"Minum dulu Bang."
Kata Mpok Mumun.
Asep mengangguk begitu yang menyuruh mpok mumun.
Asep meneguk air putih hangat itu.
Setelah batuknya mulai reda, Asep pun pamit.
"Eh ini Mpok Mumun sekalian titip uang kurangan jahitan Bang Asep."
Kata Mpok Mumun.
Asep mengangguk.
Wajahnya kini sudah tak lagi cerah.
Awan mendung seolah tumplek di wajah Asep.
Mpok Mumun memberikan uang dua ratus lima puluh ribu kepada Asep.
Asep menerimanya.
"Salam untuk Ibunya ya, mungkin minggu depan Mpok Mumun mau jahit lagi sekalian sama Anggita."
Kata Mpok Mumun.
"Lho belum beli bahan kebayanya kan Bu."
Kata Anggita menyela.
"Ya sekarang saja belanja, biar aku antar."
Pemuda si pacar Anggita bersuara, membuat Asep rasanya ingin segera berubah jadi asap bakaran sate.
"Ya sudah, aku siap-siap dulu."
Kata Anggita.
"Ibu berarti sekalian ikut Bu."
Pemuda itu begitu manis pada calon mertuanya, Asep jadi terbatuk lagi.
Sebelum batuk itu berubah jadi erupsi, Asep pun akhirnya benar-benar pamit, ia terburu-buru keluar dari rumah Mpok Mumun lalu menaiki vespa jadulnya.
Sejenak saat Asep akan melajukan vespanya, ia melirik pajero sport milik pacar Anggita.
Asep menghela nafas.
Pajero, kapan aku bisa beli dan naik pajero?
**---------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
J S N Lasara
sabar sep
2022-09-09
1
@Kristin
haha😂 Benjol dong
2022-07-18
1
Ganuwa Gunawan
mirip mirip the cangcuters ya tor
2022-05-27
1