Asep mengendarai vespanya dengan lemas dan tak bersemangat, hatinya hancur berkeping-keping dan rasanya semangat hidupnya semakin merosot drastis.
Oh oh... sungguh malang nian nasibku. Batin si Asep.
Vespanya yang otok-otok melewati pangkalan ojek lagi, tapi di sana sudah sepi, begitu masuk jalanan kampung menuju rumahnya, Asep tiba-tiba melihat seorang gadis cantik di pinggir jalan.
Gadis yang cantik itu tersenyum pada Asep, sungguh senyumnya bagaikan langsung bisa jadi penawar rasa sakit di hati Asep.
Siapa tuh ya?
Gadis mana tuh ya?
Batin Asep.
Asep terus bertanya-tanya sampai kemudian tak terasa vespanya sudah mendekati rumah.
Terlihat Emaknya di teras depan rumah sedang belanja di tukang sayur keliling, memilih sayuran sambil mengobrol dengan ibu-ibu tetangga yang juga ikut belanja.
Asep mematikan mesin vespanya, dan kemudian membawa vespa itu ke depan rumah untuk kemudian diparkir begitu saja.
"Eh si Bang Asep, tumben rambutnya kelimis banget."
Kata Bu Resti memancing cekikak-cekikik Ibu-Ibu yang lain.
"Iya lho, coba tiap hari begitu kan sudah macam oppa Korea."
Kata Bu Putri Marfuah, yang merupakan tetangga baru di sekitar rumahnya Asep.
"Kerja di mana sekarang Bang Asep, Bu?"
Tanya Bu Arinda.
"Ooh masih nyari Bu Arinda, tapi tadi sih dimintain tolong sama Bibiknya, semoga saja dia mau."
Ujar Emaknya Asep.
"Oh ya syukurlah kalau sudah ada pandangan, ini adik saya juga seusia Bang Asep lagi ngurus berangkat ke Jepang."
Kata Bu Resti.
Ibunya Asep tersenyum sambil mantuk-mantuk.
Setelah menyelesaikan acara belanja dan acara bergosip ria mereka, akhirnya Emaknya Asep masuk ke dalam rumah.
Emaknya Asep memanggil si Asep yang sepertinya sudah langsung ngadem di kamarnya yang pengap dan apek.
"Seeep... Aseeeeeep."
Panggil Emak.
Asep yang baru lima belas menit selonjoran di dalam kamar sambil main hp di lantai dan di depan kipas angin akhirnya terpaksa keluar dari kamar.
"Mpok Mumun bagaimana? Ada yang diprotes tidak jahitannya?"
Tanya Emak.
Asep terlihat memasukkan tangannya ke saku celana, lalu mengeluarkan uang dua ratus lima puluh ribu titipan Mpok Mumun.
"Tidak ada Mak, semua aman, malah katanya mau datang lagi, mau jahit lagi."
Kata Asep.
Emak terlihat menghela nafas lega.
"Sudah itu uangnya buat kamu saja."
Kata Emak
"Loh, nggak lah Emak, ini kan bisa buat modal lagi, buat Emak belanja juga."
Ujar Asep.
Emak meletakkan belanjaannya di atas meja kayu lama yang tak jauh dari kamar Asep dan juga dapur.
"Tadi Bibik kamu telfon, katanya mau minta tolong kamu itu jagain rumahnya."
Kata Emak.
"Bik Marni?"
Tanya Asep.
Emak mengangguk.
"Iya, dia mau tinggal di Salatiga dulu, kan si SaNi baru beli rumah, katanya masih takut tinggal sendirian, jadi Bibik mu mau temani dia tinggal di sana."
Kata Emak.
"Sampai kapan?"
Tanya Asep.
"Ya sampai SaNi tidak takut ditinggal."
Sahut Emak.
Asep garuk-garuk kepalanya yang tak gatal.
"Jadi Asep harus bolak balik?"
Tanya Asep lagi, kali ini ia akhirnya memilih keluar dari kamar dan duduk di kursi depan meja di mana banyak sayuran yang baru saja dibeli Emaknya.
"Ya kamu mau bolak-balik juga tidak apa, mau tinggal di rumah Bibik juga tidak apa, kan di sana juga rumah Nenek, dan ada kios Bapakmu dulu itu kamu buka lagi saja Sep, kata Bibikmu juga sayang kalau tidak diteruskan usahanya."
Ujar Emak.
Asep tampak garuk-garuk lagi, dan garukan jari jemarinya merusak tatanan rambut klimis Asep.
"Nanti sore pergi ke sana, temui Bibikmu biar dia tenang."
Kata Emak.
Asep mengangguk.
"Kamu itu jangan malas-malasan terus, mana ada perempuan yang mau nanti dilamar kamu kalau kamunya saja begitu Sep."
Kata Emak.
Asep jadi galau lagi, karena ingat Anggita dan Pajero pacar Anggita.
**---------------**
Sore hari, hujan turun rintik-rintik, tapi karena Emak terus saja meminta Asep ke rumah Bibi Marni, akhirnya Asep pun mengalah.
Dengan masih malas, Asep akhirnya memaksakan diri pergi ke rumah Bibi memakai vespanya.
Rumah yang ditinggali Bibi Marni yang merupakan rumah peninggalan Kakek dan Nenek Asep sebetulnya letaknya tak begitu jauh, hanya beda kampung tapi masih satu kecamatan.
Dulu Bapak buka usahanya juga di sana, karena selain tak usah sewa kios, Bapak juga bisa tetap mondar-mandir jagain Kakek dan Nenek.
Waktu itu Bibi Marni masih tinggal di Taiwan jadi TKW, sedangkan kakaknya Bapak, Wak Imah yang sekarang punya showroom mobil second, tinggal di kota Kecamatan yang letaknya cukup dekat dengan pasar.
Asep dengan mengenakan jas hujan tampak mengendarai vespanya menerjang rintik hujan yang turun dari langit.
Jalanan cukup lenggang, hanya ada beberapa anak kecil yang berlarian main hujan-hujanan berada di jalan yang dilalui Asep.
Merasa enggan melewati jalan raya, Asep akhirnya memutuskan lewat jembatan lama yang sebetulnya sudah mulai jarang dilalui orang sejak ada kasus orang dari desa seberang melompat bunuh diri dari sana.
Banyak yang bilang setelah kejadian itu sering muncul penampakan perempuan yang bunuh diri tersebut.
Meskipun sebetulnya orang yang bunuh diri itu kabar-kabarnya adalah orang gangguan jiwa, tapi tetap saja, itu tak lantas mempengaruhi orang untuk akhirnya tidak takut dengan penampakan.
Otok... otok... otok...
Vespa Asep masih berjuang berjalan membawa sang Tuan menuju rumah Bik Marni.
Saat kemudian vespa mendekati jembatan, Asep tiba-tiba melihat gadis cantik yang siang tadi juga ia sempat berpapasan.
Ya gadis cantik itu, yang menyunggingkan senyuman indah luar biasa, senyuman tulus pertama dari perempuan cantik sejak Asep sadar betapa senyuman perempuan bisa menggetarkan dadanya.
Asep kembali dibuat terkesima, ketika melihat gadis itu juga tampak kembali tersenyum pada Asep.
Gadis itu memakai payung warna pink dengan gambar Bunga-bunga kecil.
Mereka sempat bertemu pandang, dan saat Asep sudah berjarak dua meter melewati gadis itu, tiba-tiba saja vespa Asep berhenti sendiri.
Asep tentu saja langsung panik.
Duh, mana baru akan lewat jembatan, hujan juga masih turun, bengkel juga jauh.
Asep turun dari vespanya, lalu menendang vespa itu dengan kesal.
"Kamu kenapa mogok di depan cewek, kan aku malu."
Asep menggerutu.
"Kenapa Bang?"
Tanya si gadis cantik berpayung pink mendekati Asep.
"Ooh enggak, nggak apa, lagi pengin foto sunset saja dari jembatan ini."
Kata Asep beralasan, daripada tengsin bilang vespanya mogok pada gadis cantik berpayung pink itu.
Gadis itu mengangguk sambil tersenyum.
"Ya kau benar Bang, sunset dari jembatan ini memang indah, tapi biasanya tidak jika hujan turun seperti saat ini."
Kata gadis itu.
Asep nyengir.
Iya juga sih, lagian mana ada orang lihat sunset sampe rela hujan-hujanan. Batin Asep.
"Saya ikut pulang ya Bang, ngga apa kan nebeng."
Kata gadis itu kemudian.
Asep melongo...
**----------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Ganuwa Gunawan
jangan sep.. jng d bonceng
2022-05-27
2
minarni 0714
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-02-16
2
Lisa Aulia
wah...ini jng2 cewek jadi2an....kasihan kan Asep klw disukai mbak kun...ngenes nya makin nambah... Manusia nggak dapet...eh...malah demit yg nemplok....
2022-02-05
2