Episode 10

Malam sudah tiba dan dengan ciri khasnya binatang malam berbunyi di sekitar halaman menjadikan suatu kondisi yang terlihat sunyi. Keluarga Bara baru saja selesai makan malam dan mereka berhambur pergi masing-masing.

Jihan istrinya masuk kedalam kamar anak kembar mereka, sedangkan Azka tak ada di rumah karena dinas. Dan Kinan tentu saja menemani Dea yang bersikeras ke dapur membantu para asisten rumah tangga yang berada di situ untuk membersihkan meja makan dan mencuci piring yang baru saja mereka pakai.

“Bang, ayah boleh bicara sama kamu sebentar?” tanya Bara yang berdiri dari duduknya mendekati sang putra kedua yang sedang minum sebelum beranjak dari meja makan.

Alvar langsung melihat sang ayah yang menghampiri dirinya saat ini

“Iya boleh yah, ada apa?” tanyanya sambil melihat kearah ayahnya tersebut.

“ngobrol di pinggir kolam yuk bang, kayaknya nyaman di sana” ajak Bara pada anaknya itu.

“Ya udah ayo yah,” Alvar segera bangkit dari duduknya.

Bara segera berjalan lebih dulu dan Alvar mengikuti langkah ayahnya yang menuju ke arah kolam renang saat ini.

Tak butuh waktu lama kini mereka sudah mengambil duduk di kursi yang berada di pinggir kolam renang. Duduk saling berhadapan satu sama lain,.

“Kamu besok mau balik ke Jogja?” tanya Bara yang memulai percakapan lebih dulu.

“Iya yah, bukannya tadi aku sudah bilang saat makan malam” pungkas Alvar mengaskan sekali lagi pada ayahnya kalau besok dia kembali ke Jogja.

“Ayah kira kamu bercanda” ucap Bara enteng sambil membuang muka.

Alvar hanya diam memperhatikan sang ayah yang malah memalingkan wajahnya.

“Ayah sebenarnya mau ada yang di bicarakan denganku kan” tebak Alvar sambil memperhatikan sang ayah.

“Ada, tapi setelah denger jawaban kamu barusan ayah nggak jadi ngomong” ucap Bara sabil memasang wajah sebal pada anaknya.

Alvar mengernyitkan dahinya menatap sang ayah tak mengerti

“Kenapa nggak jadi?” herannya

“Ayah mau ngomongin apa sama aku, buruan ngomong yah. Nanti malah ribet sendiri kalau aku sudah balik ke Jogja” lanjut Alvar pada ayahnya.

“begini sebenarnya ayah mau ngomong, Fahrul nyuruh kamu cuti lama biar kamu bisa disini sama Dea. habisin waktu berdua sambil kamu disuruh usaha agar ngomong pelan-pelan sama Dea”

“Itu lagi yang dibahas yah, aku ke kamar aja” Alvar merasa jengah saja setiap pembicaraan pasti menujunya kesitu. Memaksa Dea untuk mengingat dirinya, dia tak ingin melakukan itu biar ingatan Dea pulih sendiri. ia tidak mau memaksakan hal itu.

“Terserah kamu lah bang, kamu dari dulu memang apa-apa semau kamu. kita sebagai orang tua pengen bantu kamu tapi kamu nya malah begitu” tukas Bara menatap serius anaknya.

“Bukannya gitu yah, dia biar tenang dulu. nanti juga dia ingat sendiri” sangkal Alvar., dia langung berdiri dari duduknya lebih dulu meninggalkan ayahnya yang diam saja karena sudah malas menasehati putranya.

............................................

Dea sedang duduk di kursi yang berada di dekat tangga rumah Alvar, dia tampak berbicara dengan seseorang melalui ponselnya.

“Iya yah, aku pulang ke Jogja besok. Memang kenapa ayah tanya begitu sama aku?” ucap Dea yang tengah berbicara dengan ayahnya yang berada di seberang sana.

“Ya maksud ayah kamu di Jakarta dulu aja kenapa, di sana cari memory kenangan kamu” tutur Fahrul di seberang sana.

“Aku disini nggak dapat memory apa-apa yah, aku malah ngerasa aneh disini. aku besok pulang mau ketemu seseorang juga yah.”

“Siapa yang mau kamu temuin?”

“Gavin, ayah tahu bos aku di cafe kan. dia katanya mau bantu aku”

“Kamu sudah bilang sama Alvar kalau mau ketemu Gavin besok?”

“Kenapa aku harus bilang yah, ini juga kan bukan urusan Letda Alvar”

Fahrul di seberang sana hanya bisa diam,

“Halo yah, ayah masih di sana kan?” ucap Dea yang merasa tak ada jawaban dari seberang sana.

“Iya intinya kamu harus bilang sama Alvar mbak, kalau kamu nggak bilang ayah larang kamu buat ketemu sama Gavin” tegas Fahrul.

“Ya tapi kenapa aku harus bilang sama Letda Avar, soal aku yang mau ketemu sama Gavin yah” pungkas Dea yang masih tak mengerti kenapa ayahnya bersikeras agar dia bilang pada Alvar.

“Ada apa?” tanya sebuah suara yang tiba-tiba saja muncul di belakangnya membuat Dea langsung reflek berdiri dari duduknya dan melihat kebelakang dimana Alvar sudah berdiri.

“Ngg..nggak. aku sedang bicara dengan ayahku” jawab Dea sedikit terbata.

“boleh pinjam sebentar ponselnya” ucap Alvar sambil mengulurkan tangannya pada Dea ingin meminjam ponsel perempuan itu.

“Tapi aku sedang bicara dengan ayahku” tukas Dea yang tampak berat hati untuk memberikannya.

“Aku tahu, aku ingin bicara dengan ayahmu” pungkas Alvar menatap Dea datar.

Mau tak mau Dea memberikannya pada Alvar, pria itu langsung mengambilnya dan menggantikan dirinya yang tengah mengobrol dengan ayahnya.

Alvar berbicara dengan Fahrul saat ini, dia tampak serius mendengarkan suara di seberang sana membuat rasa penasaran timbul dalam diri Dea karena ekspresi Alvar yang berubah semakin serius dan panggilan beberapa saat kemudian langsung terputus saat keduanya saling mengucapkan salam.

“Ini ponselmu” ucap Alvar yang sudah selesai berbicara dengan Fahrul.

“Ayahku bicara apa denganmu Danton?” tanya Dea yang penasaran menyingkirkan rasa ragu dan takutnya untuk bertanya.

“Kau ingin bertemu dengan Gavin?” bukannya menjawab Alvar malah balik bertanya.

“Itu alasanmu yang buru-buru ingin kembali ke Jogja” lanjut Alvar lagi dengan wajah mengerasnya.

Dea yang melihat itu menelan ludahnya, rasa takut langsung menyelubungi dirinya saat ini

“Aku, aku memang ingin bertemu Gavin lalu kenapa? Ada yang ingin aku tanyakan padanya” jawab Dea menahan rasa gugupnya.

“Aku tidak mengijinkan mu bertemu dengannya,” pungkas Alvar.

“Kenapa? Apa alasanmu melarang ku untuk menemui bos ku” pungkas Dea yang tak mengerti kenapa Alvar melarangnya.

“Aku bilang jangan temui dia, cukup dengarkan apa yang aku dan ayahmu katakan” tukas Alvar.

“Apa hak mu melarang ku Danton Alvar, bukannya ini termasuk lancang karena dirimu mengurusi hidup orang lain” pungkas Dea merasa tak terima.

Alvar terdiam menatap wajah Dea, dia mengepalkan tangannya.

“Terserah dirimu,” tukas Alvar yang langsung pergi menaiki tangga meninggalkan Dea yang termangu di tempatnya melihat Alvar yang pergi dengan jawaban singkat nan ketus itu.

...............................................

Pagi hari di rumah orang tua Alvar sudah sibuk karena alvar yang akan kembali lagi ke Jogja. Mereka sudah selesai sarapan pagi dan Alvar sudah menarik kopernya keluar rumah bersama dengan Dea dan juga yang lain.

Kedua orang tuanya yang akan mengantarkan mereka ke bandara, Jihan berjalan di belakang putra dan suaminya. Dia berjalan beriringan dengan Dea yang berada disebelahnya yang hanya diam sambil melihat punggung kokoh Alvar yang berjalan di depannya saat ini.

“Alvar,..” panggil Jihan pada sang putra yang berada sedikit didepannya. Otomatis langkah Alvar dna juga Bara yang berjalan di depan menuju mobil langsung terhenti dan melihat kebelakang.

“Ada apa bun?” tanya Alvar pada sang bunda.

“Ini kopernya Dea dibawain sekalian kenapa bang, kasihan dia pakai rok panjang sambil narik koper” pinta Jihan.

Alvar melihat sekilas kearah Dea begitu juga Dea yang tampak ragu menatap Alvar yang menatap dingin padanya.

“Dia punya tangan yang bisa narik koper sendiri bun, aku bukan siapa-siapanya jadi untuk apa aku membantunya” tukas Alvar dan langsung berjalan lebih dulu.

Mendengar ucapan itu membuat Bara dan Jihan melebarkan matanya tak percaya menatap Alvar yang sudah pergi. Mereka berdua lalu saling pandang sebelum melihat kearah Dea yang tampak merasa tak enak sendiri.

“Dea maafin anak bunda ya,” ucap Jihan yang refleks bicara seperti itu karena merasa tak enak.

“I..ya tan nggak pa-pa kok.” Ucap Dea.

“Anak itu memang harus di kasih nasehat yah, dia sudah besar tapi sifat masih begitu. Gimana kalau punya anak nanti” omel Jihan sambil melihat Alvar yang sudah sampai di mobil.

Bara yang diajak bicara hanya bisa diam saja,

“Sudah ayo buruan nanti kita kesiangan” ucap Bara mengalihkan pembicaraan. Meminta istrinya untuk segera berjalan ke mobil.

“Ayo Dea, kamu nggak usah di ambil hati ucapan Alvar barusan ya. Itu anak memang begitu,” ucap Jihan yang masih berusaha membuat Dea agar tak berpikir aneh-aneh.

“Iya nggak pa-pa tan, mungkin Letda Alvar sedang banyak pikiran” lirih Dea, hatinya gamang karena itu. apa mungkin sifat Alvar seperti ini padanya karena apa yang dia katakan semalam, pikir Dea.

°°°

T.B.C

Ps. Maaf ya reader's semua, author nggak pernah up. Soalnya author banyak pekerjaan di dunia nyata, ditambah author juga baru sembuh dari sakit jadi nggak pernah up. sekali lagi author mau minta maaf sama kalian ya,.

Terpopuler

Comments

Ai0284

Ai0284

itu itu tipe orang yang gak mau mendengarkan saran nasehat oranv lain,sok bisa sok benar sendiri jadi gedek sama alvar.bukan salah dea mau ketemu gavin orang dia gak tau.

2022-10-15

0

Yayuk Didiet

Yayuk Didiet

Hallowww....selamat pagi author....gimana ini kok stay lagi....kenapa ?????semoga selalu sehat ya thor...agar kami2 selalu bisa menikmati karya2mu...salam sehat & selalu bahagia dari Lembah Dieng....😘

2022-03-22

0

Yayuk Didiet

Yayuk Didiet

Hallowww author......upnya kok cuma satu ya.....kenapa macet lagi...semoga gak ada sesuatu yg hrs dikhawatirkan yaaaa......semangat thor....💪🏼💪🏼💪🏼

2022-03-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!