Ep 05

Motor yang dikendarai Alvar sudah berhenti disebuah Cafe modern tempat nongkrong anak muda, bahkan saat mereka baru saja sampai bisa terlihat banyaknya orang-orang yang berada disitu.

“Maaf ini Cafenya?” tanya Dea pada Alvar.

“Iya ini Cafe tempat mu bekerja dulu” jawab Alvar sambil membuka helmnya dan turun dari motor, Dea yang sudah turun melihat sekeliling Cafe berusaha mengingat kenangan apa di Cafe ini.

Alvar yang melihat Dea belum melepaskan helmnya, membuatnya langsung memegang helm yang masih dikenakan Dea. seketika Dea terdiam karena Alvar yang memegang kepalanya meskipun tidak secara langsung.

“helmnya belum kamu lepas” ucap Alvar dan melepaskan helm yang dikenakan Dea, Dea hanya memperhatikannya saja menatap terus manik mata Alvar yang terasa tak asing baginya.

“Kamu kenapa diam? Ada yang sakit?” tanya Alvar pada Dea yang hanya diam saja tak berbicara dan hanya terus melihat padanya.

“Nggak,” lirih Dea.

“Ayo masuk,” ucap Alvar mengajak Dea untuk masuk kedalam.

“Ayo,” balas Dea dan dia mulai melangkah tapi saat akan melangkah ada bayangan yang muncul di kepalanya. Dimana bayangan ketika dia lari dari dalam sebuah Cafe sambil terburu-buru.

Karena hal itu membuat Dea tidak sengaja menahan tangan Alvar membuat Alvar yang akan melangkah melihat pada Dea saat ini.

“kenapa?” tanya Alvar tak mengerti.

“Tidak apa-apa” jawab Dea dan langsung melangkah masuk lebih dulu, dia rasanya ingin cepat mengingat apa saja yang dia lupakan selama ini.

Banyak pasang mata perempuan melihat kearah Alvar, tatapan kagum begitu menyanjung langkah alvar yang tegap serta postur tubuh Alvar yang sempurna. Wajah yang tampan, hidung mancung dan kulit yang putih.

“Wah ganteng banget pak tentara itu,”

“Iya ganteng ya woy, coba itu calon gue”

“mantap tuh cowok, udah ganteng tentara lagi. Busyett kulitnya juga agak putih, ada ya tentara putih begitu”

Begitulah lontaran-lontaran pujian yang diberikan kaum hawa saat melihat Alvar yang berjalan masuk kedalam cafe sambil melihat-lihat kursi yang kosong untuk diduduki dirinya dan Dea.

Dea yang mendengar pujian-pujian yang diberikan untuk Alvar membuatnya merasa tak senang entah mengapa dia merasa begitu. Hatinya terasa tidak suka perempuan-perempuan itu memberi pujian pada Alvar.

“Ayo, kita kesan. Tempat itu kosong sepertinya” ucap Alvar memegang tangan Dea yang seperti melamun.

“I..iya” jawab Dea sambil melihat tangannya yang digenggam oleh Alvar.

Alvar menyadari itu, dia langsung melepaskan genggamannya pada Dea. dia takut Dea tidak mau dia gandeng. Karena Dea dulu selalu begitu, selalu malu saat dilihat orang lain.

“Maaf sebelumnya, aku rasa kamu lebih baik memanggilku mbak saja agar kita tidak terlalu formal” ucap Dea tiba-tiba,

Alvar yang mendengar hal tersebut langsung menatap Dea,

“Ma..maksudku bukan apa-apa, tapi akan lebih baik kau memanggilku mbak. A..aku lihat juga umurmu sepertinya lebih muda dariku, kau seumuran adikku Dimas kan?” ucap Dea tergagap saat Alvar terus melihatnya, dia gugup sendiri dengan pandangan itu.

“Iya, kalau itu mau mu. Dan kamu panggil saja saya Alvar” ucap Alvar mengiyakan dan dia meminta Dea memanggil dnegan namanya.

“Rasanya tidak sopan saya memanggil nama, saya panggil danton Alvar saja bagaimana” ucap Dea.

“Terserah kamu saja, senyaman dirimu” balas Alvar.

“Ya sudah ayo kita duduk di sana” ajak Dea yang berusaha mengalihkan pembicaraan mereka saat ini.

Mereka berdua sudah duduk ditempatnya, Dea menilisik setiap sudut cafe tersebut mencari-cari apa yang dia ingat saat ini. namun sepertinya dia masih tak mengingat apapun.

“Aku dulu bagian mana saat bekerja disini?” tanya Dea pada Alvar yang menyesap coffee nya.

Alvar langsung melihat kearah Dea,

“Aku tidak tahu kamu diposisi mana, karena aku tidak pernah ketempat ini dulu” ucap Alvar.

“Oh,”

“Kalau begitu kita pulang saja” ucap Dea malah mengajak Alvar pulang.

“kenapa pulang, bukannya kita baru datang?”

“Aku rasa bukan tempat ini dulu yang perlu aku ingat, sepertinya ada orang lain yang harus aku ingat lebih dulu” tukas Dea.

“Ya sudah kalau kau mau pulang” ucap Alvar dan langsung berdiri,, dia merasa bersyukur Dea mengajak pulang. Ia bersyukur karena Dea tidak bertemu dnegan pria bernama Gavin. Sebenarnya dia penasaran juga pria seperti apa yang bernama Gavin itu.

..................................................

Alvar yang sudah mengantar Dea pulang, langsung di cegat oleh komandannya yang menunggu didepan rumah dinasnya saat ini membuat Alvar menatap aneh sang komandan.

“Maaf Ndan ada perlu apa ya?” tanya Alvar pada sang atasan.

“Saya mau bicara sama kamu Letda Alvar, bisa duduk sebentar di kursi situ” ucap Fahrul menunjuk kursi yang berada di bawah pohon rumah dinasnya.

“Bisa ndan” jawab Alvar.

“Ada apa ya Ndan?” tanya Alvar saat dia dan juga atasannya sudah duduk di kursi tersebut.

“begini, tadi ayah kamu nelpon saya. Dia minta saya ngomong sama kamu, kamu ambilah cuti, kondisi Dea juga sudah tidak parah seperti kemarin. Kamu pulang temui bunda kamu, abang kamu sama adik-adik kamu. adik-adik kamu mau ulang tahun kan? terus ayah bunda mu juga merayakan ulang tahun pernikahan. Masa kamu sebagai anak nggak datang menemui mereka” Fahrul tampak menasehati Alvar.

“Tapi Ndan, aku..”

“Aku kenapa, mikirin Dea nanti gimana? Kalau soal Dea kalau gitu kamu ajak saja dia ke Jakarta”

“bagaimana Ndan?” ucap Alvar yang tak mengerti.

“kamu ajak dia ke Jakarta, kan kalian bisa terus berdua di sana”

“Tapi Ndan,...”

“Tidak usah tapi-tapi, nanti saya yang bilang sama Dea soal kamu yang mengajaknya ke Jakarta. Nanti saya bilang kenangan dia di Jakarta banyak siapa tahu dia mengingatnya” ucap Fahrul.

“kamu nggak usah khawatir, serahkan sama saya” ucap fahrul sambil menepuk pundak Alvar.

“Ya sudah, saya bulan ini ambil cuti Ndan” ucap Alvar setelah memikirkannya, ada benarnya juga dia harus pulang ke jakarta menemui keluarganya yang pastinya merindukannya saat ini. dia belum pernah pulang ke rumah sama sekali sejak pelantikan. Pulang hanya sekali saat pernikahan kakaknya beberapa bulan lalu.

“nah gitu, saya senang kalau kamu mau pulang” ucap fahrul terlihat senang dengan keputusan Alvar barusan.

“kalau begitu saya permisi dulu ndan, karena saya harus melatih para prajurit baru” ucap Alvar pamit untuk pergi.

“ya sudah sana, kamu jangan keras-keras dan coba untuk senyum var. Nanti mereka malah anggap kamu galak atau tidak bersahabat” tukas Fahrul sedikit bercanda.

Alvar hanya tersenyum kecil dan mengangguk untuk pamit pergi dari hadapan sang komandan.

“Oh iya var bentar, beberapa hari lagi Juna dipindah tugaskan di tempat kita. Pasti kamu senang kan ada Juna disini” ucap fahrul.

“Serius Ndan?” tanya Alvar.

“Iya, dia tadi nelpon saya dan surat keputusannya juga sudah saya lihat”

“Terimakasih infonya Ndan” ucap Alva dan langsung pergi dari hadapan Fahrul setelah dia memberi hormat pada sang atasan.

°°°

T.B.C

Terpopuler

Comments

~ Neysha

~ Neysha

Mampir kak, semangat terus yah🤗

2022-02-15

0

Yayuk Didiet

Yayuk Didiet

Siapa tau dengan bepergian berdua...bisa mengingatkan memori2 Dea yg telah hilang ya thor....😁😁😁

2022-02-15

0

naviah

naviah

semangat thor💪

2022-02-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!