Alvar melangkah gontai masuk kedalam kamarnya lalu menaruh ranselnya di meja dan dia langsung menjatuhkan tubuhnya ke kasur. Dia menatap langit-langit kamarnya dan seisi ruangan yang beberapa bulan ini ia tinggalkan kosong, beberapa kali ia menghela nafas seakan pikirannya tengah penuh oleh beberapa hal.
Saat dirinya tengah mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lemas, terdengar ketukan dari luar kamar saat ini.
“Masuk,” perintahnya ada orang yang berada di luar.
“Kamu lagi apa bang, capek?” tanya seorang perempuan paruh baya namun masih terlihat muda. Itu Jihan bunda dari Alvar,.
“Bunda” Alvar langsung mendudukkan dirinya saat melihat sang bunda lah yang bertandang ke kamarnya saat ini.
“Ada apa bun?” tanya Alvar pada bunda tercintanya.
Jihan langsung duduk di tepi tempat tidur berhadapan dengan anaknya saat ini. dia langsung meraih tangan sang putra mengusapnya lembut.
“Makasih ya bang, kamu udah bawa mantu bunda ke rumah” ucap Jihan.
“Sama-sama bun, ini juga berkat ayah yang bilang sama ayah Fahrul” Alvar balas memegang tangan bundanya.
“Dea dimana bun?” tanya Alvar menanyakan perempuan yang dia ajak ke Jakarta itu.
“Dia dibawah sama Kinan, ngobrol-ngobrol gitu” jawab Jihan.
“Oh,”
“Kamu kelihatan kurusan kayaknya bang, mikirin apa kamu sampai kurus gini” ucap Jihan saat melihat ada perubahan pada tubuh sang putra.
“Kurus gimana bun, nggak ah.” Elak Alvar.
“Iya tahu bang”
“Nggak bunda, bunda ada perlu apa?” ucap Alvar mengalihkan pembicaraan.
“Nggak ada sih, bunda cuman bilang terimakasih aja.”
“Eh bunda juga mau tanya sesuatu?”
“Mau tanya apa bun?”
“Kamu ada rencana apa biar Dea cepat ingat sama kamu var? Bunda sedih lihat kamu yang mendem sendiri begini. apa perlu bunda aja yang bilang sama Dea kalau kamu itu suaminya” lirih Jihan yang terasa sedih melihat anaknya yang seakan-akan tidak mengenal istrinya sendiri.
“Jangan bun,” larang Alvar pada bundanya.
“kenapa? Kalau dia tahu kamu suaminya kan enak. Pernikahan kalian cepat diresmikan kayak abang kamu. dan kamu bisa mulai rumah tangga mu terus punya anak”
“Iya kalau Dea menerima, kalau dia mau syok bagaimana bun. Aku nggak siap kalau dia begitu.”
Jihan langsung diam mendengar hal itu, dia jadi bingung sendiri saat ini.
“Bunda nggak usah khawtarin aku, aku nggak pa-pa kok bun. Kita tunggu aja, pasti ada waktunya Dea bakal ingat sama semuanya. Habis itu aku bakal bilang kalau aku suaminya” tukas Alvar memegang bahu sang bunda agar Jihan tidak terlalu khawatir.
“Lah terus kamu ada rencana apa bang,”
“Aku sih besok ada rencana mau ngajak dia ke taman ketemu teman-teman komunitasnya dulu, siapa tahu dia ingat sama mereka bun.”
“Besok kan acara bunda sama ayah bang?”
“Ya habis itu bun, soalnya besoknya aku harus kembali ke Jogja lagi”
“Lah kok cepat banget sih bang”
“Iya aku di sana banyak kegiatan bun, Dea juga katanya mau ke dokternya jadi kita berdua nggak bisa lama-lama”
“Yah, padahal bunda belum kangen-kangenan sama kalian bang” ucap Jian yang sedih dengan itu.
Alvar hanya bisa diam, karena mau bagaimana lagi dia hanya mengambil cuti tiga hari. Jadi dia harus kembali ke Jogja secepatnya,.
.................................................
Dea duduk termenung didepan rumah keluarga Alvar, dia memang memilih duduk sendiri di luar. Ia memikirkan apa yang dikatakan perempuan bernama Kinan padanya tadi. Perempuan itu yang merupakan kakak ipar Alvar bilang sesuatu tentang dirinya dan Alvar dulu.
“Apa sebegitu nya dulu Alvar mencintaiku? Apa iya dia sempat frustasi karena pisah denganku? “ gumam Dea mengingat apa yang dikatakan Kinan tadi.
Saat dia tenga memikirkan segala perkataan Kinan padanya, tiba-tiba saja ponsel miliknya saat ini berdering di atas meja membuatnya langsung melihat ponsel tersebut. Tidak ada namanya disitu.
Dea mengambil ponsel tersebut dan mengangkatnya,
“Halo, Assalamualaikum” ucapnya memberi salam lebih dulu saat mengangkat panggilan tersebut.
“Halo Dea, kau ingat denganku?” ucap suara diseberang sana.
“Siapa?”
“Aku Gavin, rekan kerjamu dulu. aku dengar beberapa waktu lalu kau ke Cafe ku. Kenapa kau tidak menemui ku waktu itu, kau ingat denganku kan?”
“Aku tidak ingat denganmu, benarkah kau rekan kerjaku dulu. kalau benar bisa bantu aku mengingat hal lain yang ingin aku tanyakan padamu”
“kau serius tidak ingat denganku?” tanya Gavin.
“Iya”
“Oh, kalau begitu besok kau datang saja ke Cafe, nanti aku akan menjawab semua yang ingin kau tanyakan padaku”
“Aku besok belum bisa ke cafe mu, aku sekarang sedang ada di Jakarta. Kalau aku sudah pulang dari Jakarta, aku akan menemui mu”
“Baiklah, aku tunggu”
“Ya sudah, tidak ada perlu aku bicarakan. Begitu juga denganmu kan, aku ingin pergi sebentar. Aku sudahi” ucap Dea yang entah mengapa dia ingin buru-buru untuk mengakhiri pembicaraan.
“Ya..ya sudah kalau begitu, aku matikan” terdengar nada kecewa dari seberang sana saat Dea meminta untuk menyudahi pembicaraan itu.
Dea langsung menaruh lagi ponselnya ketempat nya semula, dia diam memikirkan ucapan Gavin. Semoga dia setelah menemui gavin besok dia bisa mengingat setengah dari kenangannya yang hilang.
....................................
Alvar sedang memperhatikan dua adiknya yang tengah berenang di sore hari, dua bocah itu meskipun masih kecil tapi diusianya yang akan enam tahun ini sudah bisa berenang sendiri. tentu saja mereka bisa karena ayahnya begitu tegas menyuruh anak-anaknya untuk bisa berenang dari kecil. Dulu dia dan kakaknya juga begitu.
“Bang var, bang var nggak berenang?” tanya Aruna bocah perempuan yang menggemaskan dnegan pipi bulatnya.
“Nggak kamu sama Bian aja yang berenang. Abang lihat kalian aja” jawab Alvar berjalan mendekati kedua adiknya yang sudah menepi.
“abang, ayah belum pulang?” tanya Bian.
“Belum, mungkin sebentar lagi”
“Huh, ayah berarti bohong. Bilangnya mau berenang sama kita” dengus Bian lagi bocah laki-laki kembaran dari Aruna.
“Ayah kerja, nggak boleh gitu dek” ucap Alvar membuat adik-adiknya mengerti.
“hemm”
“Ayo udahan aja yok, sini abang gendong” ucap Alvar sambil mengulurkan tangannya pada kedua bocah itu.
“Yuk, aku dulu mbak Una” ucap Bian saat Aruna lebih dulu yang akan diangkat naik oleh Alvar.
“Ya udah sini Bian dulu yang abang naikin”
“Nggak aku dulu, Bian nanti”
“Aku bang Vavar, Mbak Una nanti aja”
Bocah-bocah itu saling berebut untuk duluan diangkat oleh Alvar membuat Alvar sedikit pusing dnegan adik-adiknya tersebut.
“Jangan berantem gitu dek, satu-satu yok. Bian dulu aja ya mbak Runa, mbak Runa kan yang gede ngalah dulu ya” ucap Alvar dan akan mengangkat Bian.
Runa diam saja dan malah berenang ke tepi lain, dia naik sendiri dengan perlahan lewat tangga.
Alvar garuk-garuk kepala sendiri dnegan tingkah adik-adiknya yang semakin besar itu. bahkan sudah bisa ngambek begitu.
Dulu mereka padahal masih kecil-kecil sekarang sudah mau enam tahun aja bocah-bocah yang dulu sering disebut tuyul oleh Azka. Waktu ternyata cepat sekali berlalu dan dia masih sama seperti dulu.
°°°
T.B.C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Ai0284
laaa...wong dea mau mengingat memorinya kenapa alvar malah enggan.nyatanya dikasiih tau ibunya meski sok akhirnya bisa menerima
2022-10-15
0
Badrun Yatie Vega
thor blm up juga critanya jadi penasaran,,
Q tunggu lo thor
2022-03-15
0
Asih Apriansih Symae
thor kpn up
ditunggu2in gak up2
2022-03-14
0