“Danton Alvar, Danton..kenapa diam?”” panggil Dea sambil memegang tangan Alvar yang diam sambil menatap kearahnya.
“Emm, nggak” jawab Alvar dan langsung memalingkan wajahnya dari Dea yang bingung sendiri dengan sikap Alvar.
“Tadi saya tanya apa sebelumnya kita saling kenal dan memiliki hubungan yang spesial?” tukas Dea menatap kearah Alvar penasaran.
Alvar langsung berbalik melihat kearah Dea lagi, dia menghela nafasnya lebih dulu sebelum menjawabnya.
“Iya, ki..kita saling kenal dulu,” jawab Alvar sedikit ragu.
“Hanya saling kenal atau pernah ada hubungan yang lain?” tanya Dea, entah mengapa dia sangat penasaran dengan hal itu.
“Maksudnya?” tukas Alvar tak mengerti.
“Aku yakin kamu pasti tahu maksudku apa?” pungkas Dea yang bukannya menjelaskan.
“Aku mantan pacarmu dulu” ucap Alvar pada akhirnya, dia terus menatap Dea yang menatapnya tak berkedip.
“Se..serius kau mantan pacarku” tanya Dea terbata, dia sedikit terkejut mendengar hal itu, benarkah kalau pria didepannya adalah mantan pacarnya dulu, pikir Dea.
“Iya, dulu kita pernah pacaran,”
“Kapan?” entah mengapa pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Dea, dia benar-benar penasaran soal hubungannya dengan Alvar.
“Dulu sekali, saat aku masih SMA” jawab Alvar singkat, dia menatap Dea dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
“bagaimana bisa, kau SMA aku sudah lulus. Dan aku juga tidak sekolah di Jakarta, bagaimana bisa kita berpacaran” Dea seakan tak mempercayai hal itu, karena menurutnya mustahil. Dia ada di Jogja dan Alvar di Jakarta jadi bagaimana mereka bisa pacaran dulu.
“Terserah dirimu kalau tidak percaya, sekarang tidurlah nanti kalau sudah mendarat aku bangunkan” ucap Alvar dan langsung berdiri membuat Dea seketika menahan lengannya.
“Kau mau kemana?” tanya Dea sambil menahan tangan Alvar.
“Aku mau ke kamar mandi sebentar” jawab Alvar melihat Dea sekilas.
Dea langsung melepaskan tangannya, membuat Alvar langsung bisa pergi dari tempat duduknya.
“Apa iya dia pernah menjadi pacarku dulu, lalu apa yang menyebabkan kita berdua berpisah. Dan sepertinya juga pria itu sudah memiliki seorang yang baru” gumam Dea sambil melihat kearah kursi sebelahnya yang kosong. Dia berkata begitu karena sempat melihat Alvar yang mengenakan cincin ditangannya.
Alvar memang sedari waktu itu selalu mengenakan cincin di jari manisnya, dan Dea baru menyadari hari ini.
..................................................
Setelah menempuh perjalanan udara sekitar satu jam lebih akhirnya pesawat sudah mendarat di salah satu bandara yang ada di Jakarta. Alvar dan Dea sendiri sudah berjalan menuju ke depan untuk menunggu jemputan mereka.
“Kamu lelah?” tanya Alvar saat melihat Dea tampak mengusap keringat di dahinya.
“Nggak,” jawab Dea singkat.
“Atau apa ada yang sakit? Kalau memang kepalamu pusing bilang padaku?” ucap Alvar yang tampak mencemaskan kodisi Dea.
“Nggak pa-pa Danton Alvar, saya nggak pa-pa” ucap Dea.
“Oh iya nanti tolong antar saya ke hotel terdekat saja ya” tambah Dea dan membuat Alvar yang berjalan disebelahnya menghentikan langkah secara tiba-tiba dan menatap kearah Dea.
“Kenapa ke Hotel?”
“ya saya tidur dimana kalau tidak di hotel,”
“Tidur di rumah saya, ada rumah orang tua saya kenapa harus tidur di hotel” tegas Alvar.
“Tapi saya tidak kenal orang tuamu, dan saya tidak enak dengan calon istrimu” ucap Dea pada Alvar.
“Calon istri?” Alvar tampak bingung dengan ucapan Dea tersebut.
“Iya” jawab Dea lirih.
“Saya tidak punya calon istri” tukas Alvar.
Dea lalu menatap kearah Alvar, dia seakan sedikit tak percaya dengan perkataan pria itu barusan.
“benarkah, lalu cincin, oh maaf kalau saya terlalu ingin tahu” ucap Dea dan langsung menghentikan ucapannya yang menurutnya terlalu ikut campur.
Alvar langsung melihat cincin di tangannya, jadi ini alasan Dea berbicara seperti itu. perempuan disebelahnya mengira dirinya memiliki calon istri.
“Alvar..” panggil seseorang pada Alvar yang akan berbicara pada Dea. Alvar langsung melihat ke depan dimana Azka kakaknya sudah berdiri melambaikan tangan padanya saat ini. Azka sendiri datang dengan baju dinasnya, dia baru saja pulang dan langsung menjemput sang adik.
Dea juga ikut melihat kearah Alvar melihat, di sana dia mendapati seorang pria yang mengenakan seragam yang sama dengan Alvar berjalan mendekati mereka saat ini.
“Bang,..” ucap Alvar dan memeluk kakaknya, begitu juga Azka yang membalas pelukan sang adik.
“Gimana kabarmu hah, “ tanya Azka melepaskan pelukan sang adik dan melihat wajah pria itu.
“baik bang, abang sendiri gimana?”
“Baik juga,”
“Hai Dea apa kabar?” tanya Azka yang langsung menyapa Dea yang melihatnya kebingungan.
Dea melihat kearah Azka, dan sesekali melihat kearah Alvar yang yang berdiri disebelahnya.
“Maaf siapa? Kamu tahu saya?” pungkas Dea.
Azka menepuk jidatnya sendiri, dia lupa kalau Dea lupa ingatan dan tidak tahu dirinya.
“Ini kakakku,” jawab Alvar mengenalkan Azka pada Dea.
“Oh, salam Kenal. Saya Dea,” ucap Dea sambil mengulurkan tangannya lebih dulu. membuat Azka menatap Alvar.
“Saya Azka kakaknya Alvar” ucap Azka membalas uluran tangan Dea. dia sedikit merasa Dea berubah karena dulu Dea sedikit sungkan untuk memperkenalkan diri dulu tapi sekarang perempuan itu lebih terluka sepertinya.
“Mari kalau begitu, kita pulang” ucap Azka mengajak Alvar dan juga Dea pulang ke rumah.
“Ayo,” Alvar langsung menggandeng tangan Dea mengajaknya berjalan mengikuti Azka.
Dea sendiri merasa gugup karena Alvar yang tiba-tiba saja menggandengnya saat ini, mengajak berjalan bersama.
Alvar melakukan itu supaya Dea tidak membahas untuk tinggal di hotel saja atau membahas hal lain. Tidak mungkin kan dia bilang kalau Dea lah istrinya, perempuan itu pasti syok nantinya.
..........................................................
“kok bang Azka yang jemput, padahal jauh loh bang” ucap Alvar membuka suaranya saat mereka sedang berada di mobil.
“Ya siapa lagi yang jemput kalian kalau bukan abang, ayah agi dinas bau bisa cuti besok. Lagian aku juga sudah ambil cuti sampai besok jadinya pulang sekalian jemput kalian” jelas Azka sambil sesekali melihat Alvar yang duduk di sampingnya sedangkan Dea berada di belakang mendengarkan pembicaraan mereka berdua.
“Dea kamu mau makan sesuatu dulu sebelum kita ulang ke rumah?” tanya Azka menanyakan apa yang dingingkan teman perempuan sang adik.
“Nggak, saya nggak ingin makan apa-apa”
“Oh, kamu kalau nggak tidur aja De. Kamu pasti capek?” pungkas Azka lagi. Dia berkata seperti itu agar Dea tidur dan dia bisa bicara dengan Alvar menanyakan kondisi Dea dan alasan perempuan itu bisa ikut ke Jakarta.
“Iya saya nggak pa-pa kok, saya juga nggak ngantuk” jawab Dea yang terkesan canggung. Dia juga heran kenapa kakak dari Alvar terus-terusan menanyai dirinya.
“Oh ya sudah kalau gitu”
“Kinan bagaimana bang?” tanya Alvar pada kakaknya.
“Dia baik-baik aja, tapi ya karena hamil muda maklum dia sering lemes” jawab Azka.
Alvar hanya mengangguk saja, dan dia melihat kearah Dea yang diam melihat kearah keluar jendela.
“Apa yang harus aku lakukan di Jakarta denganmu, dan apa yang harus aku lakukan agar ingatanmu pulih” batin Alvar sambil melihat kearah Dea saat ini.
°°°
T.B.C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Za Kalsum
pukul aja pake tongkat bisbol pasti ingatanya kembali 😄😄😄
2022-04-23
0
Yayuk Didiet
Bacanya baru tebak2 aja...flash back dong author...biar nggak men-cari2 penggalan2 puzzle...🤩
2022-02-15
0
Wulan Nur Aswa
lanjut lagi thor up yg bnyak lagi
2022-02-06
1