Di dalam kamar, Saira merasa tidak tenang terus memikirkan hari esok karena akan bertemu keluarga Kak Juan. Dia selalu berpikiran buruk takut tidak disukai dan membandingkan dengan mantan mantannya yang dulu.
Karena kelelahan akhirnya Saira terpejam matanya. Dan pagi hari karena masih hari libur, Saira mengerjakan tugas tugas di rumah karena Saira senang bersih bersih kadang membantu ibunya memasak.
"Bu, nanti boleh tidak aku mengunjungi keluarganya kak Juan," tanyanya ragu. "Memangnya ada acara apa. " Ibu balik bertanya. " Tidak ada acara apa apa hanya saja kak Juan ingin mengenalkan Saira dengan keluarganya supaya lebih kenal dekat." Jawabnya. " Tentu boleh Saira, nak Juan saja sudah sering ke rumah dan sudah lama mengenal keluargamu, masa kamu sudah lama dekat kak Juan belum kenal dengan orang tuanya. Nanti kalau ada apa apa ibu mau tanya siapa". Ujar ibu.
"Berarti Saira boleh ya bu ke rumah orang tuanya kak Juan" tanyanya sekali lagi. "Iya boleh," Jawab ibu tersenyum.
Setelah rumah rapi dan beres Saira segera siap siap, sebentar lagi kak Juan akan menjemput.
Mendengar suara mobil Juan datang Saira langsung membukakan pintu. " Sudah siap yang." Tanya Juan. "Sudah, kak." Jawabnya. Sebentar aku pamit dulu sama ibu. " Bu, Saira berangkat dulu ya sama kak Juan". pamit Saira. " Bu, saya pamit juga, mau ajak Saira ke rumah mamah " Izinnya. " Baik nak hati hati di jalan." Seru ibu.
Di jalan, Saira terlihat tegang." Tenang saja yang, mamah dan papahku tidak galak ko." meyakini Saira. " Iya kak, Saira tersenyum.
Akhirnya sampai ke rumah mamahnya Juan. Rumah Juan dan mamahnya terpisah karena Juan setelah bekerja sudah tidak tinggal bersama ibunya, Juan memilih untuk membeli rumah sendiri karena ingin mandiri.
"Assalamualaikum.." ucap Juan
"Waalaikumsalam." Jawab mamah Juan.
Juan kamu pulang tidak kasih tau mamah dulu" tanya mamah Juan. Dan langsung melirik wanita di samping Juan. " Mah, kenalkan ini Saira, yang suka Juan ceritakan ke mamah.
"Ternyata kak Juan sudah bercerita tentangku ke ibunya." Batin Saira.
"Halo, sayang kenalkan saya mamahnya Juan, mamah Sinta.' Ucap mamah Sinta.
"Saya, Saira tante." Sambil mencium tangan mamah Sinta. "Jangan panggil tante dong, kan bentar lagi mau jadi calon menantu mamah" ujarnya tersenyum. "Eh, iya tan..mah." Saira malu.
"Ayo, masuk mamah kenalkan sama papah dan Jenita adiknya Juan." Ucap mamah Sinta. Mamah Sinta berjalan sambil merangkul Saira. " Pah, dek ini ada tamu. "Selamat siang om dan Jenita" sapa Saira. "Eits, papah," sanggah mamah Sinta. "Eh, pah" ralat Saira. " Nah, gitu dong kan biar lebih akrab".
"Juan, sering ke rumah kamu ya Saira, tapi Saira ga pernah di ajak kesini." Sambil melirik Juan. Juan yang dilirik hanya senyum bingung. "Maaf tan..eh mah baru bisa datang sekarang, sebelumnya Saira sibuk dengan persiapan ujian."
Jawab Saira.
"Saira suka masak," tanya mamah Sinta. " Suka sih tidak mah, tapi kadang suka bantu ibu di dapur." Jawab Saira. Kalau begitu ayo ikut mamah ke dapur kita masak sama sama untuk makan siang bersama" ajak mamah Sinta. "Iya mah." Saira mengangguk.
Di dapur mamah Sinta selain ngobrol tentang masakan mamah Sinta juga menceritakan tentang masa kecil Juan. Mereka bertukar cerita tapi banyaknya mamah Sinta yang bercerita selebihnya Saira hanya mendengar sesekali menjawab.
"Saira, bagaimana hubungan kamu dengan Juan apa ada ribut ribut?" Tanya mamah Sinta. " Sejauh ini baik baik saja mah, kita masih mendalami sifat masing masing. Alhamdulillah kak Juan mau menerima Saira dengan segala kekurangan Saira." Ucap Saira menjelaskan.
" Hmm, Saira supaya tahu saja Juan itu orangnya keras kalau mau nya A ya harus A, Dan dia juga susah di dekati tapi susah juga untuk melupakan." Ucap mamah Sinta.
Deg.
Saira teringat akan wanita yang di restoran itu yang membuat kak Juan marah. "Apakah wanita itu mantan kekasih kak Juan yang susah dilupakan." Batin Saira.
"Ok, makanan sudah siap sekarang kita bawa ke meja makan" ajak mamah Sinta. Saira membantu membawakan makanan yang tadi sudah dimasak ke atas meja.
"Wah, belum apa apa Saira sudah di test masak sama mamah" goda papah Tirta. "Kan sekalian ya Ra, mumpung main kesini bisa bantu mamah masak, tidak seperti anak gadis ini yang susahnya kalau disuruh ke dapur bantu mamah masak. Pasti saja banyak alasannya". Sindir mamah Sinta.
"Ish mamah..apaan sih, habis kalau dibantuin sama Jeni selalu salah". Jawabnya sebal.
"Ya, mau bagaimana tidak dimarahi iris bawang saja tidak bisa langsung nangis". Jawab mamah tidak kalah.
"Sudah sudah ini malah berantem, kan malu ada Saira" lerai papah.
Begini lah, Saira keluarga kak Juan, di rumah selalu ramai kalau ada mamah dan Jenita di rumah tidak pernah akur. ucap Juan.
"Seru kok kak jadi ramai rumahnya tidak sepi". Saira tersenyum.
Setelah acara makan bersama Saira pamit pulang.
"Mah, sepertinya sudah sore. Saira izin pamit pulang ya mah, takut ibu menunggu di rumah." Izinnya. " Yah, padahal mamah masih ingin ngobrol sama Saira," Nanti jangan sungkan main kesini lagi ya, Saira pinta mamah Sinta. "Insya Allah, mah". Ucap Saira tersenyum.
Setelah berpamitan kepada mamah Sinta, papah Tirta dan Jenita. Juan mengantar Saira pulang. Di perjalanan. " Bagaimana, apa keluarga kak Juan menakutkan", tanya Juan. "Ternyata tidak semenakutkan yang ada dipikiran aku ya kak, keluarga kak Juan baik semua. Terutama mamah kak Juan, baik sekali". saira tersenyum lega.
Setelah mengantar Saira pulang. Juan langsung pulang ke rumahnya untuk istirahat karena besok sudah kembali ke aktifitas bekerja.
Berbeda dengan Saira, Saira sudah tidak ada kegiatan di sekolah tinggal menunggu hasil kelulusan.
"Saira, duduk sebentar disini ada yang ingin ayah dan ibu bicarakan di sini". Ucap ibu. " Ada apa bu." Tanyanya penasaran.
"Sebentar lagi kan Saira lulus SMA, apa Saira tidak berkeinginan untuk melanjutkan kuliah." Tanya ayah.
Saira terdiam sebentar. " Sebenarnya Saira ingin melanjutkan kuliah tapi Saira tidak ingin menyusahkan ayah dan ibu, karena biaya kuliah itu mahal yah, bu". Jawab Saira menunduk.
"Untuk masalah biaya insya Allah, ayah masih ada simpanan untuk biaya kuliah kamu tapi ayah hanya bisa membiayai kuliah jika kamu masuk ke universitas negeri. Ayah ingin anak anak ayah kuliah semua walaupun dengan keterbatasan biaya ayah akan berusaha semampu ayah." Ujar ayah.
"Ayah, tidak usah memikirkan Saira tidak apa apa Saira hanya anak perempuan, biar kak Safa saja yang kuliah dia kan laki laki yang akan menghidupi istri dan anak anaknya." Ucap Saira.
"Kak Safa kan sebentar lagi selesai kuliahnya tinggal tunggu wisuda dan nanti biayanya gantian tinggal kamu Saira." Ucap ayah meyakinkan.
"Baiklah ayah Saira akan belajar sungguh supaya bisa masuk ke universitas negeri dan bisa membanggakan ayah dan ibu." Jawab Saira dengan mata berkaca kaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments