Sesuai dengan pernyataan orang tua Alisya dan Adrian di awal pertemuaan kedua keluarga itu, bahwa hari libur kenaikan kelas akan dilaksanakan pernikahan. Karena hari ini merupakan hari libur, dan Adrian serta Alisya sudah naik ke kelas tiga. Maka tidak lama lagi pernikahan keduanya akan segera dilaksanakan. Alisya yang sedari tadi baring dikamar dan melihat langit-langit kamar. Seoalah berfikir bahwa sebentar lagi dia akan mengubah statusnya menjadi seorang istri, istri dari cowok yang selama ini dicintai. Bagaimana Alisya tak bahagia, karena tinggal menghitung hari Adrian akan menjadi miliknya. Senyuman manis terukir di wajahnya, seoalah dirinya membayangkan akan bahtera rumah tangganya bersama Adrian.
Namun seketika senyuman itu menghilang mengingat akan sikap Adrian padanya. Adrian yang nampak cuek bahkan tak pernah menganggapnya sama sekali. Tapi bagi Alisya itu tidak masalah, dirinya yakin cinta akan tumbuh di hati Adrian seiring berjalan waktu. Alisya teringat kembali akan nomor yang tak di kenal menelfonnya. Diambilnya ponsel yang tergeletak dimeja belajarnya, dilihat kembali nomor yang tidak dikenalnya itu. Dari saat di Mall bahkan sampai di rumah, nomor itu terus menghubunginya. Namun, Alisya tidak mengubris nomor yang tidak dikenalnya itu.
Alisya turun kebawah, dilihatnya ibu sedang menonton televisi diruang keluarga. Tiba-tiba sang pembantu yang kebetulan baru saja selesai mengepel lantai memanggil Alisya.
“Non Alisya.” Panggil pembantu itu.
“Iya Bi, ada apa?” Tanya Alisya lalu menghampiri pembantu itu.
“Maaf Non, kemarin bibi lupa memberitahu.” Kata pembantu.
“Apa Bi?” Tanya Alisya.
“Kemarin calon suami non, Adrian. Datang ke rumah, dia mencari Non. Karena Non tidak ada dia meminta nomornya Non ke kita.” Kata Pembantu.
“Lalu?” Tanya Alisya penasaran.
“Aku langsung kasih nomor ke dia. Masa selama ini calon suami non tidak punya nomornya e non.” Kata Bibi pembantu.
Mendengar ucapan sang pembantu, Alisya sedikit tersinggung. Dia tahu ini bakal jadi bahan omongan untuk para ART di rumahnya.
“Oh itu, karena kita berdua sering ketemu di sekolah bahkan diluar. Jadi lupa minta nomor ponsel masing-masing. Mungkin kemarin aku lupa ngasih kabar jadi wajar dia minta nomor aku ke bibi. Tapi kemarin udah telfon kok, makasih ya bi.” Kata Alisya berbohong.
Hal itu dilakukan agar tidak terjadi gosip mengenainya dan dia tak mau ada yang tau jika sebenarnya hubungannya dengan Adrian memang tidak sebaik apa yang orang bayangkan.
Alisya berjalan mendekati ibunya yang sedangn menonton televisi sambil menikmati buah. Alisya duduk dan langsung memeluk ibunya itu.
“Eh, ada apa ni meluk?” Tanya sang ibu kaget saat alisya memeluknya.
“Pengen peluk aja, emang anak sendiri gak beloh peluk ya.” Kata Alisya.
“Gak apa-apa sayang.” Kata ibu Alisya.
“Makasih ma.” Kata Alisya lalu memeluk ibunya kembali.
“Sayang. Nanti sore kamu ikut mama ya.” Kata Ibunya Alisya.
“Kemana?” Tanya Alisya.
“Kok malah tanya si. Tinggal beberapa hari lagi hari pernikahan kamu, masa kamu gak nyari baju untuk kamu pake dipernikahan mu nanti.” Kata ibu Alisya.
Alisya melepaskan pelukannya, lalu melihat ibunya.
“Mah, ngapain. Cuman pernikahan sederhana aja kan. Toh, kebaya yang kemarin masih ada.” Kata Alisya.
“Jangan sayang. Bagaimanapun juga pakaian pernikahan mu harus cocok sama calon suamimu.” Kata Ibunya Alisya.
“Jadi maksud ibu, nanti kita akan jalan bersama Adrian juga.” Tanya Alisya.
“Iya sayang. Biar bisa dapat pakaian yang cocok buat kalian.” Kata Ibunya Alisya.
Alisya terdiam mendengar perkataan ibunya. Berarti nanti sore dia akan bertemu dengan Adrian. Alisya mengingat kembali perkataan pembantunya mengenai Adrian yang meminta nomor ponselnya. Alisya ingat akan nomor baru yang sering menghubunginya kemarin. Apa itu nomor dari Adrian, fikir Alisya. Alisya bangun dari sofa dan oamit kepada ibunya menuju ke kamar.
“Mah, Alisya ke kamar dulu ya.” Pamit Alisya.
“Iya sayang. Jangan lupa nanti sore ya.” Kata Ibu Alisya mengingatkan.
Alisya segera berlari menaiki tangga menuju kamar, sesampai di kamar Alisya mengambil ponselnya yang tergeletas di kasur. Dilihat kembali nomor baru itu dan segera menghubunginya. Tetapi sang pemilik nomor tidak mengangkat.
“Apa benar ini nomor Adrian? Lalu, kenapa Adrian meminta nomor ku?” Tanya Alisya dalam hati.
Disisi lain Adrian masih tertidur, tadi malam dirinya tak bisa tidur memikirkan kisah cintanya yang kandas begitu saja. Adrian terus menghubungi Tania, namun nomor Tania sudah tidak aktif. Bahkan berkali-kali Adrian telfon tak pernah diangkat. Begitu pula dengan Alisya, yang penyebab hubungannya hancur. Adrian juga menghubunginya untuk memaki gadis itu, namun tidak pernah diangkat. Adrian seperti orang gila kamarnya terlihat berantakan. Bahkan foto dirinya dengan Tania berserakan. Adrian begitu mencintai gadis bernama Tania itu. Tiba-tiba pintu kamar di ketuk dari luar.
“Adrian.” Panggil orang diluar yang ternyata ibunya Adrian.
“Adrian.” Panggil untuk kedua kalinya.
Adrian mengeliat terbangun dari tidurnya mendengar nama di panggil.
“Iya bu.” Kata Adrian.
“Sayang, kamu kenapa? kata bibi kamu sejak pagi tidak keluar dari kamar. Bahkan ointu kamar mu juga dikunci. Ada apa?” Kata ibunya Adrian yang terlihat khawatir terhdap anaknya.
“Gak apa-apa bu, Adrian masih tidur.” Kata Adrian bangun dan duduk diatas kasurnya.
“Cepetan bangun dan makan siang. Soalnya tadi pagi kamu belum sarapan.” Kata Ibu Adrian lalu meninggalkan pintu kamar Adrian.
Adrian bangun dari kamar dengan sembab. Lalu mengambil handuk, sebelum mandi adrian membereskan kamarnya yang terlihat sangat berantakan. Dilihatnya foto kemesraannya dengan Sang kekasih yang kini sudah manjadi mantan. Diambil foto itu dan simpan kembali kedalam laci. Setelah semuanya bersih, Adrian menuju kamar mandi dan mandi.
Adrian telah selesai mandi, dan berpakian rapi. Setelah merasa cukup baik, Adrian keluar dari kamar dan turun tangga menuju dapur. Disana terdapat ibunya yang sedang duduk sambil memainkan ponselnya. Dimeja sudah terdapat makanan. Kayaknya ibunya telah menyiapkan makanan untuknya.
Adrian menggeserkan kursi dan duduk disebelah ibunya. Melihat Adrian sudah ada di sampingnya, sang ibu meletakkan ponselnya dan mengambil piring. Ibu Adrian mencentong nasi ke piring lalu mengambil beberapa lauk yang memang sudah tersedia di meja.
“Ini, kamu makanlah.” Kata Ibu adrian sambil meletak piring yang sudah diisikannasi dan lauk.
“Makasih bu.” Kata Adrian mengambil sendok.
Adrian menikmati makanan, sedangkan ibunya yang duduk di sampingnya melihat Adrian yang sedang menikmati makanannya itu. Merasa dilihatin ibunya, Adrian pun bertanya.
“Ada apa bu? Dari tadi lihatin Adrin terus.” Tanya Adrian disela-sela makannya.
“Gak apa-apa sayang. Makanlah.” Kata Ibu Adrian lalu membelai rambut anaknya itu.
Adrian kembali menikmati makanannya. Lagi-lagi ibunya melihat anaknya itu makan dengan wajah yang terlihat khawatir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments