Hari terasa menyenangkan bagi Alisya. Itu karena dirinya akan segera bertunangan dengan Adrian., cowok yang disukainya sejak lama. Beruntungnya Alisya, kata Alisya dalam hati. Alisya berangkat ke sekolah dengan perasaan bahagia. Sesampai di sekolah terdapat Daffa sedang berdiri dekat motornya di tempat parkir sekolah.
“Selamat pagi Kak Dafa.” Sapa Alisya dengan senyum yang manis.
Kenapa mesti senyum begini si! Jadi degdegan melihat senyumnya. Kata Daffa dalam hati.
“Selamat pagi juga. Tumben tidak telambat hari ini.” tanya Dafa.
“Aku juga kaget sama diriku sendiri, tumben ya ini aku gak telat. Hahaha.” Kata Alisya sambil tertawa.
“ Dasar aneh. Kenapa dari tadi senyum terus?” tanya Daffa heran melihat Alisya yang terus menampakan senyum manisnya.
“Lagi bahagia dong.” Kata Alisya.
“Bahagia?” tanya Dafa yang masih heran.
“Nanti aku ceritaan saat jam istirahat. Aku ke kelas duluan ya.” Kata Alisya sambil meninggalkan Dafa di tempat parkir sekolah.
Alisya berjalan menuju kelasnya. Sesekali saat melewati kelas IPA 1tak lupa dia melihat ke dalam kelas. Mungkin saja Adrian sudah datang dan berada dalam kelas.
Dan betul saja, saat dirinya hendak melihat kedalam kelas. Adrian masuk kedalam kelas. Alisya melambaikan tangan sebagai bentuk jika dirinya ingin menyapa calon tunangannya itu. Namun, Adrian malah tak memperdulikan lambaian tangan dari Alisya dan memilih keluar dari kelas. Alisya yang sudah melembaikan tangannya terpaksa mengulurkan tangannya kebawah. Alisya begitu kecewa padahal dirinya sudah membayangkan ekspresi Adrian dan bagaimana bahagianya jika mereka nanti akan jalan bersama seperti pasangan pada umumnya. Namun, seperti kata orang ekspetasi tak sesuai realita. Ekspetasi yang inginkan Alisya justru menyiksakan luka setelah melihat realitanya. Adrian tak memperdulikannya.
Alisya masih berdiri dengan perasaan kecewa dan sakit hati melihat Adrian yang cuek padanya. Tiba-tiba Bunga datang mengagetkannya.
“Al, kamu ngapain pagi-pagi begong di depan kelas IPA 1.” Tanya Bunga yang melihat Alisya berdiri diam di depan kelas IPA 1.
“Eh, Bunga kagetin aja.” Kata Alisya yang kaget.
“Kamu ngapain si disini?” tanya Bunga.
“ Ah iya. Tadi aku mau ke kelas. Tapi lupa sesuatu, makanya aku berdiri disini sambil mengingat.” Kata Alisya ngeles.
Mendengar ucapan Alisya, Bunga ikutan memikirkan. Melihat Bunga yang masih berdiri, Alisya menariknya ke kelas.
“ Aduh Al, aku ingat sesuatu.” Kata Bunga.
“Hmm, kamu tumben banget datang pagi ke sekolah.” Kata Bunga.
“Oh itu. tadi malam lagi mimpi indah, makanya bisa bangun pagi.” Kata Alisya.
“Eum.. bukannya kalu lagi mimpi indah, biasanya mau tidur terus kagak mau bangun.” Kata Bunga.
“Itu mah kamu. Kalau aku mah beda. Kamu kan kalau mimpi indah apalagi mimpi ketemu Oppa-oppamu itu pasti kagak mau bangun. Iya kan?” Tanya Alisya.
“Hehehehe… kalau itu mah memang fakta.” Kata Bunga sambil terkekeh.
“Eum.. makanya kenapa aku memilih bangun saat mimpi indah. Biar aku tuh sadar kalau kenyataan tak semanis mimpi indah di malam hari. Seperti yang aku rasakan hari ini.” Kata Alisya menunjukan wajah sedih mengingat Adrian yang cuek padanya.
Tak berlangsung lama, salah satu teman sekelas Alisya datang menghampiri mereka berdua yang sedang mengobrol.
“Al, Adrian dari kelas sebelah memangilmu, katanya ada perlu.” Kata teman sekelas itu.
Mendengar Adrian memangillnya, hati Alisya begitu senang. Entah apa yang Adrian akan bicarakan dengan. Apakah itu berkaitan dengan acara pertunangan mereka?
“Ah oya. Makasih ya.” Kata Alisya sambil tersenyum.
“Bunga, aku keluar sebentar ya. Bye.” Kata Alisya berdiri sambil melambaikan tangan ke Bunga.
Bunga memperhatikan punggung Alisya yang berjalan meninggalkan dirinya.
“Eh Aril. Kira-kira ada apa Adrian manggil Alisya?” Tanya Bunga yang penasaran karena selama Bunga berteman dengan Alisya. Bunga tak pernah mendengar ataupun melihat kedekatan Alisya dan Adrian.
“Gak tahu tuh. Tadi pas aku mau ke kelas. Adrian memangilku dan menitip pesan untuk memanggil Alisya..” Kata teman sekelasnya Alisya dan Bunga yang diketahui bernama Aril itu.
“Oh gitu. Ya udah, duduk sana. Aku mau lanjut nonton mvnya Seventeen.” Kata Bunga.
“Eh, tapi Ril, kira-kira mereka berdua ada apa ya?” Tanya Bunga lagi.
Aril yang sudah duduk di kursinya memutar bola matanya.
“Udah aku bilang Bunga. Aku tidak tahu. Nanti kamu tanyakan saja pada Alisya.” Kata Aril dengan nada kesal.
“Ah iya ya.” Kata Bunga.
Alisya datang menghampiri Adrian yang berdiri di depan kelasnya. Belum sempat Alisya menyapa, Adrian lang menarik tangan Alisya menuju belakang kelas.
“Ada apa Adrian? Kok narik aku kesini.” Tanya Alisya.
“Aku menarik kamu kesini biar orang tak melihat kita.” Kata Adrian.
“Emang kenapa kalau mereka lihat kita berdiri bersama.” Tanya Alisya lagi.
“Kamu gila ya! Justru aku mengajak kamu bertemu ingin memperingatin kamu. Selama di sekolah kita harus terlihat seperti orang tak saling kenal seperti dulu. Kamu paham kan!” Kata Adrian.
“Tapi Adrian.. kita ini bakalan tunangan.” Kata Alisya.
“Itu kamu yang berfikiran begitu. Sedangkan aku tidak, aku menganggap pertunangan kita itu hanya karena keinginan kedua orang tua kita. Jadi aku peringatin sekali lagi, di sekolah kita harus tak saling kenal. Paham itu!” Kata Adrian lalu pergi meninggalkan Alisya.
Tanpa sadar air mata alisya mengalir dipipinya. Perkataan Adrian barusan sudah memberi luka dihatinya. Alisya terus menangis, hatinya benar-benar remuk saat itu juga.
Daffa berjalan menuju belakang kelas 2 untuk membuang sampah. Namun, dirinya kaget melihat Alisya yang menangis di sana.
“Al, kamu kenapa?” Tanya Dafa.
“Kak.”
Hanya kata itu yang Alisya katakan. Alisya langsung memeluk Daffa sambil menangis. Daffa tak mengerti, kenapa Alisya menangis padahal barusan saja tadi saat menuju kelas Alisya terlihat bahagia.
“Al, kamu kenapa?’ Tanya Daffa.
“Hiks..hiks.. Kak, apa yang harus aku lakukan agar Adrian mencintaiku?” Tanya Alisya dalam tangisnya.
Benar dugaan Dafa, Adrian penyebabnya. Dafa tak tahu harus menjawab karena setiap alisya pataha hati karena adrian pertanyaan itu selalu ditanyakan pada Dafa.
“Aku tak tahu al, lebih baik kamu hapus air matamu itu. Sebentar lagi bel masuk kelas. Aku antar kamu ke kelas ya.” Kata Dafa melepaskan Alisya dari pelukannya.
Tanpa mereka berdua sadari ada mata yang menatap mereka penuh kebencian.
Alisya menghapus airmatanya. Melihat keadaan matanya apakah masih sembab atau tidak. Itu karena dirinya tak mau teman sebangku Bunga akan memberi banyak pertanyaan jika melihat matanya yang terlihat seperti habis menangis. Alisya masuk ke kelas, berusaha memperlihatkan senyum manis agar tidak dicurigai oleh Bunga.
“Udah matiin ponselnya. Bentar lagi bel masuk kelas loh.” Kata Alisya yang melihat Bunga sedang asyik menonton layar ponselnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments