Riyan The Last Fighter II

Setelah itu, pria malang itu dilepaskan. Pria malang itu kemudian melaporkannya pada ayah dan ibunya. Ayah dan ibunya sangat kesal mengingat pria malang itu adalah satu-satunya keturunan mereka. Yang artinya, mereka tak akan punya garis keturunan lagi.

Meski kekesalan mereka hanya kepada Riyan dan ayahnya, namun mereka memilih untuk diam dan melampiaskan amarahnya ke keluarga Trilya. Dengan uang yang mereka miliki, mereka membayar sekelompok bos mafia untuk membegal ayah Trilya. Ayah Trilya yang cemas akan putrinya yang belum pulang, harus mencarinya bahkan sampai tengah malam. Hal itu sesuai prediksi mereka.

Para mafia itu kemudian membegal ayah Trilya dan berakhir dengan wafatnya ayah Trilya. Hal itu membuat Trilya sangat membenci Riyan dan itulah yang mereka mau. Sementara itu, Riyan yang mendapat kabar bahwa ayah Trilya wafat dibegal sekelompok mafia, karena cemas mencari putrinya, membuat Riyan merasa sangat bersalah.

Riyan kemudian melampiaskan penyesalannya dengan memaksa ayah angkatnya untuk menyiksanya sekaligus berlatih. Tentu ayahnya akan merasa sangat senang dengan hal itu. Alhasil, Riyan menjadi semakin kuat saat itu. Ia mempelajari banyak jurus dan kemampuan bela diri.

Keesokan harinya, Riyan tak lagi melihat Trilya disekolah. Riyan sadar, bahwa hari itu Trilya sedang berduka. Setelah pulang sekolah, seperti biasa, ayahnya datang menjemput. Hal itu karena Riyan sering kabur sebelumnya. Kali ini, Riyan meminta izin kepada ayahnya.

Riyan menegaskan, bahwa kalau bukan karena dirinya. Trilya tak akan mendapatkan masalah seperti ini. Riyan juga mengatakan, ia telah memilih jalannya. Ia akan berlatih dan menjadi lebih kuat demi menjadi berguna dan dapat menolong orang lain dengan kemampuannya.

Ayahnya langsung tersenyum dan berkata, “Inilah yang aku harapkan. Aku memang mendidikmu dengan tujuan itu. Ayah tahu apa yang kamu ingin lakukan. Saran ayah, jangan ada ampun. Jika hari ini kau memberikan kesempatan pada sampah itu, maka besok akan ada banyak korban lagi.” Ucap ayahnya.

Setelah berkata demikian, ayahnya langsung pulang kembali ke rumah. Mendapat ridho dari ayahnya, Riyan langsung bergegas dan menghampiri para mafia itu. Sebagai seorang master beladiri, bukanlah hal yang sulit bagi ayah Riyan untuk menemukan identitas mafia yang merampok ayah Trilya.

Para mafia itu tentu tak akan tahu kalau membunuh orang tua Trilya justru akan membuat Riyan yang dikenal sebagai The Fighter akan datang mencari perhitungan. Dengan petunjuk yang diberikan oleh ayahnya, Riyan berhasil menemukan mereka satu persatu.

Berdasarkan saran ayahnya, Riyan tanpa ragu langsung membunuhnya. Melihat ketidakraguan Riyan saat membunuh, membuat ayahnya sangat senang. Riyan saat itu bertarung bagaikan Iblis. Setiap serangannya membunuh satu nyawa. Hal itu karena Riyan merupakan sosok petarung terkuat saat itu.

Singkat cerita, para mafia yang membegal ayah Trilya saat itu telah wafat dibunuh oleh Riyan. Pihak kepolisian tentu tahu pelakunya, namun tak ada yang berani datang menangkap Riyan. Alhasil, pihak berwajib malah tutup mata seakan pelakunya tak diketahui. Tentu pihak berwajib dan pemerintah juga senang, sebab orang yang dibunuh oleh Riyan adalah sampah masyarakat.

Karena Ulah mereka, banyak orang tak bersalah menjadi korban. Setelah membunuh para mafia itu, seperti biasa. Riyan kembali kesekolah namun tak menemukan Trilya disana. Riyan hanya bisa diam dan menyesali perbuatannya. Akhirnya, Riyan kemudian pulang kerumahnya dan langsung berlatih.

Saat Riyan serius berlatih, ayahnya datang menghampiri. “Melihat tekad dan keteguhanmu, membuatku sangat yakin, kalau mengadopsimu adalah sesuatu yang benar. Hari ini kau membuatku percaya, percaya bahwa kau pantas.” Ucap ayahnya.

“Pantas? Memangnya aku pantas apa?” Tanya Riyan tak peduli. “Kau pantas menjadi The Last Fighter!” Seru ayahnya tersenyum. “Ayah, bukankah masih banyak petarung? Selama masih banyak petarung Fighter, bukankah aku tak pantas disebut The Last Fighter? Itu karena aku bukan petarung Fighter terakhir saat ini!” Seru Riyan kesal.

“Kau salah, tak semua petarung dapat disebut Fighter. Hanya orang tertentu yang dapat menjadi seorang Fighter. Itu karena, hanya perguruan beladiri kuno yang mampu membuat menghasilkan seorang Fighter. Dan di seluruh dunia, hanya ada empat perguruan beladiri kuno. Karena konflik internal, dua perguruan musnah beberapa puluh tahun yang lalu. Saat ini hanya menyisakan, Sekte Hoten dan Klan Asura yang mampu mendidik seorang petarung biasa menjadi Fighter. Belakangan klan Asura telah terang-terangan memicu peperangan.” Ucap sang ayah bergerak ke dekat Riyan kemudian menepuk pundaknya.

“Dengan adanya ayah dan ketujuh tetua, kami tak bisa menjamin akan keluar sebagai pemenang. Tapi kami bisa membawa klan Asura mati bersama. Yang kami harap adalah.. Kelak kau akan menjadi seorang Fighter yang memegang teguh kebenaran. Kalau bisa.. bangkitkan kembali Sekte Hoten suatu hari nanti.” Seru sang ayah menjelaskan.

“Pasti, aku takkan mengecewakan ayah. Bahkan.. Aku akan bersumpah saat ini juga!” Seru Riyan serius. Ayahnya hanya menanggapi dengan senyuman dan berkata, “Teruskan!” Seru sang ayah.

“Aku bersumpah, hidupku hanya untuk kepentingan orang banyak. Aku akan berlatih dan terus bertarung demi membela orang-orang tak berdosa. Dan aku..” Belum sempat Riyan menyelesaikan perkataannya, ayahnya memotong dengan mengucapkan, “Hentikan! Itu sudah cukup. Jangan bersumpah terlalu banyak, itu bisa saja menjadi bebanmu nanti. Sudah saatnya kau mewarisi ilmu beladiri terkuat sepanjang sejarah Sekte Hoten.” Ucap sang ayah langsung berjalan diikuti oleh Riyan.

Tidak lama kemudian, Riyan akhirnya sampai ke lokasi Sekte Hoten berada. Saat pertama masuk, ia disambut dengan gerbang besar dengan banyaknya petarung Fighter yang berlalu lalang. Riyan terus berjalan mengikuti ayahnya sampai kesebuah tempat. Riyan hanya menemukan ada satu orang di dalam sana.

“Kau tentu pernah mendengar bahwa Tetua Xiao adalah tetua kedua. Namun apakah kau tahu siapa dia sebenarnya?” Tanya ayahnya.

“Ayah, aku benar tidak tahu. Ini adalah kali pertamaku menginjakkan kaki di sekte Hoten.” Jawab Riyan. “Faktanya, Tetua Xiao adalah ilmuwan paling cerdas dan jenius di seluruh dunia. Beliau merupakan ilmuwan yang membuat robot petarung dan membuat senjata biologis. Sayangnya, beliau terinfeksi racun buatannya yang sama sekali tak ada penawarnya. Tetua Xiao hanya bisa membuat pil yang mampu menahan racunnya. Setelah itu, dia hanya punya waktu sepuluh tahun. Jadi kuharap kau bisa menemukan seseorang dengan mental kuat dan tentunya.. Hati yang bersih untuk mewarisi ilmu Tetua Xiao.” Seru sang ayah.

“Ayah, mengapa bukan saya saja?” Tanya Riyan. “Mentalmu tidak cukup kuat untuk bisa mempelajari ilmu alkimia!” Seru Tetua Xiao angkat bicara. Ayahnya kemudian membenarkan dengan diam. Mendengar jawaban tetua Xiao dan Kebungkaman ayahnya, Riyan kena mental dan diam seribu bahasa.

“Nak, ikutlah dengan ayah. Sudah saatnya kau mewarisi ilmu beladiri terkuat di Sekte Hoten. Peperangan Sekte Hoten dan Klan Asura sudah tak dapat dihindari. Ingatlah pesan-pesan ayah sebelumnya.” Ucap ayahnya.

“Aku takkan pernah mengecewakan ayah. Aku akan berjuang sampai aku tak sanggup lagi berjuang.” Jawab Riyan singkat. “Kalau begitu, belajarlah baik-baik bersama Tetua Xiao.” Ucap ayahnya tersenyum.

“Ikutlah denganku!” perintah Tetua Xiao. Riyan kemudian mengikuti Tetua Xiao dari belakang. Tak lama kemudian, Riyan sampai di sebuah tempat dimana terdapat singgasana besar diruangan itu. “Kau tahu itu singgasana apa?” Tanya Tetua Xiao.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!