Trilya The King Archer

Diruang interogasi, seorang kapten polisi bernama Trilya tampak sedang menunggu seseorang untuk diinterogasi. Trilya kemudian bertanya banyak hal namun Shi Xiong hanya diam bagai patung. Usaha demi usaha dilakukan Trilya namun sia-sia sebab Shi Xiong masih tetap diam. Tak peduli Shi Xiong diperlakukan seperti apa tetap saja ia diam seperti patung. Dikepalanya hanya ada penyesalan.

Shi Xiong hanya mengingat ibunya sepanjang waktu. Akhirnya, Shi Xiong dirawat dirumah sakit karena sakit keras. Shi Xiong dirawat beberapa waktu dan akhirnya pulih. Shi Xiong dinyatakan sehat saat itu sehingga ia kembali ke sel.

Teman selnya juga merasa kasihan pada Shi Xiong, perlahan lebih banyak orang yang ingin tahu kondisi Shi Xiong. Setelah beberapa saat, Shi Xiong mulai bicara sepatah kata. Saat itu, Trilya lagi-lagi memanggilnya dengan untuk interogasi. Shi Xiong kemudian pergi keruang interogasi.

Shi Xiong kemudian menemukan seorang gadis yang sangat imut lengkap dengan seragamnya. Berbeda dari sebelumnya, Shi Xiong kali ini lebih banyak tersenyum. Lebih tepatnya hanyalah sebuah senyum palsu. Shi Xiong berusaha untuk tersenyum pada semua orang mengingat sumpah yang telah dia ucapkan pada ibunya.

Trilya kemudian menginterogasi Shi Xiong dengan serius. “Kenapa kau membunuh ibumu? Dasar anak durhaka!” Ucap Trilya marah. “Yah, aku meracuni ibuku sampai mati. Aku memang anak durhaka.” Jawab Shi Xiong dengan mempertahankan senyuman diwajahnya. ‘Dia bahkan masih bisa tersenyum setelah mengakuinya. Hm, sejujurnya aku tak pernah bertemu seseorang sepertinya. Dia benar-benar tangguh.’ Pikir Trilya kasihan.

“Sudahlah, tak perlu menyembunyikan masalahmu dengan senyum palsu itu! Aku hanya ingin tahu, apa alasanmu meracuni ibumu sendiri.” Ucap Trilya pelan. Meski suara Trilya pelan, namun terdengar jelas oleh Shi Xiong. Shi Xiong tak menjawab pertanyaan Trilya, ia hanya menanggapi dengan senyum.

Trilya mengira kalau Shi Xiong masih belum bisa membagi masalahnya pada orang lain.

Trilya kemudian mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Tepat pada saat Shi Xiong baru masuk penjara. Trilya langsung mengatainya sebagai anak durhaka bahkan menghajarnya habis-habisan saat tahu ia telah meracuni ibunya sendiri. Shi Xiong hanya diam seribu bahasa.

Tak peduli dipukul seperti apa, Shi Xiong tetap diam. Saat ibunya akan dimakamkan, Shi Xiong memohon agar ia bisa pergi ke pemakaman ibunya untuk terakhir kalinya. Trilya tak membiarkan Shi Xiong dan tetap mengurungnya dalam sel. Shi Xiong terus memohon, sampai saat ia mendapat kabar bahwa ibunya telah selesai dimakamkan, Shi Xiong hanya berterima kasih karena telah mengurus jasad ibunya.

Saat itu adalah terakhir kalinya Shi Xiong mengeluarkan suara. Sejak saat itu, Trilya menjadi sedikit bersalah saat melihat Shi Xiong benar-benar terpukul dan menjadi seperti patung. Bahkan Shi Xiong tak mengurus dirinya lagi.

Saat itu, salah satu rekan kerja Trilya berkata, “Tidak selamanya kita menilai dari penampilan. Pemuda itu meracuni ibunya karena tak sanggup lagi melihat ibunya menderita. Karena sadar pada akhirnya, ibunya akan wafat mengingat ia mengidap penyakit kanker stadium akhir. Akhirnya dia memutuskan untuk mengakhiri penderitaan ibunya. Jujur, meski aku terkenal berbakti pada orang tuaku, mungkin dia lebih berbakti daripada saya. Kau telah melakukan kesalahan besar dengan tidak membiarkannya menghadiri pemakaman ibunya. Bahkan saat mentalnya terguncang hebat, dia masih sempat berterima kasih karena telah mengurus jasad ibunya. Menurut mu, apakah dia jahat?” Itulah yang dikatakan oleh rekan kerja Trilya.

Sejak saat itu, Trilya adalah orang yang paling bersalah dan yang paling sering mengurus Shi Xiong yang seperti patung. Bahkan ia juga yang sering memaksanya makan dan berusaha menyadarkan Shi Xiong. Sampai pada akhirnya Shi Xiong masuk ke rumah sakit karena terlalu banyak masalah melukai jiwa dan fisiknya. Setidaknya, itulah yang bisa dilakukan Trilya sebagai bentuk penyesalannya.

Meski semua orang ikut senang saat melihat Shi Xiong telah pulih, namun faktanya orang yang paling senang adalah Trilya. Merasa Shi Xiong mempunyai keinginan yang sangat kuat untuk pergi ke makam ibunya, Trilya langsung mengajaknya pergi ke tempat dimana Shi Yue di makamkan. Dengan perasaan senang, Shi Xiong bergegas dan akhirnya pergi ke pemakaman.

Trilya membawa Shi Xiong dengan motor bututnya. Shi Xiong yang dibonceng oleh Trilya menuju makam ibunya tentu sangat senang. Meski Shi Xiong senang, namun hanya ada air mata yang siap tumpah kapan saja. Trilya dibuat kesal saat motor bututnya malah mogok dipinggir jalan. Alhasil, keduanya lalu mendorong motor butut itu bersama. Dimata orang sekitar, mereka terlihat seperti kekasih yang sangat serasi. Meski seperti itu, yang ada dibenak Shi Xiong adalah ibunya.

Betapa besar kasih sayangnya pada orang yang telah melahirkannya. Saat di perjalanan, Trilya bercerita banyak. Ia menceritakan kalau motor itu adalah motor pemberian ayahnya saat SMP. Shi Xiong tentu tak menanggapi karena keadaannya saat ini seperti halnya orang yang setengah gila. Tanpa ada hambatan, keduanya lalu sampai di pemakaman umum. Trilya yang sudah lupa letak makam Shi Yue terpaksa berkeliling melihat nisan demi nisan sampai tak sadar, kalau Shi Xiong tak lagi berada dibelakang-Nya. Berbeda dengan Trilya, Shi Xiong langsung menemukan kuburan ibunya berkat kontak batinnya. Trilya kemudian berbalik dan menemukan Shi Xiong berada jauh dibelakang-Nya. Saat dihampiri, Shi Xiong tengah menangis dan curhat pada makam ibunya.

Trilya yang bagaikan melihat drama Indosiar akhirnya tersentuh dan ikut menangis. Setelah adegan yang panjang dan menyedihkan ala drama Indosiar, Shi Xiong kemudian berdiri dan bersiap kembali ke penjara. Saat berjalan, Shi Xiong dan Trilya duduk di sebuah kursi dekat pemakaman. Saat itu, Shi Xiong telah merasa membaik. Pikiran Shi Xiong juga mulai terbuka, ia tak lagi seperti dulu yang bagaikan zombi ataupun mayat hidup. Disana, Trilya kembali bercerita banyak hal. Shi Xiong yang tak seperti dulu lagi, akhirnya mampu mendengarkan cerita Trilya.

Cerita Trilya berawal dari saat Trilya berusia tiga belas tahun. Saat itu, pertama kali ia menginjakkan kaki disekolah baru, jenjang SMP. Saat itu Trilya adalah seorang murid baru dan tidak mengenal siapapun. Dihari pertama sekolah, Trilya mengenakan seragam yang disediakan oleh sekolah.

Ia kemudian mengenakan seragam tersebut lengkap dengan kacamatanya dengan model rambut yang dikuncir menjadi dua. Penampilannya tampak seperti gadis lugu nan awam. Trilya melangkahkan kakinya dengan sangat bahagia. Trilya tak pernah menyangka, kalau hari-hari buruknya telah dimulai saat itu. Trilya adalah seorang putri yang berasal dari keluarga yang terbilang kaya. Ayahnya mempunyai sebuah bisnis kecil-kecilan. Hidup Trilya serba berkecukupan.

Namun, dihari pertama ia sekolah, ia diantar oleh ayahnya menggunakan mobil favorit ayahnya yang tidak lain adalah mobil semacam mobil sport. Saat hendak pamit dengan ayahnya, ia merasakan sesuatu yang aneh. Trilya seperti merasakan kontak batinnya dengan ayahnya itu. Sehingga, Trilya melangkah kesekolah itu untuk Sedangkan ayahnya pulang dengan mobilnya.

Disekolah, Trilya diejek habis-habisan. Dibully, bahkan dihina dan dikatai oleh teman yang baru dia temui. Kata yang sering diucapkan temannya adalah, “Gadis culun” Yah, seperti itulah Trilya dikenal di sekolahnya yang baru. Hari pertama masuk sekolah seharusnya menjadi hari bahagia untuk Trilya, namun ternyata Trilya harus mendapatkan luka dihatinya dihari itu. Penampilannya yang jelek dan sikapnya yang manja, membuatnya sering diejek.

Ejekan demi ejekan membuat Trilya berjanji akan mengubah penampilannya menjadi seorang gadis cantik bagaikan bidadari. Trilya kemudian berusaha menjadi cantik. Ia mencoba melepas kacamatanya. Hari kedua, Trilya kembali kesekolah tanpa kacamata. Namun matanya yang rabun membuatnya tak bisa membaca dan lama kelamaan matanya sakit.

Temannya kemudian kembali membully Trilya saat jam istirahat. Ingin rasanya Trilya berhenti sekolah. Hari itu dilalui Trilya dengan perasaan sedih. Trilya pulang dengan perasaan sedih. Sedangkan temannya menganggapnya sangat lebay. Trilya sendiri tak sadar, dari mana asal kesedihannya. Ia seperti merasa ada yang hilang darinya, hingga sampailah ia di rumahnya. Trilya dikagetkan ketika melihat kain putih di depan pagar rumahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!