Nasib Malang Shi Xiong II

Saat pulang ke rumah, senyum bahagia terukir di wajah Shi Xiong saat melihat ibunya sedang memasak yang artinya, Shi Yue ibunya Shi Xiong telah pulih dari traumanya. Beberapa hari dilalui Shi Xiong dengan senyum diwajahnya. Senyum itu hilang perlahan saat menyadari racun didalam tubuh ibunya ternyata masih ada dan itu membuat ibunya merasa sangat lemas. Shi Xiong kemudian pergi ke pinggir danau tempat favoritnya ketika ia sedang marah, sedih, ataupun galau.

Tempat itu sering ia datangi saat setiap kali berusaha membuat ibunya tersenyum namun berujung kegagalan. Shi Xiong kali ini benar-benar menyalahkan Tuhan. Shi Xiong kemudian mengambil sebuah batu dan melemparkannya di danau. Esoknya, kondisi Shi Yue semakin buruk. Tak ada pilihan selain membawa ibunya ke rumah sakit. Betapa terkejutnya Shi Xiong saat mengetahui bahwa racun dalam tubuh ibunya telah lama hilang berkat air kelapa.

Namun, yang membuat ibunya sakit adalah karena penyakit kanker darah. Terlebih lagi penyakit yang diderita Shi Yue telah mencapai kanker stadium dua. Setiap hari Shi Xiong dibuat pusing dengan tagihan rumah sakit. Shi Xiong benar-benar telah berusaha sebisanya. Alhasil, dalam waktu singkat, tabungan Shi Xiong habis tak bersisa. Kemudian Shi Xiong diharuskan membayar untuk menebus obat untuk ibunya.

Shi Xiong yang tak punya uang dan pekerjaan hendak mencari pinjaman namun tak mendapat apa-apa. Beberapa hari telah berlalu. Alhasil, Shi Xiong belum bisa membayar uang tagihan. Sebab, jangankan tagihan uang untuk makan pun nggak ada. Shi Xiong juga belum makan selama tiga hari dan hanya meng-komsumsi air setiap harinya.

Suatu hari, Shi Xiong berjalan sambil mengingat kondisi ibunya di rumah sakit. Di tengah Linglung-nya Shi Xiong, Seorang Wanita kaya dengan banyak emas di tubunya tengah berdiri di pinggir jalan. Shi Xiong yang tak punya pilihan lain langsung memutuskan untuk menjambret tas wanita itu demi membayar tagihan rumah sakit agar ibunya dapat diobati segera.

Dalam waktu singkat, Shi Xiong merampas tas wanita itu dan langsung berlari diikuti oleh rombongan warga yang mengejarnya. Saat sedang lari, Shi Xiong sempat menyesal namun jika ia berhenti maka ia akan dipukuli oleh massa. Shi Xiong tak lagi punya pilihan selain terus berlari. Shi Xiong kemudian berlari melewati jalan-jalan sempit di sebuah perumahan. Tepat sebuah tikungan, Shi Xiong melompat dan langsung menyembunyikan dirinya diantara rerumputan.

Alhasil, Shi Xiong pun selamat dari amukan warga. Setelah situasi sedikit aman, Shi Xiong keluar dan berniat menggunakan uang yang dicurinya untuk berobat ibunya. Sesampainya dirumah sakit, uang hasil curian Shi Xiong belum cukup sehingga Shi Xiong memutuskan merampok di sebuah rumah besar. Ibu Shi Xiong tentu tak tahu atas apa yang dilakukan oleh putranya.

Setidaknya, Shi Xiong-lah yang menjadi alasan terbesar Shi Yue untuk tetap hidup. Kondisi Shi Yue Semakin buruk setiap harinya. Shi Xiong hanya bisa melihat ibunya terbaring dirumah sakit. Tak ada pilihan lain, Shi Xiong memutuskan untuk pergi merampok.

Esoknya, Shi Xiong langsung berjalan keliling kompleks untuk mencari targetnya. Shi Xiong kemudian menemukan sebuah rumah yang sangat besar. Alhasil, Shi Xiong memutuskan untuk merampok rumah itu.

Shi Xiong kemudian mempersiapkan semua peralatannya. Rencana telah disiapkan Shi Xiong dengan sangat matang. Sebelum beraksi, ia ke-rumah sakit menjenguk ibunya.

Disana ia menemukan ibunya seorang diri dalam ruangan. Shi Yue merasa ada yang tidak beres dengan perilaku anaknya belakangan ini. Merasa putranya telah melakukan hal yang salah demi dirinya, Shi Yue membuat Shi Xiong berjanji bahkan bersumpah tidak akan melakukan hal jahat.

Tak ingin ibunya kecewa, Shi Xiong kemudian memutuskan untuk bersumpah di hadapan ibunya untuk tidak akan melakukan sesuatu yang salah. Shi Xiong kemudian pulang dan mengurungkan niatnya untuk merampok. Shi Xiong tak menyerah sampai disana, ia terus mencari pekerjaan.

Tak kunjung mendapat pekerjaan, Shi Xiong malah menurunkan harga dirinya dan segera memohon kepada beberapa orang untuk memperkerjakan dirinya. Meski dengan tanpa rasa malu Shi Xiong memohon kepada beberapa orang, namun faktanya tak seorang pun yang menerimanya bekerja. Shi Xiong semakin frustasi, ia kemudian kembali ke rumah sakit untuk menemui ibunya. Belum sampai ia diruangan, ibunya dicaci maki oleh seorang suster sebab tak kunjung membayar tagihan.

Bukan hanya itu, Shi Yue juga direndahkan sebab hanya menjadi benalu dirumah sakit. Merasa tidak terima, Shi Xiong ingin menghajar suster itu. Sebelum Shi Xiong beraksi, ibunya melihatnya dan langsung menyadari akan emosi putranya.

Untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, Shi Yue langsung memanggil putranya. Shi Xiong kemudian berjalan mendekati ranjang ibunya dengan perasaan kesal yang berusaha ditahannya. Melihat ekspresi wajah Shi Xiong yang sangat marah sampai telinganya ikut merah, si suster hanya mengingatkan untuk segera membayar tagihan dan langsung pergi demi menghindari konflik yang tidak diinginkan.

Shi Xiong kemudian menyalahkan dirinya yang tidak berguna sebagai seorang anak. Ia tak bisa melakukan banyak untuk menolong ibunya. Ia sudah melakukan semua yang dia bisa bahkan sampai membuat ia tak kenal lagi dengan perasaan malu. Kekesalan Shi Xiong sedikit mereda saat mengobrol pada ibunya.

Shi Xiong kemudian meminta maaf pada ibunya sebab tak dapat membayar tagihan. Shi Xiong juga meminta maaf sebab karena dirinya yang tidak berguna, ibunya harus dicaci maki bahkan dihina oleh seseorang.

Shi Xiong tak bisa memaafkan dirinya sendiri saat melihat air mata ibunya mengalir saat dihina. Tentu itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk Shi Yue.

Bagi Shi Yue yang merupakan seorang konglomerat sepuluh tahun lalu tentu sangat dihormati. Shi Yue juga tak pernah mendapat kritik buruk tentang dirinya dikarenakan akhlaknya yang baik. Sehingga saat mendapat hinaan dari pihak rumah sakit, hati Shi Yue terasa tertusuk duri yang sangat tajam. Shi Yue benar-benar sudah lupa, kapan ia tersenyum terakhir kalinya.

Sejak kematian suaminya yang bunuh diri, Shi Yue memang tidak pernah lagi tersenyum. Setiap saatnya dia lalui dengan air mata sejak saat itu. Shi Xiong juga tak bisa berbuat banyak. Shi Xiong juga tak bisa menahan tangis di depan ibunya. Melihat putranya ikut menangis, Shi Yue langsung memeluknya. Suster tadi yang menghinanya, merasa bersalah saat melihat mereka berdua yang bagaikan drama Indosiar. Esoknya, kondisi Shi Yue semakin memburuk.

Dokter telah memvonisnya mengidap penyakit kanker darah stadium akhir. Tak ada pilihan, Shi Xiong semakin terpukul saat mendengar kabar tersebut. Setelah beberapa saat, Shi Xiong telah berada dipinggir danau tempat favoritnya. Shi Xiong kemudian melempar batu yang telah dikumpulkannya satu persatu. Shi Xiong melemparkan batu dengan lesu.

Wajah Shi Xiong mulai pucat saking banyaknya berpikir. Setiap batu yang dilemparkan Shi Xiong, dia selalu mengatakan kekesalannya. Shi Xiong bahkan menyalahkan Tuhan atas segalanya. Shi Xiong bisa saja pasrah pada hidupnya namun ia masih punya orang tua yang ingin dia bahagiakan.

Setelah melempar batuan sampai habis, Shi Xiong kemudian menangis sejadi-jadinya dengan menyembunyikan wajahnya. Cukup lama Shi Xiong menangis, sudah terlalu banyak masalah yang dia hadapi.

Dengan penyakit kanker stadium akhir, sekalipun Shi Xiong punya banyak uang juga belum tentu bisa sembuh. Shi Xiong kemudian menjenguk ibunya dirumah sakit. Shi Xiong kemudian menemukan wajah ibunya sudah sangat pucat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!