Setelah melakukan perjalanan dengan berjalan kaki dan menyusuri perkebunan para petani, akhirnya Bobby dan Vence pun tiba di tempat dimana Luter dan Dani berada.
Luter dan Dani langsung di kejutkan dengan kedatangan kedua sosok tersebut.
"Ada apa? Apakah ada hal penting yang akan kalian berdua sampaikan?." Tanya Dani saat Bobby dan Vence tiba di tempat mereka.
"Sebenarnya memang ada hal yang akan kami berdua sampaikan! Itu berkaitan dengan masalah semalam!." Tutur Bobby yang di benarkan oleh Vence.
"Informasi apa yang telah kalian berdua dapatkan?." Tanya Luter penasaran.
Vence pun langsung menjelaskan apa yang dia ketahui seperti apa yang dia sampaikan kepada Bobby.
Setelah mendengar apa yang Vence sampaikan, pikiran serta perasaan Luter dan Dani langsung merasa lega.
Mereka pun langsung melanjutkan pembicaraan mereka namun dengan topik yang berbeda.
***
Beberapa tahun kemudian nama Bobby sangat di segani oleh orang - orang yang mengenalnya, baik dari kalangan preman kelas kota kecil mau pun preman kelas pedesaan.
Dalam beberapa tahun tersebut, Bobby sudah melakukan tindak pidana penganiayaan dengan menggunakan senjata tajam sebanyak sembilan kali.
Namun dari ke sembilan korbannya itu tidak ada satu pun yang kehilangan nyawanya.
Untuk tindak pidana penganiayaan dengan menggunakan pukulan kaki dan tangannya sudah tidak terhitung lagi jumlahnya.
Kampung yang di tinggali oleh Bobby kini sudah menjadi zona merah untuk tindak kriminal.
Atau bisa di katakan sudah sangat rawan bagi setiap orang yang baru saja datang ke kampung tersebut.
Apa lagi saat malam hari, jalan - jalan lingkungan serta lorong - lorong yang ada, tidak mudah lagi untuk di lalui.
Hal itu karena tindakan pemalakkan serta penganiayaan sudah sering terjadi.
Dan hal itu tidak di lakukan oleh Bobby sendiri, melainkan oleh remaja serta pemuda lainnya yang berada di kampung tersebut.
Para preman yang sudah memiliki nama besar di kota itu saja, harus bersahabaat dengan Bobby jika tidak ingin diri mereka menjadi korban dari tindakan remaja serta pemuda di kampung itu.
Bobby pun sempat di tawari oleh seorang preman untuk mengambil jatahnya di pusat kota tersebut.
Namun Bobby menolaknya.
Sebab Bobby berpikir hal itu akan mengundang banyak preman lain untuk menjadikannya target pembantaian.
Kehidupan Bobby sudah berada di luar batas kewajaran sebagai seorang remaja yang baru beranjak dewasa tersebut.
Kehidupannya kini sudah tidak teratur lagi.
Pada suatu ketika, seorang bapak yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil atau saat ini di sebut dengan Aparatur Sipil Negara yang berdinas di kantor departemen pendidikan dan kebudayaan, menyarankan Bobby untuk melanjutkan pendidikannya di bangku Sekolah Menengah Atas.
Bobby pun menyetujui saran tersebut.
Dia sangat berantusias untuk melanjutkan pendidikannya.
Namun hal itu tidak berjalan dengan mulus, sebab jalan berpikir Bobby yang belum bisa terlepas dari kehidupannya yang sudah dia jalani serta nikmati tersebut.
Pada saat hari senin Bobby akan mulai masuk sekolah, dua malam sebelumnya Bobby sedang membuat keributan di salah satu komplek di kampungnya.
Tanpa dia sadari, mobil dari kepolisian sedang berpatroli di wilayah tersebut dan mendapatinya sedang membuat keributan.
Para petugas dari kepolisian langsung menangkapnya dan membawanya ke kantor polisi.
Petugas dari kepolisian langsung mendapati sebilah pisau badik yang terselip di pinggangnya saat mereka melakukan penggeledahan badan.
Saat tiba di kantor polisi sektor di wilayah kecamatan itu, Bobby langsung di berondong dengan berbagai pertanyaan.
Dan kebanyakan pertanyaan yang di lontarkan kepadanya adalah tentang perbuatannya sendiri yang tidak di akui olehnya.
Karena pada saat itu tidak ada korban, sehingga Bobby langsung memalsukan identitasnya.
Apa lagi saat itu Bobby tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk.
Sehingga pihak penyidik pembantu hanya mencatat identitas palsu yang dia berikan.
Setelah selesai menjalani pemeriksaan malam itu, Bobby langsung di jebloskan kedalam ruang tahanan yang berada di dalam polsek tersebut.
Saat dirinya di masukkan kedalam ruang tahanan, dia langsung di sambut sekitar sepuluh orang tahanan lainnya.
Tubuh Bobby langsung menjadi bulan - bulanan di dalam ruang tahanan tersebut.
Dia hanya bisa pasrah dengan apa yang dia alami saat itu.
Malam yang berat itu pun akhirnya bisa dia lalui.
Bobby langsung mendapatkan tempat untuk beristirahat.
Keesokan harinya, Bobby langsung menerima selembar kertas yang berisi tentang surat perintah penahanan untuk dirinya.
Bobby pun di jerat dengan Pasal 2 ayat (1) Undang - Undang Darurat Nomor 12 tahun 1951 dengan ancaman sepuluh tahun penjara.
Hal itu langsung membuat pikiran Bobby sangat terpukul.
Dia tidak menyangka bahwa dengan membawa senjata tajam saja bisa di ancam dengan hukuman penjara selama sepuluh tahun.
Bobby pun mulai bertanya tentang permasalahan yang dia hadapi saat itu kepada sesama tahanan yang sudah sering mencicipi tempat itu atau bisa di katakan adalah seorang residivis kambuhan.
Dirinya di sarankan untuk meminta penangguhan kepada penyidik pembantu yang menangani kasusnya tersebut.
Bobby pun memberanikan diri untuk mengajukan hal itu kepada penyidik pembantu.
Setelah melalui pertimbangan, akhirnya permohonannya di kabulkan oleh pihak kepolisian dengan sebuah jaminan.
Bobby pun terlepas dari jeruji besi dan menjadi status wajib lapor.
Setelah setahun beraktivitas seperti biasa, Bobby pun kembali terjerat dengan masalah hukum lagi.
Kini Bobby tertangkap setelah beberapa hari yang sudah lewat telah melakukan tidak pidana penganiayaan terhadap seseorang.
Karena namanya tidak di ketahui oleh korbannya walau pun wajahnya sangat di kenali oleh korbannya sehingga Bobby kembali lagi memberikan identitas palsu kepada penyidik pembantu yang memeriksanya.
Dan kini Bobby tidak lagi di kantor polisi sektor yang pernah dia cicipi.
Melainkan di kantor polisi resort di kota itu.
Sehingga kini Bobby akan bertemu dengan para preman yang lebih terkenal lagi.
Setelah selesai melalui berita acara pemeriksaan, Bobby langsung di jebloskan kedalam ruang tahanan.
Dia pun langsung di sambut oleh sekitar lima puluh orang lebih para tahanan yang berada di dalam.
Namun kini Bobby sudah tidak lagi sama sewaktu pertama kali masuk.
Dirinya langsung melakukan perlawanan terhadap para tahanan yang ingin memukulnya.
Bobby mulai menantang untuk bertarung satu persatu terhadap setiap tahanan yang ingin memukulnya.
Mulai saat itu, Bobby sangat di hormati oleh sesama tahanan yang berada di dalam bersama dengannya.
Bobby pun ingin kembali melakukan trik yang pernah dia lakukan, yaitu mengajukan penangguhan kepada penyidik pembantu yang menangani kasusnya tersebut.
Namun hal itu tidak tercapai, sebab korban Bobby takut jika dia bisa secepatnya terbebas dari tangan polisi.
Karena alasan Bobby kemungkinan bisa melakukan tindakannya lagi, sehingga pihak penyidik pembantu tidak memberikan penangguhan kepadanya.
Dua puluh hari pun berlalu, Bobby langsung mendapatkan kembali surat dari penyidik yang menanganinya.
Dan isi surat tersebut adalah surat perintah perpanjangan penahanan untuk dirinya.
Kini Bobby sudah berstatus sebagai tahanan pihak kejaksaan.
Hingga beberapa hari kemudian, akhirnya Bobby langsung di pindahkan di sebuah rumah tahanan di kota tersebut.
Tidak lama kemudian, akhirnya kasus Bobby pun di sidangkan.
Perjalanan sidangnya tidak membutuhkan waktu yang lama.
Sebab Bobby sendiri tidak menggunakan seorang advokat atau seorang pengacara untuk membela atau pun mendampinginya setiap kali menjalani persidangan
Serta Bobby tidak mau untuk membantah apa yang di dakwakan kepadanya.
Bobby di tuntut satu tahun enam bulan, namun di vonis oleh hakim hanya delapan bulan saja.
~Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments