Bab 3. Pembalasan Bobby

Saat Bobby dan Vence sudah berada tepat di depan kelompok tersebut, kelompok yang awalnya sedang duduk tersebut langsung berdiri dan mengurung keduanya.

Perkelahian pun terjadi.

Vence yang memiliki kecepatan bertarung dengan menggunakan kakinya sama seperti kemampuan yang di miliki oleh Bobby langsung melakukan beberapa tendangan ke arah beberapa orang.

Hal yang sama juga yang di lakukan oleh Bobby.

Kedua remaja itu di keroyok oleh belasan remaja yang adalah sesama murid - murid kelas dua dan juga kakak kelas mereka yang duduk di kelas tiga dari sekolah yang sama.

Karena pertarungan yang di lakukan oleh keduanya sangat tidak berimbang, sehingga tubuh kedua remaja itu kini sudah terbaring di tanah dengan keadaan yang babak belur karena di hajar oleh belasan orang lawan mereka itu.

Untung saja pengeroyokan itu di hentikan oleh beberapa orang tua dan juga para pemuda yang melewati jalan tersebut.

Jika tidak, sudah bisa di pastikan nasib keduanya akan berakhir dengan sangat tragis.

Kedua remaja itu pun langsung berdiri dan langsung melanjutkan perjalanan mereka untuk pulang ke rumah.

Saat di tengah perjalanan, Bobby langsung berkata kepada Vence.

"Ven! Besok aku akan membalas satu persatu kepada mereka semua."

"Kamu tetap melanjutkan saja sekolahMu!."

Kata - kata yang keluar dari mulut Bobby dengan penuh amarah.

"Bagaimana caraMu untuk membalaskan perlakuan mereka itu!?." Tanya Vence penasaran.

"Besok aku akan datang kesekolah lebih awal dan aku akan mendatangi mereka satu persatu dan memukulnya saat bertemu nanti." Tutur Bobby dengan tekat yang sudah bulat.

"Aku sudah memikirkan sanksi yang akan aku terima nanti setelah melakukan hal itu." Lanjut Bobby lagi.

Mendengar hal itu, Vence hanya menganggukkan kepalanya menyetujui rencana Bobby tersebut.

Keduanya terus berjalan sambil berbincang - bincang hingga berpisah untuk menuju ke rumah mereka masing - masing.

Memang jarak dari rumah mereka sampai di sekolah berkisar dua kilo meter.

Sehingga saat pulang dari sekolah, mereka berdua selalu berjalan kaki untuk bisa sampai ke rumah.

Saat sampai di rumahnya, Bobby langsung mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian yang biasa di pakainya saat sudah berada di rumah.

Remaja itu pun kemudian mulai merencanakan serta berpikir bagaimana teknik pukulan yang akan di gunakannya untuk mengalahkan mereka hanya dengan satu serangan saja.

Tidak hanya itu saja, remaja itu juga kini menyiapkan sebilah pisau untuk mengantisipasi sesuatu yang akan terjadi di luar rencananya itu.

Bobby pun mulai mengingat serta mempraktekkan teknik - teknik pukulan yang dia peroleh dari setiap film aksi yang pernah di tontonnya.

Teknik pukulan tersebut untuk di gunakan saat menyerang tempat - tempat yang sangat berbahaya di tubuh manusia, yaitu di bagian leher, ulu hati dan juga ******** lawan.

Semua itu telah di pikirkan oleh Bobby.

Saat yang dia nantikan pun tiba.

Bobby kini sudah tiba di sekolah saat pintu gerbang sekolah masih tertutup karena masih satu jam lebih lagi hingga kegiatan belajar mengajar akan di mulai.

Petugas keamanan sekolah pun kini membukakan gerbang sekolah tersebut.

Bobby dan juga beberapa murid yang mendapatkan tugas kebersihan di kelas mereka masing - masing langsung memasuki area sekolah.

Di antara murid - murid yang ada, Bobby tidak melihat salah satu dari targetnya.

Remaja itu mulai mengawasi setiap murid - murid yang memasuki area sekolah tersebut, agar dirinya bisa melihat dan mengetahui jika targetnya sudah memasuki area sekolah.

Remaja itu pun kini dapat mengenali seorang murid yang baru saja memasuki pintu gerbang sekolah itu.

Siswa itu adalah murid kelas dua yang duduk di kelas yang berbeda dengannya.

Bobby langsung bergerak dari tempatnya berada.

Remaja itu langsung menuju ke kelas targetnya itu sambil bersembunyi agar tidak di lihat oleh siswa tersebut.

Saat siswa itu sudah dekat dengannya, Bobby langsung muncul di depan remaja itu dan langsung menyerangnya dengan serangan tangan kanannya, dengan posisi jari - jari tangan yang terbuka dan langsung menebas leher tergetnya dari samping.

Remaja yang menjadi targetnya itu tidak sempat untuk melakukan perlawanan atau pun menghindari serangan Bobby itu.

Tubuh siswa laki - laki itu langsung roboh tak sadarkan diri.

Bobby pun dengan cepat langsung meninggalkan tempat itu.

Tidak ada siswa lain yang melihat apa yang di lakukan oleh Bobby tersebut.

Bobby pun kembali ke tempat awal untuk mengawasi lagi targetnya yang lain.

Dan saat dirinya baru saja tiba di tempatnya semula, remaja itu langsung melihat salah satu kakak kelasnya yang juga terlibat dalam pengeroyokan yang dia alami.

Bobby langsung bergegas mengikuti kakak kelasnya itu.

Dengan cepat Bobby sudah berada tepat di belakang targetnya tersebut.

Remaja itu pun langsung menarik bahu seniornya itu dan langsung menghajarnya dengan serangan yang sama seperti yang dia lakukan kepada target sebelumnya.

Tubuh seniornya itu langsung ambruk ke tanah.

Tindakan Bobby itu tidak ada juga yang melihatnya, sehingga remaja itu dengan cepat langsung meninggalkan tempat itu.

Sesaat kemudian, kegemparan pun mulai terjadi di dalam lingkungan sekolah itu.

Beberapa teriakan histeris dari siswi di sekolah itu terdengar saat mereka melihat seorang teman sekelas mereka saat ini sedang terbaring di tanah dan tidak sadarkan diri.

Karena masih sedikit siswa laki - laki yang tiba di sekolah, sehingga mereka mengalami kesulitan untuk mengangkat tubuh siswa yang pingsan itu agar bisa di bawakan ke ruang UKS.

Bobby pun masih dengan kesibukan yang sama, yaitu kembali mengawasi gerbang sekolahnya.

Remaja itu pun kini melihat seorang siswa kelas tiga yang paling di takuti oleh para siswa pria di sekolah itu.

Kesombongan pun terpampang di wajah remaja itu saat memasuki area sekolah.

Dia tidak pernah menyangka jika dirinya saat ini sedang di awasi oleh seseorang yang ingin menghajarnya.

Bobby langsung mengikuti seniornya itu dari belakang secara diam - diam.

Namun tindakannya itu di sadari oleh targetnya.

Seniornya itu langsung membalikkan badannya dan melihat ke belakang.

Remaja itu sangat terkejut saat melihat orang yang di keroyok dan pukulinya kemarin, kini sedang mengikutinya.

"Apa mauMu!?." Tanya siswa yang di buntuti oleh Bobby.

"Aku ingin menghajarMu!." Jawab Bobby sambil menyerang remaja di depannya itu.

Karena tinggi badan targetnya itu lebih tinggi darinya, serangan Bobby tidak mengenai titik yang di tujunya.

Tangan Bobby hanya mengenai bahu seniornya itu.

Seniornya itu langsung membalas serangan Bobby itu dengan tinjunya.

Bobby langsung menghidar kesamping kiri dan langsung menyerang juga ulu hati lawannya dengan kepalan tangan kanannya.

Pukulan tinjunya tepat mengenai sasaran.

"Uhuk!". Suara yang secara spontan keluar dari mulut seniornya itu sambil tertunduk menahan sakit di perutnya itu.

Tidak hanya itu saja, Bobby juga langsung melanjutkan serangannya dengan menyerang bagian belakang kepala seniornya itu dengan siku tangan kanannya.

Saat mengenai belakang kepala, tubuh seniornya itu langsung terjerembab ke tanah.

Kejadian itu di saksikan oleh beberapa orang siswa dan langsung melaporkannya kepada guru mereka.

Beberapa guru yang sudah ada di sekolah langsung memanggil sekuriti di sekolah itu dan langsung menuju ke tempat dimana Bobby dan seniornya itu berada.

Saat mereka sampai, tubuh seniornya sudah dalam keadaan tertelungkup dan sedang di tendang oleh Bobby di bagian wajahnya.

Beberapa guru dan juga seorang sekuriti langsung meneriaki Bobby.

"Bobby! Berhenti! Kamu bisa membunuhnya!."

Remaja itu tidak menghentikan tindakannya tersebut, Bobby tetap menendang wajah seniornya itu.

Sekuriti langsung mendekati Bobby dan bermaksud untuk menangkap serta melumpuhkannya.

Namun remaja itu langsung berbalik dan menyerang sekuriti tersebut dengan tinjunya yang mengarah ke dagu.

Untung saja sekuriti itu telah berlatih seni bela diri dari negara Thailand, sehingga dirinya bisa menangkis serangan Bobby tersebut.

Remaja itu langsung berlari menuju ke arah pintu gerbang sekolah untuk melarikan diri.

Sekuriti pun pergi untuk mengejarnya.

Sedangkan beberapa guru yang ada langsung mengangkat tubuh siswa laki - laki itu dan langsung membawanya ke ruang UKS.

Kini sudah ada tiga orang siswa yang dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Para guru tersebut karena panik langsung berpikir membawa ke tiganya ke rumah sakit.

Namun sebelum mereka melakukan hal itu, seorang guru mata pelajaran matematika yang ahli dalam ilmu bela diri karate tenaga dalam yang baru saja tiba, langsung memeriksa kondisi ke tiga siswa itu satu persatu.

~Bersambung~

Episodes
1 Bab 1. Awal Cerita
2 Bab 2. Kejadian Di Sekolah
3 Bab 3. Pembalasan Bobby
4 Bab 4. Masalah Besar
5 Bab 5. Upaya Penangkapan
6 Bab 6. Melarikan Diri
7 Bab 7. Awal Pergaulan Yang Buruk
8 Bab 8. Nembak Cewek
9 Bab 9. Kongko - Kongko
10 Bab 10. Penganiayaan
11 Bab 11. Paket B
12 Bab 12. Korban Kekecewaan
13 Bab 13. Masalah Di Pesta Pernikahan
14 Bab 14. Masuk Penjara
15 Bab 15. Di Lembaga Pemasyarakatan
16 Bab 16. Siska
17 Bab 17. Mungkin Dia Gila Atau Buta
18 Bab 18. Pantas Dan Tak Pantas
19 Bab 19. Ajakan Teman
20 Bab 20. Mengantar Iin
21 Bab 21. Kebodohan Tanpa Di Sadari
22 Bab. 22. Mencari Posisi Aman
23 Bab 23. Menyatakan Isi Hati
24 Bab 24. Meluluhkan Hati Iin
25 Bab 25. Kebersamaan Dengan Siska
26 Bab 26. Mementahkan Tuduhan
27 Bab 27. Ketakutan Dan Kenikmatan
28 Bab 28. Niat Stenly
29 Bab 29. Rasa Cemburu
30 Bab 30. Membujuk Iin
31 Bab 31. Pesan Dari Siska
32 Bab 32. Keputusan Sintia
33 Bab 33. Menjadi Pacar Sintia
34 Bab 34. Bersama Sintia
35 Bab 35. Melepaskan Hasrat
36 Bab 36. Sesudah Bersama Sintia
37 Bab 37. Kecemasan Siska
38 Bab 38. Keegoisan
39 Bab 39. Pertemuan
40 Bab 40. Mengajak Siska
41 Bab 41. Situasi Yang Menjengkelkan
42 Bab 42. Kekecewaan Bobby
43 Bab 43. Mengejar Bobby
44 Bab 44. Mengunjungi Teman
45 Bab 45. Kebersamaan Dengan Teman Bobby
46 Bab 46. Saling Memaafkan
47 Bab 47. Keputusan Siska
48 Bab 48. Menghindari Natan
49 Bab 49. Di Cafe
50 Bab 50. Sosok Ronald
51 Bab 51. Antara Marah Dan Rindu
52 Bab 52. Sikap Ibu Sintia
53 Bab 53. Bobby Di Rumah Sintia
54 Bab 54. Sikap Ronald
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab 1. Awal Cerita
2
Bab 2. Kejadian Di Sekolah
3
Bab 3. Pembalasan Bobby
4
Bab 4. Masalah Besar
5
Bab 5. Upaya Penangkapan
6
Bab 6. Melarikan Diri
7
Bab 7. Awal Pergaulan Yang Buruk
8
Bab 8. Nembak Cewek
9
Bab 9. Kongko - Kongko
10
Bab 10. Penganiayaan
11
Bab 11. Paket B
12
Bab 12. Korban Kekecewaan
13
Bab 13. Masalah Di Pesta Pernikahan
14
Bab 14. Masuk Penjara
15
Bab 15. Di Lembaga Pemasyarakatan
16
Bab 16. Siska
17
Bab 17. Mungkin Dia Gila Atau Buta
18
Bab 18. Pantas Dan Tak Pantas
19
Bab 19. Ajakan Teman
20
Bab 20. Mengantar Iin
21
Bab 21. Kebodohan Tanpa Di Sadari
22
Bab. 22. Mencari Posisi Aman
23
Bab 23. Menyatakan Isi Hati
24
Bab 24. Meluluhkan Hati Iin
25
Bab 25. Kebersamaan Dengan Siska
26
Bab 26. Mementahkan Tuduhan
27
Bab 27. Ketakutan Dan Kenikmatan
28
Bab 28. Niat Stenly
29
Bab 29. Rasa Cemburu
30
Bab 30. Membujuk Iin
31
Bab 31. Pesan Dari Siska
32
Bab 32. Keputusan Sintia
33
Bab 33. Menjadi Pacar Sintia
34
Bab 34. Bersama Sintia
35
Bab 35. Melepaskan Hasrat
36
Bab 36. Sesudah Bersama Sintia
37
Bab 37. Kecemasan Siska
38
Bab 38. Keegoisan
39
Bab 39. Pertemuan
40
Bab 40. Mengajak Siska
41
Bab 41. Situasi Yang Menjengkelkan
42
Bab 42. Kekecewaan Bobby
43
Bab 43. Mengejar Bobby
44
Bab 44. Mengunjungi Teman
45
Bab 45. Kebersamaan Dengan Teman Bobby
46
Bab 46. Saling Memaafkan
47
Bab 47. Keputusan Siska
48
Bab 48. Menghindari Natan
49
Bab 49. Di Cafe
50
Bab 50. Sosok Ronald
51
Bab 51. Antara Marah Dan Rindu
52
Bab 52. Sikap Ibu Sintia
53
Bab 53. Bobby Di Rumah Sintia
54
Bab 54. Sikap Ronald

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!