Akhirnya mereka tiba di tempat yang mereka tuju.
Bobby langsung bersiap untuk bertarung walau pun dirinya terlihat sangat santai.
Sedangkan Refli langsung tersenyum dan bersiap dengan gaya bertinjunya yang sering dia gunakan saat mengikuti pertandingan resmi.
Bobby yang sudah mengetahui kemampuan dari Refli sudah bersiap dengan serangan terampuh miliknya.
Teman - teman yang lain langsung berdiri dengan posisi melingkari kedua teman mereka itu yang akan bertarung.
Karena menurut mereka, Refli pasti akan mempermainkan Bobby saat bertarung nanti, dan itu akan sangat terlihat keren.
"Bagaimana? Apakah kamu sudah siap!?". Tanya Refli sambil tersenyum menyeringai menatap ke arah Bobby.
Bobby hanya tersenyum penuh makna menanggapi perkataan lawannya tersebut.
Refli pun langsung mendekat dengan gaya bertinju Swamer atau fighter.
Namun remaja itu tidak pernah berpikir bagaimana cara Bobby untuk menanganinya.
Saat jarak tubuh Refli sudah berada di dalam jangkauan serangan Bobby, remaja itu langsung mengangkat kakinya dan menendang kearah dagu lawannya itu.
Tendangan Bobby pun tidak bisa di antisipasi oleh Refli yang terlalu menganggap remeh dirinya.
Setelah tendangan Bobby mengenai dagu Refli, tubuh remaja itu langsung terangkat sedikit ke atas udara dan langsung tumbang ke atas tanah dengan posisi kepala bagian belakangnya yang membentur ke tanah terlebih dahulu.
Refli tidak pernah menyangka hal itu akan terjadi kepada dirinya.
Kesadaran remaja yang menjadi lawan Bobby pun menghilang, semua murid yang ada di tempat itu langsung menjadi takut dengan apa yang telah terjadi.
Teman - teman yang awalnya bersama dan terus mendukung Refli, kini mereka semua langsung meninggalkan tempat itu.
Di tempat itu kini hanya tersisa Refli dengan posisi tubuh yang terbaring di tanah dalam keadaan tidak sadarkan diri dan juga Bobby yang sedang menatapnya.
Setelah beberapa saat menunggu, dan Refli tidak kunjung sadarkan diri, akhirnya Bobby langsung mengangkat tubuh lawannya itu dan membawanya ke ruang UKS.
Sebagian besar murid di sekolah yang melihat apa yang di lakukan oleh Bobby itu langsung mendekatinya dan melontarkan beberapa pertanyaan tentang apa yang mereka lihat itu.
"Kenapa Bobby membopong Refli!?".
"Apa yang telah terjadi dengan Refli!?".
"Apakah Refli sedang sakit!?".
Kata - kata yang keluar dari mulut murid - murid di sekolah itu saat melihat Bobby sedang membopong Refli seperti seorang anak kecil di kedua tangannya.
Beberapa saat kemudian akhirnya Bobby tiba di depan pintu ruangan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Bobby pun langsung memasuki ruangan tersebut dan langsung di sambut dengan tatapan beberapa pasang mata kearahnya.
Beberapa guru yang sedang berada di dalam ruangan tersebut langsung tersentak saat melihat Bobby yang sedang membopong Refli memasuki ruangan tersebut.
"Kenapa dengan dia!?". Tanya salah satu guru yang ada di dalam ruangan itu.
"Refli tadi terjatuh dengan kepala bagian belakangnya yang terlebih dahulu membentur tanah." Jawab Bobby dengan nada suara seperti tidak bersalah.
"Aduh! Bagaimana ini!? Kita harus membawanya ke rumah sakit! Takutnya bisa terjadi apa - apa dengannya!." Ujar seorang guru lagi dengan nada suara yang ketakutan.
Seorang guru lagi kini sedang memberikan aroma minyak kayu putih untuk di hirup oleh Refli.
Saat yang lain sudah memutuskan untuk membawa Refli ke rumah sakit, tubuh remaja itu kini mulai bergerak dan membuka matanya perlahan - lahan.
"Ada dimana aku ini!?". Kata - kata yang keluar dari mulut Refli saat sudah siuman.
"Kamu ada di ruangan UKS". Jawab seorang guru.
"Kenapa aku bisa berada disini!?". Tanya Refli lagi.
"Kamu tadi terjatuh dan pingsan, sehingga Bobby langsung membawaMu kemari". Jawab guru itu lagi.
Saat mendengar bahwa Bobby yang membawanya ke ruangan itu, Refli kini sudah bisa mengingat apa yang terjadi dengan dirinya itu.
Remaja itu pun kini berniat untuk bangun dan beranjak pergi dari tempat itu.
Namun guru - guru yang berada di ruangan itu menyuruhnya untuk beristirahat terlebih dahulu sambil bertanya tentang apa yang Refli rasakan di kepalanya.
Sedangkan Bobby, saat dirinya melihat Refli mulai siuman, remaja itu langsung pergi dari tempat itu dan kembali menuju ke kelasnya.
Saat sudah tiba di depan pintu ruangan kelasnya, semua pasang mata yang ada di dalam ruang kelas tersebut langsung menatap kearahnya dengan berbagai macam ekspresi di wajah mereka.
Karena saat itu kegiatan belajar mengajar telah di mulai, sehingga kini meja yang berada di depan ruangan kelas itu sudah ada seorang guru yang menempatinya.
Guru tersebut langsung menyambut kedatangan Bobby dengan pertanyaannya.
"Bagaimana keadaan Refli? Apakah sudah siuman!?". Tanya guru itu dengan nada suara yang penasaran.
"Iya bu guru! Refli sudah siuman dan kini masih beristirahat di ruangan UKS". Jawab Bobby santai dan masih tetap berdiri di pintu masuk ruang kelas tersebut.
"Kalau begitu kamu masuk dan duduklah, agar bisa mengikuti materi yang ibu berikan!". Ujar guru perempuan tersebut.
Mendengar perkataan gurunya, Bobby langsung melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam ruang kelasnya dan langsung duduk seraya meraih buku dan juga pena miliknya.
Kegiatan belajar mengajar pada hari itu pun selesai, murid - murid kini mulai keluar dari ruang kelas mereka masing - masing.
Refli yang sudah kembali ke ruang kelasnya langsung beranjak pergi.
Sedangkan Bobby sendiri, masih tetap duduk di dalam ruang kelasnya.
Setelah beberapa saat, Vence pun tiba di depan ruang kelas Bobby.
Remaja itu langsung bertanya kepada seorang teman sekelas Bobby.
"Apakah Bobby belum pulang!?".
"Iya! Dia masih berada di dalam kelas". Jawab teman sekelas Bobby.
"Terima kasih yah!?". Balas Vence dan langsung melangkahkan kakinya untuk menemui Bobby.
Saat Vence melihat Bobby, remaja itu langsung meneriakinya.
"Woi! Tadi itu kenapa!?." Tanya Vence saat sudah berada di dekat Bobby.
"Maksudnya, apa yang kamu tanyakan ini!?." tanya Bobby.
"Katanya kamu tadi membawa teman sekelasMu ke ruangan UKS! Apa benar seperti itu!?." tanya Vence lagi.
"Oh itu!? iya, benar seperti itu!." Jawab Bobby santai.
"kenapa dengan dia!?." Tanya Vence lagi.
"Begini! Tadi saat istirahat, aku mengundangnya untuk duel dan dia menyetujuinya...jadi kita melakukan duel di lokasi belakang dari gedung ini".
"Saat sudah bersiap untuk duel, dia dengan cepat ingin memukul diriKu, jadi aku mengangkat kakiKu dan menendang dagunya hingga dia terjatuh".
Ujar Bobby menjelaskan apa yang terjadi.
"Aku dengar - dengar dari teman sekelasKu, Refli itu adalah petinju yang sudah beberapa kali mengikuti kompetisi kejuaraan daerah, serta sudah beberapa kali meraih juara satu, apakah benar begitu!?." Ujar Vence yang ingin memastikan kebenarannya kepada Bobby.
Bobby pun langsung menjawabnya.
"Iya! Memang benar seperti itu! Tetapi karena dia terlalu meremehkanKu, sehingga dia tidak bisa mengantisipasi tendangan kakiKu". Jawab Bobby lagi sambil bangkit berdiri.
"Ayo kita pulang!."
Bobby langsung mengajak Vence untuk segera pergi.
Saat keduanya sudah berjalan sejauh beberapa ratus meter meninggalkan erea sekolah, keduanya langsung melihat sekelompok siswa di sekolah yang sama dengan keduanya sedang duduk di pinggiran jalan.
Saat kelompok tersebut melihat kemunculan Bobby dan Vence, terlihat mereka langsung bereaksi seperti sudah menunggu kehadiran kedua orang remaja itu.
Melihat reaksi kelompok tersebut, Bobby langsung mengingatkan kepada Vence bahwa kelompok itu akan membuat masalah kepada mereka berdua.
Oleh karena itu, keduanya harus bersiap untuk menghadapi hal itu.
Vence pun langsung menganggukkan kepalanya saat di ingatkan oleh Bobby.
~Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments