Bobby merasa sangat bahagia saat berada di sisi Febrianti.
Setelah beberapa saat kemudian, akhirnya Mamang keluar dari dalam asrama tersebut, karena urusannya telah selesai dengan petugas yang bertanggung jawab atas asrama putri itu.
Mamang pun mengenalkan Bobby kepada temannya itu, agar Bobby bisa leluasa untuk bertemu dengan Febrianti.
Mamang juga berpesan kepada temannya itu agar tidak menyinggung Bobby.
Karena jika menyinggung remaja tersebut, bisa mendapatkan masalah yang serius.
Akhirnya Febrianti pun lebih dulu pamit dan berkata.
"Bob! Kak! Aku masuk dulu yah!?." Sambil tersenyum menatap Bobby.
Bobby hanya mengangguk dan tersenyum manis menatap gadis tersebut.
Keduanya juga langsung pergi meninggalkan asrama tersebut dengan mengendarai sepeda motor milik Mamang.
Keduanya langsung meluncur untuk menuju ke tempat biasa tim mereka berkumpul.
Saat keduanya tiba di tempat tujuan mereka, di tempat tersebut sudah ada lima orang lainnya.
Keduanya langsung di sambut oleh mereka.
"Dari mana saja kalian berdua!?." Tanya Angger yang selalu tersenyum saat berkata.
"Kita berdua baru saja dari asrama putri sekolahKu! Dan kalian perlu tahu! Tadi Bobby baru saja aku comblangin dengan adik tingkatKu!." Tutur Mamang sambil tersenyum menatap lima orang yang ada.
"Apa ceweknya cantik!?." Tanya Dani penasaran menatap ke arah Mamang.
"Tanya saja sendiri kepada Bobby!." Ucpa Mamang.
Bobby hanya senyum - senyum tanpa berkata sedikit pun.
Walau pun usianya yang masih sangat muda itu, namun dia selalu berusaha untuk berpikir dewasa.
Hal itu karena posisinya saat itu yang di segani serta di hormati oleh orang - orang yang lebih tua darinya.
Sehingga Bobby harus menunjukkan sikap yang berwibawa di depan semua orang.
Dani tidak ingin langsung menanyakan hal itu kepada Bobby, sebab keduanya sering bertengkar.
Karena Bobby hanya diam sambil tersenyum, akhirnya Angger pun bertanya kepada remaja itu.
"Bro! Bagaimana? Apakah gadis yang di kenalkan oleh Mamang itu cantik parasnya!?."
Bobby sesaat terdiam lalu menjawab pertanyaan temannya itu.
"MenurutKu, gadis dia terlalu cantik bagiKu!." Sambil tersipu malu.
"Apakah kamu sudah nembak dia!?." Sambung Vence penasaran.
"Iya! Aku tadi langsung nembak dia!." Tutur Bobby.
"Kalau begitu, berarti kamu sudah jadian dong!?." Tanya Vence lagi.
Bobby langsung menjawab hanya dengan menganggukkan kepalanya.
"Wow...Ngger! Saat ini kamu sudah kalah dari Bobby! Sebab sampai saat ini, kamu belum juga memiliki pacar!." Tutur Nofri sambil tertawa mengejek Angger.
"Biarin! Saat ini, aku juga belum siap untuk pacaran!." Ujar Angger membela diri.
"Alasan! Bilang saja kalau diriMu itu tidak laku di pasaran!." Bantah Mamang.
Ha...ha...ha...ha...ha
Tawa mereka langsung meledak secara bersamaan saat mendengar bantahan yang Mamang ucapkan.
"Tidak boleh seperti itu! Contohnya saja Vence! Dia selalu di sukai oleh beberapa gadis! Tetapi kenyataannya apa? Dia tidak mau menanggapinya!." Tutur Bobby untuk sedikit membantu Angger.
"Itu memang benar! Tetapi hal itu karena Vence seleranya terlalu tinggi! Mau nya punya pacar yang cantik dan tajir, mana bisa ada yang mau dengan kehidupan kita yang seperti ini!." Tutur Dani menyerang pribadi Vence sambil menyengir.
"Ya iyalah! Masa aku yang ganteng ini punya pacar yang tidak cantik serta tajir!?." Tutur Vence menanggapi perkataan Dani.
"Setiap orang itu pasti memiliki cara berpikir yang berbeda - beda! Sehingga kita harus menghargainya!." Ujar Luter ingin meluruskan.
"Itu menurutMu! Karena pikiran kamu juga sama seperti itu! Kalau tidak karena mengejar wanita yang kamu sukai, pasti kamu juga tidak berada saat ini bersama - sama dengan kita! Dasar Bucin!." Cela Dani terhadap Luter.
Walau pun Luter adalah kakak tertua Dani dan Bobby, namun karena dia tidak besar bersama dengan keduanya, sehingga Luter sangat jarang untuk bersama - sama dengan adik - adiknya.
Dan memang itu juga sudah menjadi kebiasaan Dani untuk selalu mencela serta merendahkan orang lain.
"Itu baru namanya Cinta!." Balas Luter membela diri.
"Cinta apaan? Itu Budak Cinta namanya!." Celaan Dani lagi.
"Memangnya kamu sudah punya pacar?." Tanya Luter kepada Dani.
"Sudahlah! Tidak perlu di perdebatkan lagi! UsulKu! Bagaimana jika malam minggu nanti, kita membawa pacar kita masing - masing!?." Tutur Mamang.
"Tunggu dulu! Aku saja tidak memiliki pacar! Jadi siapa yang harus Ku bawa?." Ujar Nofri.
"Kalau kamu itu! Cukup lihat saja nenek - nenek di pinggir jalan dan kamu ajak saja kesini sebagai pacarMu!." Ujar Dani mencibir Nofri.
"Apakah aku serendah itu!?." Tutur Nofri membela diri.
"Dari pada tidak punya pacar untuk di bawa! Mendingan kamu lakukan saja apa yang aku katakan itu!." Dani melontarkan kata - kata ledekan lagi kepada Nofri.
"Sudahlah! Ganti saja topiknya! Bagaimana kalau kita beli saja beberapa paket (beberapa minuman soda yang di campur dengan minuman beralkohol) untuk kita minum hingga mabuk kali ini!." Tutur Angger mengusulkan.
"Huuu! Di otakMu itu hanya mabuk saja yang selalu di pikirkan!." Ujar Nofri meledek Angger.
"Anggap saja itu untuk merayakan keberhasilan Bobby yang sudah memiliki pacar!." Balas Angger sambil tersenyum.
"Ok! Aku setuju!." Ucap Mamang sambil merogoh sakunya dan mengeluarkan beberapa uang kertas.
Melihat apa yang di lakukan oleh Mamang, yang lainnya pun ikut mengeluarkan uang mereka masing - masing.
"Sudah! Beli saja beberapa paket miras dan juga dua bungkus rokok serta cemilan!." Tutur Dani.
Karena saat itu hanya Mamang yang memiliki sepeda motor, sehingga dialah yang pergi untuk membeli apa yang mereka perlukan saat itu.
Mamang pun langsung pergi dengan sepeda motor miliknya.
Tidak lama kemudian, Mamang sudah kembali dengan membawa apa yang mereka butuhkan saat itu.
Angger langsung menyambut Mamang dan langsung mengambil minuman yang baru saja di beli dan langsung di campurkan dalam sebuah cerek.
Mereka pun mulai meneguk minuman yang sudah di campur tersebut.
Saat hari sudah mulai gelap dan uang serta minuman mereka sudah habis, akhirnya mereka berencana untuk pergi ke perampatan jalan utama yang ada di lingkungan mereka untuk memalak setiap orang yang akan melewati jalan tersebut.
Bobby saat itu telah menyelipkan sebilah pisau badik di pinggangnya dengan teknik yang dia miliki.
Walau pun remaja itu mengangkat kaos yang di gunakannya, tetapi pisau badik tersebut tidak terlihat.
Sebab gagang pisau badik tersebut melingkar mengikuti bentuk pinggangnya dan di tertutup oleh pinggang celana yang dia gunakan.
Sedangkan ujung dari pisau badik tersebut berada didalam CD miliknya.
Keenam temannya saja tidak mengetahui akan hal tersebut.
Saat mereka sudah berada di perampatan jalan yang di maksudkan, mereka langsung menjadi pusat perhatian setiap orang yang lewat di situ.
Tetapi karena group mereka itu sangat di segani oleh orang - orang sekitar, sehingga tidak ada yang berani menegur mereka.
Satu per satu pria yang melewati jalan itu, semuanya di palak oleh mereka.
Saat sudah merasa cukup untuk kembali membeli miras yang sering mereka konsumsi serta beberapa bungkus rokok, akhirnya mereka menghentikan kegiatan tersebut dan pergi menuju ke salah satu rumah warga yang biasa mereka jadikan tempat untuk nongkrong dan mengkonsumsi miras.
Saat mereka tiba, ternyata di tempat tersebut kini sedang ada group yang lain yang juga sedang mengkonsumsi miras.
Group itu terdiri dari para senior mereka.
Namun kedatangan mereka langsung di sambut baik oleh para pemuda yang ada.
"Ayo Bob! Mari gabung!." Sambut seorang pemuda.
Saat Bobby masuk, mereka langsung menyediakan kursi untuk di dudukinya.
Saat mereka sampai, sudah ada salah seorang pemuda yang mabuk dan mulai rese serta mulai menyebalkan.
Pemuda itu terus berbicara tentang pergaulannya yang anarkis serta sudah pernah masuk lembaga pemasyarakatan.
Bobby mulai jengkel dengan sikap yang di tunjukkan oleh pemuda tersebut.
Remaja itu tanpa berkata - kata lagi langsung menyerang pemuda itu dengan tinjunya yang tepat mengenai mata pemuda tersebut.
Pemuda itu langsung terjungkal kebelakang bersama dengan kursi yang dia duduki.
Pemuda itu pun langsung berusaha untuk bangkit.
~Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments