Bab 5. Upaya Penangkapan

Setelah selesai membawa siswa itu untuk di Visum et Repertum, pihak penyidik pun mulai membuat berita acara pemeriksaan terhadap korban mau pun saksi yang melihat kejadian tersebut.

Setelah selesai melakukan pemeriksaan terhadap saksi korban serta saksi yang melihat kejadian tersebut, pihak penyidik memerintahkan kepada para anggota polisi yang piket di hari itu untuk pergi menangkap Bobby di rumahnya.

Walau pun Bobby pada saat itu masih berusia 13 tahun, namun karena pada saat itu tindakan yang di lakukan tidak sesuai dengan undang - undang tentang peradilan anak, sehingga penanganan yang di lakukan oleh pihak kepolisian masih menggunakan upaya penanganan yang sama dengan yang di lakukan terhadap orang yang sudah berusia di atas 18 tahun.

Beberapa anggota kepolisian langsung menuju ke kediaman Bobby dengan kendaraan patroli mereka yang memiliki kursi di bagian belakang yang dalam posisi saling membelakangi.

Saat tiba di lingkungan tempat Bobby tinggal, para anggota polisi tersebut langsung menuju ke kepala lingkungan setempat untuk menanyakan dimana kediaman Bobby tersebut.

Saat sudah tiba di rumah kepala lingkungan setempat, komandan yang memimpin tim tersebut langsung turun dari mobil.

"Selamat pagi pak!." Ucap komandan tersebut.

"Selamat pagi juga! Apa ada yang bisa saya bantu!?." Tanya kepala lingkungan tersebut.

"Begini pak! Kami ingin mencari kediaman Bobby Rabatu! Apakah bapak bisa mengantarkan kami ke kediamannya!?." Tutur komandan tersebut.

"Mohon maaf pak! Kalau boleh saya tahu, ada urusan apa sehingga bapak - bapak sekalian ingin mencari masyarakatKu!?." Kepala lingkungan tersebut mempertanyakan.

"Begini pak! Kami telah mendapatkan laporan dari beberapa orang tua, bahwa Bobby ini telah melakukan penganiayaan terhadap tiga orang anak dua jam yang lalu saat berada di sekolah! Atas dasar laporan tersebut, sehingga kami di perintahkan untuk membawa Bobby agar bisa di periksa!." Ucap komandan tim tersebut menjelaskan.

"Bukankah hal ini masih menjadi tanggung jawab pihak sekolah mereka!?." Tanya kepala lingkungan lagi.

"Memang benar seperti itu pak! Tetapi kami juga tidak bisa menolak setiap laporan tindak pidana yang masuk ke kantor kami!." Jawab komandan tersebut.

"Baiklah! Kalau begitu, aku akan mengantarkan kalian ke kediaman Bobby, namun sebagai masyarakatKu, aku juga akan ikut serta untuk mendampinginya saat pemeriksaan nanti!." Ujar kepala lingkungan tersebut sambil ikut menaiki mobil patroli tersebut.

Kepala lingkungan itu langsung mengarahkan kepada seorang anggota yang mengendarai mobil patroli itu untuk menuju ke kediaman Bobby.

Karena di tempat tinggal Bobby pada saat itu belum memiliki jalan penghubung untuk bisa di lalui oleh mobil, sehingga mobil patroli tersebut hanya di parkir di jalan lingkungan yang sudah ada.

Mereka pun menuju ke kediaman Bobby dengan berjalan kaki.

Jarak dari jalan lingkungan yang ada hingga sampai di rumah Bobby sekitar tujuh puluh lima meter.

Sehingga tidak memerlukan waktu yang lama untuk tiba di kediaman Bobby.

Saat tiba di kediaman Bobby, empat orang anggota polisi langsung mengepung kediaman tersebut.

Sedangkan sang komandan dan juga kepala lingkungan langsung memberikan salam.

"Selamat pagi!."

Suara seorang wanita dari dalam kediaman itu pun membalas salam mereka tersebut.

"Selamat pagi!."

"Siapa!?." Tanya ibu Bobby yang tidak mengetahui siapa yang baru saja datang tersebut karena dirinya memiliki gangguan penglihatan.

"Maaf komandan! Ibu ini memiliki gangguan penglihatan, sehingga dia tidak bisa melihat." Ucap kepala lingkungan tersebut menjelaskan.

Sang komandan tersebut langsung tergugah hatinya saat mengetahui ekonomi serta keadaan ibu Bobby yang tidak bisa melihat tersebut.

"Maaf ibu sebelumnya! Kami ini dari pihak kepolisian datang untuk bertemu dengan anak ibu yang bernama Bobby untuk membawanya ke kantor polisi agar bisa di periksa atas dugaan tindak pidana yang di lakukan di sekolahnya sekitar dua jam yang lalu." Tutur komandan tim menjelaskan maksud kedatangan mereka saat itu.

"Aduh! Kenapa bisa seperti itu!?." Ucap ibu Bobby yang dengan perlahan langsung terjatuh setelah mendengar penjelasan dari komandan tersebut.

Kepala lingkungan tersebut langsung membantu ibu Bobby untuk duduk dan menenangkan dirinya.

Mereka pun langsung memeriksa kediaman tersebut untuk mencari keberadaan Bobby.

Melihat hal tersebut, kepala lingkungan pun langsung bersuara.

"Mohon maaf pak! Menurut yang saya tahu, seharusnya surat perintah penggeledahan harus di tunjukkan terlebih dahulu sebelum melakukan penggeledahan di dalam rumah seseorang!."

"Benar seperti itu pak! Tetapi kami sudah di berikan perintah oleh penyidik melalui penyidik pembantu untuk melakukan penggeledahan! Jadi kami harus melakukannya!." Jawab komandan tersebut.

Setelah selesai memeriksa, mereka tidak menemukan Bobby di kediaman tersebut.

"Tidak ada pak!." Lapor seorang anggota polisi.

"Kalau begitu! Cari informasi dari orang - orang sekitar untuk menemukannya!." Perintah komandan tersebut.

Sedangkan posisi Bobby sendiri kini berada di semak - semak yang jaraknya sekitar seratus meter dari belakang kediamannya dan sedang memperhatikan apa yang di lakukan oleh beberapa anggota polisi tersebut.

Saat tim dari kepolisian sudah pergi, Bobby langsung menunggu beberapa saat sebelum dirinya kembali ke kediamannya.

Setelah dirinya sudah merasa aman, remaja itu pun langsung kembali ke kediamannya.

Ibunya yang mengetahui Bobby sudah kembali langsung menangis dan mempertanyakan tentang tindakan yang telah Bobby lakukan.

Remaja itu hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan tersebut.

Bobby langsung meraih sebilah parang untuk pergi menuju ke kebun milik kakeknya, untuk bertemu dengan kakeknya yang juga tinggal di kebun tersebut.

Setelah beberapa saat mengumpulkan informasi untuk membantu mereka agar bisa menemukan Bobby, mereka tidak mendapatkan hasil yang sesuai dengan apa yang mereka harapkan.

Akhirnya tim dari kepolisian itu pun kembali ke kantor untuk melaporkan hasil yang mereka peroleh.

Setelah mendapatkan laporan dari tim yang mencari Bobby, penyidik pembantu langsung membuatkan surat panggilan undangan klarifikasi kepada Bobby untuk di serahkan kepada kepala lingkungan agar kepala lingkungan dapat meneruskan surat tersebut kepada keluarga Bobby atau kepada Bobby sendiri.

Orang tua dari siswa yang di pukuli oleh Bobby kembali mendesak petugas kepolisian yang sedang piket saat itu untuk segera menangkap pelaku penganiayaan anak mereka itu.

Penyidik pembantu kembali datang menenangkan serta memberikan penjelasan tentang tahapan - tahapan penanganan yang harus mereka lakukan, sehingga pihak mereka juga tidak akan melakukan kesalahan saat menangani dugaan tindak pidana tersebut.

Orang tua korban itu pun sedikit mereda saat mendengar penjelasan dari penyidik pembatu tersebut.

Sedangkan kepala lingkungan sendiri, kini sudah kembali datang ke kediaman Bobby untuk mengantarkan surat panggilan undangan klarifikasi kepada ibu Bobby.

Kepala lingkungan tersebut mulai membuka amplop tersebut dan membacakannya kepada ibu Bobby.

"Memang surat ini adalah undangan klarifikasi! Tetapi jika melihat keinginan dari orang tua korban, kemungkinan mereka akan menekan pihak kepolisian lagi agar bisa langsung menetapkan Bobby sebagai tersangka serta bisa langsung untuk menahannya!." Ujar kepala lingkungan itu yang masih memiliki ikatan kekeluargaan dengan ibu Bobby.

"Mengapa bisa seperti itu!? Apakah kepolisian itu adalah milik mereka!?." Tanya ibu Bobby seakan tidak percaya jika pihak kepolisian bisa di tekan oleh keluarga korban.

"Memang bukan milik mereka! Tetapi tadi aku sempat mendengar mereka sedang menghubungi salah satu keluarga mereka yang memiliki kedudukan yang penting di kepolisian, sehingga keluarga mereka itulah yang menekan pihak kepolisian yang ada.

"Jadi mereka itu adalah keluarga yang kaya!?." Tanya ibu Bobby.

"Iya! Aku melihat sepertinya begitu!." Jawab kepala lingkungan tersebut.

"Terus, bagaimana dengan keadaan korbannya!?." Tanya ibu Bobby.

"Aku melihat, kedua anak itu sepertinya baik - baik saja! Namun keadaan wajah satu orang anak lainnya sangat memperihatinkan! Sebab ada begitu banyak luka memar yang terdapat di wajahnya!." Jawab kepala lingkungan itu.

"Namun bagaimana mungkin Bobby melakukan hal itu kepada ketiga anak tersebut!? Tubuh dua di antaranya lebih besar dan lebih tinggi dari tubuh Bobby! Apa lagi anak yang wajahnya terdapat banyak luka memar! Tubuh anak itu jauh lebih besar dan tinggi dari tubuh Bobby!." Gumam kepala lingkungan merasa tidak percaya dengan apa yang di lakukan oleh Bobby.

~Bersambung~

Episodes
1 Bab 1. Awal Cerita
2 Bab 2. Kejadian Di Sekolah
3 Bab 3. Pembalasan Bobby
4 Bab 4. Masalah Besar
5 Bab 5. Upaya Penangkapan
6 Bab 6. Melarikan Diri
7 Bab 7. Awal Pergaulan Yang Buruk
8 Bab 8. Nembak Cewek
9 Bab 9. Kongko - Kongko
10 Bab 10. Penganiayaan
11 Bab 11. Paket B
12 Bab 12. Korban Kekecewaan
13 Bab 13. Masalah Di Pesta Pernikahan
14 Bab 14. Masuk Penjara
15 Bab 15. Di Lembaga Pemasyarakatan
16 Bab 16. Siska
17 Bab 17. Mungkin Dia Gila Atau Buta
18 Bab 18. Pantas Dan Tak Pantas
19 Bab 19. Ajakan Teman
20 Bab 20. Mengantar Iin
21 Bab 21. Kebodohan Tanpa Di Sadari
22 Bab. 22. Mencari Posisi Aman
23 Bab 23. Menyatakan Isi Hati
24 Bab 24. Meluluhkan Hati Iin
25 Bab 25. Kebersamaan Dengan Siska
26 Bab 26. Mementahkan Tuduhan
27 Bab 27. Ketakutan Dan Kenikmatan
28 Bab 28. Niat Stenly
29 Bab 29. Rasa Cemburu
30 Bab 30. Membujuk Iin
31 Bab 31. Pesan Dari Siska
32 Bab 32. Keputusan Sintia
33 Bab 33. Menjadi Pacar Sintia
34 Bab 34. Bersama Sintia
35 Bab 35. Melepaskan Hasrat
36 Bab 36. Sesudah Bersama Sintia
37 Bab 37. Kecemasan Siska
38 Bab 38. Keegoisan
39 Bab 39. Pertemuan
40 Bab 40. Mengajak Siska
41 Bab 41. Situasi Yang Menjengkelkan
42 Bab 42. Kekecewaan Bobby
43 Bab 43. Mengejar Bobby
44 Bab 44. Mengunjungi Teman
45 Bab 45. Kebersamaan Dengan Teman Bobby
46 Bab 46. Saling Memaafkan
47 Bab 47. Keputusan Siska
48 Bab 48. Menghindari Natan
49 Bab 49. Di Cafe
50 Bab 50. Sosok Ronald
51 Bab 51. Antara Marah Dan Rindu
52 Bab 52. Sikap Ibu Sintia
53 Bab 53. Bobby Di Rumah Sintia
54 Bab 54. Sikap Ronald
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab 1. Awal Cerita
2
Bab 2. Kejadian Di Sekolah
3
Bab 3. Pembalasan Bobby
4
Bab 4. Masalah Besar
5
Bab 5. Upaya Penangkapan
6
Bab 6. Melarikan Diri
7
Bab 7. Awal Pergaulan Yang Buruk
8
Bab 8. Nembak Cewek
9
Bab 9. Kongko - Kongko
10
Bab 10. Penganiayaan
11
Bab 11. Paket B
12
Bab 12. Korban Kekecewaan
13
Bab 13. Masalah Di Pesta Pernikahan
14
Bab 14. Masuk Penjara
15
Bab 15. Di Lembaga Pemasyarakatan
16
Bab 16. Siska
17
Bab 17. Mungkin Dia Gila Atau Buta
18
Bab 18. Pantas Dan Tak Pantas
19
Bab 19. Ajakan Teman
20
Bab 20. Mengantar Iin
21
Bab 21. Kebodohan Tanpa Di Sadari
22
Bab. 22. Mencari Posisi Aman
23
Bab 23. Menyatakan Isi Hati
24
Bab 24. Meluluhkan Hati Iin
25
Bab 25. Kebersamaan Dengan Siska
26
Bab 26. Mementahkan Tuduhan
27
Bab 27. Ketakutan Dan Kenikmatan
28
Bab 28. Niat Stenly
29
Bab 29. Rasa Cemburu
30
Bab 30. Membujuk Iin
31
Bab 31. Pesan Dari Siska
32
Bab 32. Keputusan Sintia
33
Bab 33. Menjadi Pacar Sintia
34
Bab 34. Bersama Sintia
35
Bab 35. Melepaskan Hasrat
36
Bab 36. Sesudah Bersama Sintia
37
Bab 37. Kecemasan Siska
38
Bab 38. Keegoisan
39
Bab 39. Pertemuan
40
Bab 40. Mengajak Siska
41
Bab 41. Situasi Yang Menjengkelkan
42
Bab 42. Kekecewaan Bobby
43
Bab 43. Mengejar Bobby
44
Bab 44. Mengunjungi Teman
45
Bab 45. Kebersamaan Dengan Teman Bobby
46
Bab 46. Saling Memaafkan
47
Bab 47. Keputusan Siska
48
Bab 48. Menghindari Natan
49
Bab 49. Di Cafe
50
Bab 50. Sosok Ronald
51
Bab 51. Antara Marah Dan Rindu
52
Bab 52. Sikap Ibu Sintia
53
Bab 53. Bobby Di Rumah Sintia
54
Bab 54. Sikap Ronald

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!