Memang benar kediaman Alexandre ini begitu luas, besar dan pastinya sangat membuat kagum di mata semua orang yang telah melihat keindahan dan kesegaran pada wilayah taman istana ini.
" Oh God, apakah aku bisa menjadi Zoya.." Ucap Ziya lagi dalam hati.
Karena, dia berpikir apakah dia bisa menjadi Zoya ?
" Apakah aku bisa menjadi istri sandiwara Alberto yang terkenal kejam dan menakutkan itu." Ucap Ziya lagi dalam hati dengan perasaan yang bergidik ngeri.
Apakah dia bisa menjadi istri dari Alberto penguasa istana Alexandre ?
" Dan pastinya apakah aku sanggup bertahan hidup disana,, aku harus sanggup bagaimanapun juga disana masih ada keluargaku sendiri yaitu putra Zoya." Ucap Ziya merasa lega karena ia berpikir di dalam kediaman Alberto Alexandre masih ada orang yang akan menjadi pelipur hatinya yaitu Putra Zoya.
Apakah dia bisa bertahan untuk hidup disana ?
Pastinya Ziya harus bertahan hidup disana, karena, dia telah melakukan perjanjian kepada Pamannya, agar Pamannya tidak membunuh kedua orang tuanya. Oleh sebab itu apapun yang akan terjadi Ziya tetap harus bertahan demi kebahagiaan keluarganya.
Mobil Paman Erwin sudah berhenti tepat di depan gerbang pintu masuk Istana utama Alexandre. Ziya menatap jalan dengan sendu, karena dari awal masuk area istana Alexandre saja sudah begitu memukau.

Apalagi sekarang mobil mereka sudah memasuki gerbang utama menuju istana. Ziya sudah berusaha untuk mempelajari kebiasaan Zoya agar keluarga besar Alexandre tidak mengetahui kalau dirinya bukanlah Zoya melainkan Ziya.
Sebentar lagi Ziya akan bertemu dengan keluarga Alberto suami dari kakak kembarnya itu.
Zoya dan Ziya adalah dua wanita kembar yang sangatlah berbeda, Ziya tidak terlalu menyukai dandanan yang terlalu glamor dan tidak terlalu suka dengan yang namanya make up, dia selalu berpenampilan sederhana dan kecantikannya malah begitu terlihat memukau walaupun tanpa polesan make up.
Sedangkan Zoya yang sudah dibesarkan oleh Pamannya dan hidup penuh dengan kemewahan oleh sebab itu Zoya terbiasa berpenampilan yang glamor, mewah dan juga make up yang tebal, serta selalu memakai warna lipstik merah.
Zoya adalah sosok wanita perayu ulung, sedangkan Ziya adalah wanita yang sopan dan juga pemalu.
Dari ciri-ciri fisik mereka sangat mirip sekali, cuma berbeda dari tatanan rambut dan gaya dandanan mereka saja.
Karena, sudah mau sampai Paman Erwin selalu mengingatkan Ziya tentang kejamnya keluarga Alexandre.
" Paman harap kamu bisa membiasakan diri menjadi Zoya,," Bilang Paman Erwin yang saat ini duduk di depan Ziya.
" Iya Paman, aku akan berusaha semampuku."
" Jangan sampai keluarga Alexandre mengetahui identitasmu yang sebenarnya." Jelas Paman Erwin serius.
" Para saudara Alberto, Ibu tiri Alberto beserta Vasco Alexandre dan Madam Christin, jangan sampai tahu tentang dirimu. Jika mereka curiga, kalau kamu bukanlah Zoya, maka kita semua akan dibunuh oleh Albert dan keluarganya. Ingat semua kebiasaan Zoya..!!" Peringatan Paman Erwin pada Ziya.
" Iya Paman."
" Kamu ingat baik-baik mereka mafia Ziya, mereka tidak akan segan-segan untuk membunuhmu. Albert tidak mencintai Zoya, dia mempertahankan Zoya menjadi Nyonya besar di keluarga Alexandre hanya karena mereka memiliki putra semata wayangnya, Demian. Jadi kamu harus ingat itu, jangan sampai terkecoh, ngerti." Ucapan Paman tidak henti-hentinya untuk mengingatkan aku tentang hal Zoya.
" Heh, Zoya saja kabur dan meninggalkan anaknya, kenapa aku harus menjadi orang sekeji Zoya." Gumam Ziya dalam hati.
Tak lama dari mengelilingi taman istana Alexandre yang begitu luas, sampai lah mobil Paman Erwin tepat di bagian depan Istana utama Alexandre.
Terlihat sangat jelas tampaklah sosok laki-laki berusia sekitar 36 tahun berdiri tegap dengan tubuh yang sangat memukau, serta wajah yang sangat tampan bagaikan dewa cinta yang melepaskan anak panahnya. Dan terlihat sangat jelas sekali ada seorang anak kecil yang sedang memegang tangan laki-laki itu.
Mereka adalah Alberto Alexandre suami Zoya dan yang satunya lagi si kecil Demian Alexandre pewaris tunggal keluarga Alexandre.
Ziya menelan salivanya, karena merasa canggung dan takut saat berhadapan langsung dengan Albert, ternyata benar Alberto seorang laki-laki yang sangat menakutkan, walaupun sangat tampan tapi, sorot matanya itu menunjukkan bahwa dirinya saat ini sangat ingin sekali membunuh dan menelan Zoya.
Tapi kali ini bukanlah Zoya dihadapannya melainkan Ziya, Ziya yang terhenti sejenak dikagetkan oleh suara Paman Erwin yang sedikit mendorong tubuhnya untuk maju dan mendekatkan dirinya dengan Alberto dan Demian.
" Kamu tidak lupa dengan foto-foto yang Paman tunjukkan, Dia adalah suamimu sekarang, Dia Albert." Bisik Paman Erwin pada Ziya.
Ziya masih kaku karena mendengar suara dari Alberto sendiri.
" Daddy sudah berjanji, akan membawa Mommy mu pulang, itu dia Mommy mu, Demian.!" Suara Alberto yang membuat Zoya gugup, karena Alberto menunjuk ke arahnya pada tatapan Demian.
Karena, Ziya yang masih kaku dan langsung teringat bahwa dirinya sekarang adalah Zoya, ia pun melangkahkan kakinya dan menunjukkan senyum angkuhnya mendekati Albert dan Demian. Ziya sekarang harus bersandiwara menjadi Zoya wanita yang sangat menyebalkan dan terlihat angkuh.
Ziya menjongkokkan dirinya untuk bisa menyamakan posisinya dengan ketinggian Demian. Dalam hati Ziya, Ziya ingin sekali langsung memeluk keponakan gantengnya itu, tapi dia sangat tahu kalau Zoya tidak mungkin begitu.
" Demian, kangen Mommy nak,,?" Tanya Ziya pada Demian, yang membuat Albert langsung menoleh dan menatapnya dingin.
" Dad,," Bilang Demian yang mengeratkan genggaman tangannya pada Albert.
" Bukannya selama ini, Demian mencari Mommy,," Bilang Albert yang membuat Demian menganggukkan kepalanya.
Lalu, karena Demian telah menganggukkan kepalanya, Ziya mendapatkan kesenangan untuk langsung memeluk Demian.
Tak menunggu waktu lama, Zoya langsung memeluk Demian dan mencium pipi gemas Demian. Ziya langsung menggendongnya, karena Zoya sangat menyukai anak kecil dan Demian yang sedang digendongnya sekarang adalah anak tampan yang lucu serta menggemaskan ini ialah keponakannya sendiri.
" Saya sudah mengantarkan istri anda Tuan Albert, saya harap anda tidak akan memutuskan hubungan anda dengan saya dalam investasi di perusahaan saya." Ucap Paman Erwin yang sedikit tersenyum.
" Semua itu tergantung dari sikap putri anda kepada putranya. Jika dia sengaja pergi lagi berbulan-bulan dan membuat putra saya menangis, maka saya tidak akan segan-segan untuk membunuh anda dan keluarga anda." Ucap Albert yang membuat Paman Erwin bergidik takut begitu juga dengan Ziya yang menelan salivanya.
" Baik, Kalau begitu saya pamit Tuan Albert, dan hmmm,, Zoya Papi harap jaga sikapmu dan turuti semua perintah Tuan Albert." Ucap Paman Erwin yang mengingatkan Ziya.
Ziya ingin sekali mengangguk tapi ia ingat jika sikap Zoya adalah perempuan yang berani dan pemberontak.
" Tergantung bagaimana Tuan Albert, suamiku tercinta ini bersikap padaku, Pi. Penuhi semua kebutuhanku maka aku akan menjadi kucing manis yang akan menuruti semua kehendaknya." Ucap Ziya dihadapan Albert, yang membuat dirinya sendiri muak dan ingin muntah dengan sandiwara yang ia lakukan sekarang
" Baik Tuan Albert, saya izin pulang sekarang." Bilang Paman Erwin pada Albert yang hanya dibalas dengan anggukan kepala darinya.
Paman Erwin lalu pergi meninggalkan istana Alexandre, dan sekarang tinggalah Albert, Ziya dan juga Demian. Terlihat sekali bahwa Demian sekarang sangat erat memeluk tubuh Ziya yang sedang menggendongnya.
" Kali ini jika kamu pergi tanpa kabar, aku akan membunuhmu." Bisik Albert yang dekat sekali dengan telinga Ziya. Rasanya Ziya ingin sekali mundur dari mulut Albert tapi dia tidak bisa karena posisinya sekarang telah menjadi Zoya.
Lalu, Albert melangkahkan kakinya dengan cepat meninggalkan Ziya dan Demian. Setelah Ziya puas mencium pipi gemes Demian, Demian tertawa lucu karena geli di cium oleh Ziya.
" Demi sayang,, Mommy anterin ke kamar ya,," Ucap Ziya yang tersenyum melihat Demian merasa geli karena diciumnya.
" Yes, Mom,, came on" Jawab Demian bersemangat sambil menunjuk arah kamarnya ke lantai dua.
Ziya yang masih menggendong Demian, melangkahkan kakinya menuju ke lantai dua dimana tempat kamar Demian berada.
Setelah sampai di lantai dua, saat Zoya melewati koridor atas beberapa pasang mata melihatnya dengan tatapan angkuh dan tidak menyukainya.
Ziya tidak mengenal siapapun yang sedang menatapnya itu. Karena, menurut pedoman dari Paman Erwin semua penghuni istana Alexandre tidak satupun orang yang menyukai keberadaan Zoya disana mereka sangat membenci tingkah laku Zoya.
Di dalam benak Ziya berpikir apakah Zoya sangat dibenci oleh keluarga ini ?
" Heh! Mereka pikir aku Zoya." Gumam Ziya sambil terus melangkahkan kakinya tanpa menoleh ke arah tatapan mata yang sedang memperhatikannya itu.
Setelah sampai tepat di depan pintu kamar Demian, Ziya pun menghentikan langkah kakinya. Karena, sangat jelas sekali terlihat papan nama di depan pintu itu nama putranya. DEMIAN !!!
" Kita langsung masuk ke kamarmu, sayang,," Tanya Ziya sambil menatap lembut Demian.
" Iya Mommy. Ayo Mom,," Ajak Demian tersenyum gembira.
Ziya pun membuka pintu kamar Demian, dan Ziya terbelalak saat melihat keindahan kamar putranya ini. Ziya sangat bahagia sekali melihat keindahan kamar Demian yang sangat tertata rapi, dengan adanya semua kebutuhan anak seusia Demian dimana banyak sekali mainan dan pernak-pernik lucu yang sangat khas di kamar Demian.
Ziya pun menurunkan Demian di tempat tidur Demian, disana Demian langsung memanggil Ziya untuk menemaninya bobo.
" Mom,," Panggil Demian sendu, karena Demian masih takut dengan adanya Mommy nya disini.
" Heemm,, ada apa sayang,," Tanya Ziya yang menatap lembut Demian.
" Hmmmm,," Demi belum melanjutkan keinginannya.
"Ada apa, Demi mau apa sayang.." Tanya Ziya yang mendekatkan wajahnya pada Demian.
" Mommy udah janji kan gak malah ama Demi." Tanya Demi yang masih sedikit takut.
" Heemmm,, ya ampuunn nak,, Mommy janji gak akan marah lagi ama Demi." Bilang Ziya yang menyentuh hidung Demian dengan lembut.
" Benel, ya Mom,," Pinta Demi sambil mengedipkan mata bonekanya.
" Kamu itu, gak bisa buat Mommy marah, karena kamu, kesayangan Mommy, jadi gak usah takut dengan Mommy, Mommy gak akan pernah marah kamu lagi, sayang,," Tatap Ziya lembut pada Demian.
" Kamu percaya kan sama Mommy,,"
" He'em Demi pelcaya,," Bilang Demi yang merekahkan senyumannya.
" Kalo Demi percaya, Cium Mommy dulu." Pinta Ziya yang menyodorkan pipinya.
Mmmmuuuuaaaacccchhhh,, kecupan basah bibir Demi mengenai pipi lembut Ziya.
" Makasih sayangg,, Mommy sayang Demi.." Balas Ziya menciumi dan memeluk Demi.
" Demi juga, Mom,," Peluk Demian pada Ziya semakin erat.
" Mom,, Mommy selamanya akan begini kan pada Demi,," Pinta Demi di dalam pelukan Ziya.
" He'em sayang, tapi Demi janji juga ya, gak akan pernah ninggalin Mommy sampai kapanpun." Tanya Ziya menatap mata tulus Demi, Demi langsung mengangguk dan membuat Ziya tersenyum sambil menimang Demi di pelukannya.
Ternyata, disaat Ziya sedang memanjakan Demian di dalam ada sosok mata yang memperhatikan gerak-gerik Ziya di dalam. Entahlah itu siapa ? Karena, Ziya tidak terlalu menghiraukan orang yang sengaja sedang mengintip gerak-geriknya itu.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 715 Episodes
Comments
Andi Syafaat
lanjut
2022-05-02
2
Hamokitsi Run
🤣🤣🤣demian peka bgt ya...
2022-03-20
2
Dewi Sitepu
seru ini ceritanya
2022-03-05
2