Saat Ziya ingin melangkahkan kakinya, gerakannya terhenti karena Gladys sengaja memancing emosi Ziya lagi dengan mengingatkan bagaimana harga diri seorang Zoya dulu di mata keluarga Alexandre.
Alberto yang takjub atas semua perbuatan yang dilakukan istri palsunya ini, membuatnya semakin yakin untuk mencari tahu bagaimanakah kehidupan Ziya yang sebenarnya.
Karena, ia sangat yakin bahwa sosok Ziya ini merupakan wanita yang sangat menarik baginya.
Karena, Ziya tidak bisa diremehkan maka dari itu Ziya harus melawan perbuatan yang dilakukan oleh Gladys dan Claire pada Ziya.
" Apa yang kau bilang,, Harga diri!!" Tanya Gladys yang membuat Ziya menoleh ke arahnya.
" Sejak kapan kau punya harga diri,, selama ini kau tidak punya harga diri disini,,, harga dirimu itu nol,," Ucap Gladys yang membuat Ziya bernafas geram.
Ingin sekali rasanya Ziya memukul mulut ibu mertuanya itu. Tapi ia ingat bahwa ibu mertuanya itu mungkin seumuran dengan mamanya. Oleh sebab itu Ziya mengurungkan niatnya.
" Sabar Ziya, ingat dia seumuran,, Mama,," Ucap Ziya dalam hati yang menenangkan perasaannya sendiri.
Ia cukup mendengar apa saja ocehan dan cacian dari mulut Gladys. Tapi apabila cacian dan makian ini keluar dari mulut Claire dia akan langsung memarahinya bahkan memukulnya.
Namun apabila dirinya tidak membalas ocehan dan hinaan dari Gladys maka Gladys pun akan selalu mencaci makinya terus. Maka dari itu Ziya hanya membalas ocehan Gladys dengan perlawanan sebatas mulut saja.
" Jelas aku punya harga diri Nyonya,!" Tekan Ziya yang menatap tajam wajah Gladys.
" Hahahaha,, berapa bulan yang lalu harga dirimu hanyalah sampah,, demi uang kau rela melakukan apa saja,, bahkan kau mau untuk mencium kakiku demi uang.." Ucapan penghinaan dari Gladys yang sangat membuat Ziya geram.
Lalu Gladys melangkahkan kakinya mendekati Ziya. Menatap tajam Ziya dan berbicara pelan pada tatapannya itu.
" Tidur dengan banyak pria diluar sana, membuatmu banyak berubah sekarang.." Ucap Gladys yang membelalakkan matanya.
" Apa yang terjadi denganmu sehingga kau seperti ini,," Ucap Gladys yang menyelidiki wajah Ziya.
Ziya langsung mundur, diam tanpa kata.
" Ziya apa yang kau lakukan, jika sikapmu seperti ini,, mereka akan curiga padamu, bahwa kau bukanlah Zoya,, Tapi aku benar, aku tidak bisa tahan untuk selalu menjadi Zoya,, Karena sikap Zoya selama ini sangat bertolak belakang dengan hatiku,," Gumam Ziya dalam hati karena bingung harus menjawab apa yang ditanyakan oleh Gladys padanya saat ini.
Karena memang benar dirinya bukanlah Zoya yang mudah diberi uang lalu pergi begitu saja. Ini Ziya, yang sama sekali tidak memperdulikan orang yang akan menghinanya hanya dengan diberikan uang.
Karena, bagi Ziya uang bukanlah segalanya untuk mendapatkan kebahagiaan. Tapi dengan memiliki harga diri maka itulah baru bisa dikatakan dengan cara mudah mendapatkan kebahagiaan.
Karena, terlihat Ziya sedang memikirkan sesuatu dengan gerakan cepat Gladys mengambil guci hias yang berada di dekat mereka sedang berdiri saat ini.
Lalu, tanpa ada sedikit rasa takut pada diri Gladys ia dengan sengaja memukul kepala Ziya menggunakan guci hias yang cukup besar dan pastinya tebal itu hingga guci tersebut pecah.
PLAAKK !!!
Bunyi suara guci yang digunakan Gladys untuk memukul kepala Ziya.
Ziya orangnya terlalu baik, tidak mau membalas ucapan-ucapan yang dilontarkan ibu mertuanya. Tak disangka ibu mertuanya malah berani memukul kepalanya menggunakan barang berat yang membuat kepala Ziya terluka parah.
Ziya memegang kepalanya yang mengeluarkan darah segar yang cukup banyak itu.
Ziya menoleh mencoba bertahan menandakan dirinya supaya terlihat kuat namun sayang keseimbangan tubuhnya tidak bisa bertahan. Dalam sekejap matanya kunang-kunang dan Ziya pun terkulai lemah lalu pingsan.
Sementara itu Alberto yang melihat kejadian itu, terbelalak karena, ia tanpa sadar telah lalai memperhatikan Ziya. Dengan segera Alberto menyuruh asisten pribadinya untuk menyelamatkan Ziya saat ini juga.
" Cepat selamatkan dia,," Pinta Alberto yang sangat terlihat cemas itu.
Hahhahaha,,, Terdengar suara tertawa kemenangan dari Claire dan Gladys.
" Ternyata dia lemah juga,," Ucap Claire yang tertawa senang melihat Ziya terkulai lemah di lantai.
" Jangan pura-pura pingsan kau ***-***, bangunn,," Teriak Gladys sambil mencuil tubuh Ziya menggunakan kakinya.
Karena sudah keterlaluan Alberto sangat geram yang melihat adegan ini di atas. Tapi perasaan geram itu tidak ditunjukkannya karena, sepengetahuan semua penghuni di rumah ini Alberto sama sekali tidak pernah memperdulikan kehadiran Zoya.
Gladys dan Claire terlihat sangat kaget karena, ia melihat asisten pribadi Alberto turun ke bawah dan langsung mengangkat tubuh Ziya.
" Mau kau bawa kemana dia ?" Tanya Gladys yang kaget melihat asisten pribadi Alberto menggendong tubuh Ziya yang sudah pingsan itu.
" Tuan Alberto yang menyuruhku untuk membawa Nyonya ke kamarnya.." Ucap asisten pribadi Alberto.
Tidak ada yang berani membantah keinginan Alberto di Istana ini. Termasuk sang Nenek yaitu Madam Christin yang sedari tadi lebih memilih diam tidak ikut campur urusan Claire dan Gladys yang sengaja menyakiti Ziya.
Asisten pribadi Alberto telah membawa Ziya ke kamar Alberto, sedangkan Alberto sedari tadi sudah menunggu Ziya di dalam kamarnya.
" Letakkan dimana Tuan,," Tanya asisten Alberto.
" Baringkan dia di tempat tidurku,," Pinta Alberto yang mengikuti pergerakan asistennya.
Dengan cepat dan sigap asisten Alberto membaringkan tubuh Ziya dengan perlahan di tempat tidur Alberto, dan sangat jelas sekali darah yang mengalir di kepala Ziya semuanya telah menetes dan mengotori semua lantai di kamar Alberto.
Karena, khawatir melihat darah di kepala Ziya terus menerus keluar. Alberto langsung memberi perintah pada asistennya untuk memanggil Daniel sang dokter sahabatnya itu.
" Panggilkan Daniel,," Pinta Alberto.
" Baik Tuan,," Ucap asisten Alberto dengan sangat sigap.
Sementara Pengawal Alberto yang lain segera memanggil pelayan untuk membersihkan lantai kamar Tuan besarnya ini.
Alberto yang tidak menghiraukan tempat tidurnya telah basah dan berubah menjadi merah karena tetesan darah kepala Ziya langsung duduk di samping Ziya.
Alberto merasa kecemasan dan kekhawatiran yang bercampur jadi satu. menatap wajah Ziya lalu mengambil tisu dan membersihkan wajah Ziya yang kotor bekas aliran darah dari kepalanya.
Ziya yang meringis merasakan sakit di kepalanya tidak sadarkan diri telah mengigau memanggil nama Zoya.
" Zoya kembalilah,, jangan membuat kekacauan lagi,, kasian orang tua kita,," Ucapan yang keluar dari mulut Ziya tanpa sadar itu.
Membuat Alberto menatap garis ketakutan di wajah Ziya saat ini. Alberto menatapnya sangat dalam lalu sedikit menyunggingkan senyumannya.
" Ternyata kau lebih menarik daripada dia,, " Puji Alberto yang menatap wajah Ziya.
Ziya tanpa sadar itu masih saja memanggil nama Zoya dan memintanya untuk kembali sambil terisak menahan sakit di kepalanya.
" Sakit,," Ringis Ziya yang masih menutup matanya.
" Zoya aku mohon kembalilah, aku,," Ucapan Ziya yang selalu mengigau memanggil nama Zoya.
Karena, di dalam ruangan tempat tidur ini tidak ada siapapun hanya ada Alberto dan Ziya saja. Alberto merasa bersalah pada Ziya yang mengalami kekerasan dari keluarganya.
" Maafkan aku yang lalai terhadapmu,," Ucapan yang keluar dari mulut Alberto.
Alberto semakin panik melihat darah Ziya yang terus mengalir meski sudah dibersihkan itu. Karena terlalu panik, Alberto langsung menelepon Daniel yang sangat lama sekali datang ke rumahnya.
Dering pertama langsung di angkat oleh Daniel. Tanpa halo hai lagi, Alberto langsung berteriak menelpon Daniel.
" Kamu dimana,?" Teriak Alberto di dalam telepon yang membuat Daniel memundurkan telinganya.
" Aku sudah sampai di rumahmu ini baru turun dari mobil,," Ucap Daniel yang merasa bahwa telepon temannya ini menandakan kecemasan pada dirinya.
Karena mendapat jawaban dari Daniel bahwa dirinya sudah sampai, Alberto langsung mematikan ponselnya dan meletakkannya di dekat meja samping tempat tidurnya.
Tak lama kemudian sosok dokter yang telah lama ditunggu oleh Alberto itu sampai juga ke kamarnya. Dokter tampan itu menatap sinis Alberto dan ia langsung segera memeriksa keadaan Ziya.
" Sudah tahu keluargamu itu gila, kau masih saja membiarkan mereka melakukan kekerasan pada dia. Dia ini bukan istrimu, dia wanita baik, dia tidak pantas menerima kejahatan seperti ini.." Cerocos Daniel kesal yang membuat Alberto hanya terdiam.
Memang benar yang dikatakan oleh Daniel. Ziya bukanlah Zoya yang acuh tak acuh kepada keluarga Alexandre ini. Tapi inilah Ziya, walaupun dia bisa dan hebat dalam ilmu bela dirinya. Namun, ia tidak akan melawan apabila orang itu setara dengan orang tuanya.
Ziya yang memiliki sifat santun itu tidak mau melakukan hal kasar pada orang yang lebih tua darinya.
Sungguh mulia hati Ziya membuat Daniel saat itu bertanya bagaimana bisa terjadi hal seperti ini.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 705 Episodes
Comments
🍓🍓🍓
udah zi jangan pikirin sopan santun besok babat habis itu emak tiri lempar ke kandang buaya😆
2022-01-14
11
Citra ChieBunda Azka
suka sama cerita nya...😍
2022-01-09
2
Keken Dianputra
seru thor lanjut..👍👍👍👍👍👍
2022-01-06
3