Chapter 9: Silhouette

Ladang gandum itu luas, mengapit sisi kiri dan kanan separuh jalan emas. Bulir-bulirnya siap dituai, bergoyang lamban karena tiupan angin siang. Tak jauh dari gerbang kota terdapat tiga turbin angin dengan baling-baling yang patah. Brooks memandangi turbin-turbin itu dengan menyesal. Ia tahu harga alat itu sangat mahal.

"Kau tidak jadi membangunnya?" Brooks bertanya. "Maksudku, baling-baling itu."

"Kincir angin?" Jose mengangkat bahu. Matanya menatap lurus ke depan. "Proyek itu ditunda dulu. Setidaknya sampai masalah dengan geng-geng ini selesai."

Mereka sampai di akhir petak ladang, di permulaan Jalan Emas menuju Aston, dengan gunung batu terjal di sisi kiri jalan.

Jose mematikan mesin mobil dan Brooks segera meloncat keluar. Hubbert mengikutinya. Angin bertiup menyapu tanaman gandum, membuat suara desir ganjil yang mendirikan bulu roma.

Hubbert mengedarkan pandangan ke sekeliling, berusaha mereka ulang bayangan yang dilihatnya dari dalam taksi. Ia masih ingat kejadiannya, tapi wajah-wajah yang dilihatnya terasa samar. Ia memang tidak memperhatikan mereka dengan cermat tadi.

"Kau ingat tempatnya, Mr. Decker?" tanya Jose dari dalam mobil. Kepalanya dilongokkan keluar, dengan siku disampirkan pada jendela. "Berapa mil dari permulaan ladang?"

Hubbert menggeleng. "Saya akan memeriksa dulu," katanya sembari berlari dari satu pinggir jalan ke pinggir lain, tapi tidak ada yang bisa dilihatnya lagi. Jangankan mayat. Bahkan bekas tiang gantungannya pun tidak ada lagi.

Brooks mengawasi Hubbert dari sisi automobil. Ia mengetuk atap Tin Lizzie dua kali. "Kau tidak ikut keluar memeriksa, Tuan Kecil?"

"Tidak," balas Jose tenang, tahu bahwa Brooks sengaja menggodanya dengan menyebut Tuan Kecil. Itu salah satu nama panggilannya di Bjork saat ia masih jadi anggota Keluarga Argent termuda. "Harus ada yang sedia menjalankan mobil kalau ada apa-apa, kan?"

"Aku tidak suka caramu bicara," keluh Brooks sambil menggeram. "Kalau kau yang bilang, rasanya sesuatu yang buruk memang akan terjadi!"

Jose terkekeh. "Ah, itu dia kembali. Bagaimana Mr. Decker?" serunya. "Ada yang kau temukan?"

"Taruhan sepuluh copper, tidak menemukan apa pun."

"Wajahnya seperti menemukan sesuatu."

Setelah memperhatikan lebih jelas, Brooks tahu itu benar. Hubbert Decker berjalan tergesa ke arah mereka. Langkahnya teratur, tapi kelihatan seperti sedang diburu sesuatu. Begitu sampai, Hubbert segera masuk ke dalam mobil dan membanting pintu. "S-sir, mari kita pulang. Sa-saya tidak enak badan," bisiknya pada Jose.

Brooks sudah mengeluarkan senjata dari sabuknya. "Aku akan memeriksa."

"Jangan!!" Hubbert berteriak sangat keras hingga telinga Jose berdenging. Wajahnya pucat pasi. Tangan lelaki itu mencengkeram kursi depan. "S-sir, cegah dia! Tidak ada apa-apa di sana!"

"Brooks," Jose memanggil tenang, menahan langkah inspektur tersebut. "Kita pulang. Mr. Decker tidak enak badan."

Brooks mengerutkan hidung. Ia tidak suka pekerjaan setengah-setengah. Matanya mengawasi Hubbert yang terlihat gemetaran di kursi belakang. Apa pun yang dilihat pria itu pasti mengerikan, tapi tidak berbahaya karena Hubbert kembali tanpa tergesa. "Aku bisa memeriksa sebentar, Jose. Hanya memastikan. Kalau kelihatannya bahaya, aku akan kembali."

Mesin mobil dinyalakan. Jose menginjak kopling. "Tidak perlu, kita kembali sekarang."

"Kita sudah sampai ke sini!" Brooks memutar tubuhnya menghadap Jose.

Jose menoleh tajam, memberi perintah sekali lagi dalam nada tegas tak terbantahkan, "Kembali, Karl!"

Brooks kelihatan agak tersinggung dibentak seperti itu, tapi ia menyimpan senjatanya dengan patuh dan masuk ke dalam mobil.

Jose baru saja menjalankan mobilnya setengah meter ketika angin bertiup menerpa mereka dari arah kanan mobil. Awalnya hanya bunyi desir gandum biasa, makin lama makin keras, hampir seperti tapak langkah ratusan manusia. Brooks baru saja mau menanyakan apa yang didengarnya ketika sesuatu menghantam mereka dengan keras dari kanan, menimbulkan suara tumbukan keras ke pintu logam. Angin dan serpihan daun kering masuk ke dalam mobil seperti diguyur dari langit.

Hubbert refleks membungkuk, menyembunyikan kepala di antara dua kaki dan melindungi kepala. Brooks mengumpat keras karena matanya kemasukan serpihan rumput kering. Mobil bergoyang miring karena angin barusan, tapi segera kembali ke posisi semula dalam satu empasan ringan.

Mesin mati. Angin mereda. Tiga orang dalam mobil masih diam di tempatnya masing-masing, napas mereka menderu.

"Mobilnya mati?" Brooks berseru bingung. Hanya itu yang pertama kali terlintas dalam benaknya. Ia mengusap sebelah matanya yang perih. Ia menoleh pada Jose, tapi yang dilihatnya malah sesuatu yang lain. Seseorang ada di sana. Jauh di sana, di tengah ladang gandum. Bayangan itu kehitaman, tapi bentuknya jelas manusia. Tangannya melambai, seperti memberi salam. Brooks mengusap mata dengan kedua tangan dan mengedip-ngedipkan kelopaknya yang sakit.

Selagi ia berusaha memulihkan penglihatan, Jose sudah berhasil menghidupkan kembali mobilnya, kemudian menjalankan Tin Lizzie seperti biasa.

Dalam perjalanan pulang, tak ada yang membahas soal angin aneh barusan. Tidak ada yang membahas apa yang dilihat oleh Hubbert. Tidak ada yang melihat ke belakang. Ketiganya diam.

***

Maria mengira Jose akan pulang larut seperti biasa, karena itu ia benar-benar gembira mendapat laporan mobil Tin Lizzie hitam mereka kembali setelah makan siang.

"Kalau Jose pulang jam segini, berarti dia tidak jadi makan siang di luar," katanya penuh semangat. "Siapkan makan siang, Ed."

"Semua sudah disiapkan, Nyonya." Edwin berjalan setapak di belakang Maria, menemaninya menyambut ke depan. "Tuan Jose juga membawa Inspektur Brooks."

"Oh." Maria mengerutkan alis. Itu berarti ia mungkin tidak akan bisa menemani Jose makan. Ia berhenti sebentar di depan pintu untuk membetulkan letak uraian rambutnya sementara Edwin sudah melangkah, bersiap dengan tangan diletakkan di atas handel. "Bagaimana penampilanku, Sue?" Ia menoleh ke samping, ke arah dayangnya. "Tidak ada yang aneh, kan?"

Susan tersenyum geli. "Sempurna seperti biasa, Nyonya."

Maria mengangguk pada Edwin, yang langsung membukakan pintu depan. Jose baru saja memindah tangankan mobilnya kepada Boris. Benar laporan Edwin tadi; selain Hubbert, suaminya juga membawa pulang inspektur Redstone.

Wajah-wajah mereka tegang dan sedikit pucat ketika berjalan menaiki serambi depan. Maria menghampiri Jose lebih dulu, memungut satu daun kering yang tersangkut di rambut hitamnya, lalu meraih kedua tangan lelaki itu dengan hangat. "Selamat pulang kembali, Sayang! Habis berguling-guling di mana?"

Begitu Maria selesai bicara, baik Hubbert maupun Brooks menghela napas besar-besar dan merosot jatuh ke lantai, terduduk di undakan teras paling atas.

"Inspektur Brooks?" Maria membeliak keheranan. "Mr. Decker?"

"Tidak apa, My Lady," Brooks melambai dari tempatnya duduk. Bahunya yang lebar bergerak naik turun karena menata napas. Ia mengelap titik-titik keringat di pelipis dengan tangannya. "Mendengar suara Anda barusan, saya tiba-tiba jadi lega."

"Rasanya seperti kembali ke kenyataan." Hubbert mengangguk penuh persetujuan, wajahnya masih pucat. "Seperti bangun dari mimpi buruk."

Maria tidak tahu apa maksudnya, tapi ia segera mengerti bahwa ketiga pria itu baru saja mengalami hal yang aneh. "Edwin," panggilnya cepat, "antar Brooks dan Mr. Decker ke ruang tamu. Di sana lebih hangat."

***

¬Copper: mata uang dari tembaga.

Dari kemarin belum sempat update karena aku ada kendala di kerjaan. Efek corona dan PSBB jadi kacau banget 🥺 Makasih ya yg msh setia nunggu. Oh ya, makasih juga untuk yg sudah share video blurb Bloody Love kemarin. Bonus updatenya kalo ga bs hari Minggu ini, maka minggu depan ya~ ❤️

Terpopuler

Comments

Nayuriel

Nayuriel

Seruuu

2021-03-06

0

Eda Sally

Eda Sally

mulai tenggelam dlm suasana yg mncekam spt Blody Love😄😄

2020-06-08

1

Ruth Novi

Ruth Novi

Kenapa kali ini aku ga pengen bacanya marathon, soalnya biar tegangnya berasa.. 😊

2020-06-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!