Chapter 2: Maria

Maria tahu bahwa meski sama sekali tidak menunjukkannya, Jose pasti lelah. Lelaki itu baru saja pulang dari perjalanan jauh ke Bjork. Maria benar-benar merindukannya. Ia merindukan bagaimana tangan mereka bertaut, ia rindu merasakan rambut hitam berombak itu di jarinya, ia merindukan rasa kulit mereka bertemu. Ia berharap mereka akan menghabiskan waktu bermesraan setelah seminggu berpisah.

Namun pada Maria yang menyambut dengan senyum gembira, Jose hanya memberi pelukan singkat dan mengecup keningnya sekilas lalu buru-buru berlalu ke kamar kerja di lantai dua untuk menelepon setelah Edwin, kepala pelayan mereka, datang membisikkan sesuatu.

Meredam kekecewaan, Maria masih mencoba mengerti. Mungkin pemilihan waktuku buruk, mungkin ada urusan penting. Tidak ada yang perlu diributkan. Ia menyusul ke lantai dua sambil membawa teh herbal seduhannya sendiri, berharap mereka bisa mengobrol sebentar sebelum tidur. Jose sudah selesai menelepon, tapi sekarang sedang membaca surat-surat yang datang sejak pagi untuknya. Surat sialan itu selalu datang menumpuk. Kebanyakan hanya berisi undangan pesta, undangan makan malam, atau basa-basi meminta uang. Kebanyakan tidak terlalu penting, tapi Jose tetap membaca semuanya dengan disiplin.

Sambil berjalan, Maria mencuri pandang ke arah bayangannya yang terpantul pada kaca lemari, memastikan penampilannya malam ini sedap dipandang. Ia mengenakan gaun tidur baru. Bahannya lembut dan tipis, membuat garis tubuhnya yang langsing tampak jelas. Rambut cokelat madunya ikal ia ikat tinggi, membuat leher putihnya terlihat lebih jenjang. Ia juga memoleskan sedikit wewangian samar di belakang telinga dan di belahan dada.

"Sayang," sapanya manis sambil meletakkan cangkir teh di meja kerja. Maria tidak bisa mencium aroma parfumnya sendiri karena hidungnya sudah terbiasa, tapi ia yakin wangi itu masih ada. Ia harap masih ada. "Kubuatkan teh chamomile. Istirahatlah dulu."

"Nanti saja," sahut Jose tanpa mengangkat wajah dari surat di tangannya. "Aku perlu memilah dan membalas beberapa surat sebelum makin menumpuk. Tidurlah duluan."

Tidur duluan?! Bagaimana bisa? Maria ingin merentetkan protes, menarik Jose sekarang juga, memberi tahu lelaki itu bahwa ia sangat merindukannya. Namun Maria menahan diri, tidak ingin membuat suasana hati Jose terganggu. Mereka tidak sempat mengalami bulan madu, bahkan tidak ada yang namanya bulan madu karena seminggu setelah mereka menikah, proyek kincir angin yang dibuat Jose dirusak geng-geng vandalis dan lelaki itu jadi sibuk mengurusnya.

Redstone mengalami kekosongan kekuasaan terlalu lama, membuat pemimpin-pemimpin kecil lahir dalam bentuk geng-geng liar. Mereka merampok, menjarah, membuat kerajaan mini di Redstone, merampas dagangan dan merampok lumbung-lumbung, menarik pungutan liar dan uang perlindungan dari beragam kedai dan rumah-rumah biasa, memberi Jose kesulitan membangun Redstone.

Belum genap setahun sejak Jose mengambil alih Redstone atas perintah Ratu, tapi kebijakan dan pembangunan yang dibuatnya begitu banyak. Menggusur rumah-rumah tanpa izin bangun, merelokasi hunian yang telah lama dibangun, semua ia lakukan tanpa peduli kumpulan orang yang menangis di kakinya atau mengamuk karena tak punya tempat tinggal lagi. Jose juga menaikkan pajak, membangun jalan dan kincir-kincir angin yang dicemooh banyak orang karena dianggap tak berguna. Dalam kekecewaan dan kemarahan, kincir-kincir tersebut dirusak dan dihancurkan sebelum sempat berfungsi. Aksi vandalisme baru berhenti setelah orang-orang Jose menangkap beberapa pelaku utama dan mematahkan tangan mereka di depan umum sebagai tontonan.

Sedikit yang sempat melihat Jose secara langsung. Lelaki itu terlalu sering pergi ke sana-sini sedangkan orang-orang selalu menghindari dan baru keluar setelah kereta kudanya lewat hanya agar bisa meludahi jejak yang ditinggalkannya.

Maria tahu kebanyakan penduduk menebak Jose adalah pria uzur berwajah pucat dan berpakaian perlente seperti tuan tanah Redstone yang sudah-sudah.

Jose Argent adalah mayat hidup dari Bjork, mungkin karena rumor itulah kebanyakan penduduk Redstone mengira Jose sudah tua, padahal Jose baru berumur dua puluh empat Agustus tahun ini, setahun lebih tua dari Maria. Mayat hidup memang sering dikaitkan dengan nama Argent karena peristiwa sebelumnya di Bjork.

Rasanya seperti baru kemarin semua masalah dengan iblis di Bjork selesai, pikir Maria. Ia masih diam di depan meja kerja Jose, memandangi garis rahang tegas suaminya, posturnya yang ramping dan tegap, serta mata hitamnya yang tekun membaca surat. Maria memahami bahwa Jose benar-benar ingin memenuhi ekspektasi yang diberikan Ratu.

Meski berasal dari keluarga bangsawan tua yang terhormat, Jose sendiri awalnya bukan ningrat dan tidak punya gelar apa-apa. Hanya anak keempat. Namun Jose melakukan keajaiban di Kota Bjork, keajaiban yang membuat Ratu membuat taruhan besar dengan memberi gelar marquis pada Jose, menuntutnya untuk membetulkan Redstone.

Maria tahu bahwa taruhan itu jelas bukan hal yang ringan. Jose dengan sukarela menceburkan dirinya ke dalam lumpur di Kerajaan Albion Raya, menjadi bangsawan gelap yang mengurusi hal-hal kotor di balik layar.

Karena itulah Maria berusaha mengerti pengabaian Jose barusan. Bahkan meski ia setengah mati merindukan kehangatannya di tempat tidur. Bahkan meski ... ia menggigit bibir, menyuruh kepalanya berhenti mengasihani diri sendiri.

"Baiklah. Kutunggu di kamarmu, ya?" Maria belum menyerah, masih berharap Jose mengerti isyaratnya. Jika mereka tidak bisa bermesraan malam ini, setidaknya ia ingin ditemani dan dipeluk saat tidur.

Jose menggeleng. "Tidak perlu menungguku. Sebentar lagi aku mau pergi ke luar, Luke bilang—" Lelaki itu berhenti ketika mengangkat wajah. Ekspresinya membeku sedetik. "Eh ... Mary? Kenapa?"

Awalnya Maria tidak mengerti maksud pertanyaan itu. Kemudian ia bisa merasakan pandangannya buram dan air matanya meleleh panas.

Jose segera bangkit dari meja kerjanya dan berjalan mendekat, mengusap basah di pipi Maria. "Kau sakit?" bisiknya cemas. "Ada masalah? Seseorang mengganggumu? Siapa?"

Dari jarak sedekat ini pun Maria bisa merasakan kehangatan tubuh Jose, hawa panas yang diinginkannya, aroma yang ia rindukan.

"Tidak ada orang yang menggangguku, tidak apa-apa," gumam Maria cepat. Jantungnya berdegup cepat dalam antisipasi. Ia mengusap air matanya dengan punggung tangan. "Ini karena ... a-aku sedikit kangen."

Sedikit? Maria menertawakan dirinya sendiri dalam hati. Yang dirasakannya bukan sedikit. Ia merindukan Jose setengah mati sampai rasanya sakit. Bagaimana bisa perasaan menyakiti secara fisik? Aneh sekali. Namun memikirkan hal tersebut malah membuat Maria kesal sekarang. Ia kesal karena Jose tidak mengerti. Ia kesal karena Jose tidak mau meluangkan waktu untuknya meski mereka akhirnya menikah dan baru bertemu lagi setelah seminggu berpisah. Ia kesal karena Jose tidak peka. Dan yang paling membuat Maria jengkel adalah dirinya sendiri karena meski marah pada Jose, ia tetap berharap lelaki itu akan membujuk dan menenangkannya.

"Kau menangis karena kangen padaku?" Jose memastikan.

Maria mengangguk dua kali sebagai jawaban.

"Hanya itu?"

"HANYA?!"

Jose mengerjap kaget, jelas-jelas tak mengerti apa yang salah. "Yah ... maksudku, kalau masalahnya hanya kangen, itu bukan hal besar kan?"

Bukan hal besar! Maria tertawa. Suaranya bergemerincing manis. "Baiklah, my lord," katanya sambil mundur selangkah dan bersedekap dengan defensif. Bibirnya bergetar ketika memaksakan diri tersenyum. "Kalau perasaanku sekadar 'hanya' bagimu dan bukan masalah besar, aku mengerti. Sangat mengerti."

"Mary, kau kan tahu maksudku bukan begitu."

Para pria dari keluarga Argent memang tidak peka, Maria sudah diperingatkan sebelumnya. Ia dan Jose berteman sejak kecil, jadi ia juga mengenal bagaimana cara kerja lelaki itu. Nanti, setelah semua urusannya selesai, barulah Jose akan menemuinya untuk menikmati waktu bersama. Namun Maria tadinya berharap mereka akan bercengkerama sebentar karena sudah seminggu tidak bertemu. Ia berharap setelah mereka menikah akan ada perlakuan yang lebih spesial.

"Selamat malam," pungkas Maria dengan sisa harga dirinya. Ia berbalik cepat dan berjalan keluar kamar kerja, makin kecewa ketika Jose tidak mengejar.

***

Terpopuler

Comments

Fitzu Taufik

Fitzu Taufik

hemmm q kasih tau ya maria laki kyk gt gak bakalan peka,kamu harus agresif kan sama laki sendiri jadi pahala🤭

2022-12-13

0

atmaranii

atmaranii

y srba slh sih..aku ngrti pesaan Maria.. pngn d prhtiin n ngbrol2 Krn kngen....tp d satu sisi Jose jg nanggung beban berat...tp ttp aj slh klo dh Ampe rmh break dlu wjtuny ma keluarga...tp klo kluarga argent EMG gila krja smua

2021-06-15

1

Rusni Junus

Rusni Junus

yg sabar ya maria

2020-06-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!