Sekeluarnya Kira dari mobil Nathan, Kira berjalan ke dalan gang tanpa menoleh lagi kebelakang. Hari ini dia dibuat sedih, marah dan juga terluka oleh Nathan. Apa salahnya coba kalau dia ingin berbalas budi pada Pria itu?
Kira kan cuma mau membalas kebaikan Nathan yang sudah menolongnya tapi kenapa Pria itu tidak mau dan juga wajah Pria itu sangat dingin padanya. Apa yang salah coba?
Kira menghebus nafas kasar. Dia memengang tali tas ranselnya erat sembari melewati pos ronda yang ada didalam gang dimana para bapak-bapak sedang mengobrol-ngobrol disana.
"Tumben pulang jam segini, biasanya pulang larut, neng." Tegur bapak-bapak yang dogan bergosip itu ketika Kira melewatinya.
"Di sewa orang kaya dia, tadi di anterin mobil mewah. Banyak dong uangnya." Sahut satunya lagi, tersenyum sinis pada Kira.
Serendah itukah pekerjaannya? Padahal kan dia cuma menghantar minuman bukan menjual diri kenapa semua tetangganya selalu menatap Kira rendah? Bukan hanya Kira bahkan keluarganga juga ditatap rendah. Apa begitu hidup bersosialisasi?
Kira hanya tersenyum menanggapinya lalu melanjutkan langkahnya ke arah rumahnya. Tanpa peduli akan cibiran bapak-bapak tukang gosip itu yang makin menjadi membicarakannya.
"Assalamualaikum," salam Kira ketika masuk ke dalam rumahnya.
"Waalaikum salam." jawab Raka yang kebetulan sedang berada di ruang tengah, bermain game online diponselnya. "Tumben kak, pulang cepat." kata Raka tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya.
"Iya nih." Kira menutup kembali pintu rumahnya. Dia membuka sepatu berwarna putihnya, menaruhnya dirak sepatu lalu menghampiri Raka yang tiduran di lantai. "Ayah udah tidur?" tanya Kira.
Raka mengangguk. "Iya." jawabnya singkat.
"Kok kamu belum tidur?" Kira mendudukkan bokongnya disebelah Raka berbaring di lantai.
Raka mengangkat kepalanya, memindahkan kepalanya ke paha Kira. Menjadikan paha Kira menjadi bantal. "Lagi sibuk." Ucap Raka.
Kira menjitak kepala Raka. "Sibuk apaan? Main HP teros kerjaannya."
Raka menyengir. "Itu kan namanya sibuk juga kak."
Kira membelai rambut Raka yang berada dipahanya, lembut. Dia fokus ke wajah Raka yang fokus bermain game online. Seketika keningnya mengkerut ketika dia baru menyadari luka yang berada di sudut bibir Raka dan di dahinya.
Jari lembut Kira menyentuh sudut bibir Raka. Raka yang sedang fokus-fokusnya langsung tersentak ketika Kira menyentuh sobekan di sudut bibirnya. Bukan hanya Raka yang meringis ketika Kira menyentuhnya, Kira pun juga ikut meringis.
"Ini kenapa?" tanya Kira.
"I-itu kak, kepentok meja di sekolah." bohong Raka.
Kira menghela nafasnya, dia menjewer telinga Raka yang memerah. Dia tau Raka membohonginya, karna telinga Raka akan memerah ketika sedang berbohong.
"Sakit kak!" Raka mengaduh kesakitan.
"Gak usah bohong ya! Aku tau kamu bohong!" bentak Kira.
Raka meringis, dia bahkan sudah tidak fokus lagi memainkan game online di ponselnya. "Iya aku bohong, ai'em soli." sesal Raka.
"Itu kenapa?" tanya Kira sekali lagi.
"B-berantem."
"Sama siapa?"
"Sama teman sekelas."
"Gara-gara kenapa? Gara-gara perempuan?" Tebak Kira, mengangkat sebelah alisnya.
"B-bukan, karna dia ngatain aku miskin gak berguna." ucap Raka pelan.
Kira terdiam sebentar. Dia memejamkan matanya sebentar menahan sedih karna mendengar alasan Raka. Apa Raka patut disalahkan?
"Bangun!"
Raka mengikuti perintah Kira dia terbangun. Dia terduduk menatap Kira yang berjalan ke arah kamarnya dan keluar lagi dengan membawa sekotak P3K ditangannya.
Raka mengangkat kedua alisnya kala Kira duduk di hadapannya. "Mau ngapain kak?" Tanya Raka. Sebenarnya dia sudah tahu kalau Kira ingin mengobatinya namun dia gabut saja mangkanya bertanya.
"Diem!" Kira menjepit kedua pipi Raka dengan tangannya, dia mulai mengobati luka didahi dan sudut bibir Raka dengan hati-hati. Sesekali dia meringis saat mengobatinya.
"Lain kali biarin aja teman kamu ngomong apa, emang kenyataannya bener kok." ujar Kira, dia fokus mengobati luka adiknya.
"Kakak ngatain aku gak berguna?!" teriak Raka tidak percaya apa yang di katakan Kakaknya.
"Gak kok, aku gak ngomong begitu, kamu yang ngomong tadi."
"Kakak!" rengek Raka seperti anak kecil.
"Ai'em soli." Kira meniru cara Raka minta maaf. Raka mengembungkan pipinya. Kira pun mencubit pipi Raka gemas.
Selesai Kira mengobati luka diwajahnya, Raka menundukkan kepalanya membuat Kira mengangkat kedua alisnya. "Kenapa?" tanya Kira, menangkup kedua pipi Raka agar menatapnya.
"Ai'em soli kak, karna aku selalu nyusahain Kakak," lirih Raka. Matanya memancarkan kesedihan yang kentara.
Kira tersenyum. "Kamu gak pernah nyusahin aku. Kamu adik aku, Raka. Jadi, jangan pernah anggap kamu nyusahin aku, ngerti?"
Raka mengangguk polos. "Kak, ada gak ya, perempuan yang modelannya kayak kakak didunia ini selain Kakak sendiri?"
"Emangnya aku kenapa?" Kira menunjuk dirinya sendiri.
"Kakak itu norak, kalo lagi di rumah rambutnya kayak orang gila, acak-acakan, berantakan tapi Kakak cantik kok walaupun cuma seperapat."
Kira langsung naik pitam. Dia mengepalkan tangannya di udara lalu memukul Raka habis-habisan. "Dasar adik durhaka!" teriak Kira.
"Pfft, ampun, Kak, hahahhaha," Raka tertawa terbahak-bahak mendapat pukulan bertubi-tubi dari sang Kakak.
*******
Tok! Tok! Tok!
Seseorang mengetuk pintu rumah Kira dengan kencang membuat Raka, Ayah Cahyo dan Kira yang berada di ruang tengah terkejut. Mereka dengan kompak langsung membuka pintu rumahnya.
Siapa sih orang yang datang pagi-pagi begini?
Dan ketika pintu terbuka seorang Pria berbadan besar langsung menarik baju Ayah Cahyo. "Bayar hutang lo, hah?!" bentak pria berbadan besar itu, depkolektor.
Kira melepaskan tangan depkolektor itu dengan tatapan dingin. "Ini belum seminggu dan kenapa anda kemari lagi?" Kata Kira dengan dingin.
"Nona, kami tidak peduli. Sekarang bayar hutang kalian atau Ayah kalian yang kena imbasnya." Ancam Depkolektor itu, dia sekarang mencengkram dagu Kira kencang.
"M-maaf pak, saya belum punya uangnya. Beri kami waktu lagi.. saya mohon." Pinta Ayah Cahyo mengiba.
Depkolektor itu melepaskan cengkaraman pada Kira lalu dengan tidak segan-segan dia mendaratkan pukulan pada Ayah Cahyo membuat Ayah Cahyo terjatuh.
"Pak tua. Kami tidak peduli. Bayar hutang kalian atau anda kami lenyapkan!" Depkolektor itu kembali mencengram kerah baju Pak Cahyo lalu memukulnya sekali lagi. "BAYAR!" bentaknya.
Mata Kira terbelakak melihat cara perlakuan depkolektor itu kepada Ayahnya. Dia melepaskan tangan Pria itu dengan memukul tangan besar itu berkali-kali agar Pria depkolektor itu melepaskan Ayah Cahyo.
"Lepaskan ayah saya, baj*an!" teriak Kira, namun hasilnya nihil karna depkolektor itu langsung mendorong Kira hingga terbentur tembok rumahnya dengan tangan kirinya karna tangan kanannya ia gunakan untuk mencengkram kerah Ayah Cahyo.
Raka yang melihat itu tidak terima, dia mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. "Bangs*at!" Raka mendaratkan bokeman mentah di wajah Pria itu sampai Pria itu tersungkur ke samping. Pukulan Raka sangat keras sampai sudut bibir Pria itu robek akibat pukulan yang di berikan Raka.
"JANGAN BERANI LO SENTUH KELUARGA GUE, BANGS*T?!" teriak Raka, memukul Pria itu membabi buta. Matanya memerah, menandakan dia sangat marah sekarang. Raka terlihat sangat menyeramkan sekarang.
Kira menangis sesenggukan di tempatnya, dia memeluk Ayahnya yang tersungkur dilantai. Dia tidak menyangka jika Raka, adik manjanya akan menjadi menyeramkan ini.
Salah satu dep kolektor lainnya langsung memukul Raka yang sedang memukul temannya atau bisa dibilang ketua dari mereka dengan membabi buta. Salah satunya lagi sudah mengunci tubuh Raka.
"LEPASIN GUE, ANJ*NG!" Umpat Raka dia meronta-ronta.
Bugh! Bugh! Bugh!
Pukulan terus depkolektor itu berikan kepada Raka yang sudah dipegangi temannya sampai Raka menjadi babak belur dibuatnya.
Kira yang melihat itu menjerit. "Udah, jangan sakitin Raka!"
"Raka!" lirih Ayah Cahyo. Dia mengerutuki diri karna tidak bisa berbuat apa-apa di saat putranya dipukuli seperti itu. Dia merasa tidak berdaya.
"BERHENTI!" Kira berteriak sekencang mungkin.
Sampai akhirnya...
"Berhenti!" titah seseorang membuat mereka berhentikan pukulan pada Raka dan menoleh ke arah suara itu berasal. "Berhenti, atau kalian semua saya lenyapkan!" ancam orang itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Lisa Sasmiati
keterlaluan banget😡😡
2021-12-05
1
Wali Yunus
lanjut kk
2021-10-12
0