Acara pernikahan telah usai, Kira akan bersiap-siap pindah ke rumah barunya yaitu rumah Nathan. Dia sebenarnya tidak ingin dan tidak bisa meninggalkan Ayah dan Raka sendirian di rumah ini namun karna dia sekarang sudah menjadi istri orang, dia jadi harus mengikuti apa kata suami. Itulah yang di ajarkan Ayah Cahyo padanya.
Karna acara pernikahan tidak berjalan dengan baik gara-gara peristiwa perkelahian Vano dan Raka, maka acara pernikahan langsung di berhentikan lagi pun Nathan bisa menggantinya dengan hari lain kalau Kira mau.
"Udah selesai belom?" tanya Nathan, menunggu Kira di depan kamarnya. Pria menyebalkan itu menunggu Kira di ambang pintu sambil mengamati setiap pergerakan Kira disana.
Kira memutar bola matanya malas. Dia menenteng tas besar berisi baju-baju di dalamnya. Padahal Nathan sudah bilang kalau dia akan membelikan baju-baju baru untuk Kira.
Nathan mengambil alih tas itu dari tangan Kira. Dia menyengir lebar pada Kira yang mendengus kesal. "Ayo jelek!"
Kira berjalan duluan meninggalkan Nathan yang masih berdiri di ambang pintu kamar Kira. Kira menghampiri Ayah Cahyo dan Raka yang berada di ruang tengah duduk di sofa, sofa pemberian Nathan.
"Kakak," Raka menatap Kira senduh. Dia menangis hingga mengeluarkan hingus.
Kira duduk disebelah Raka. Dia membelai rambut Raka. "Mulai sekarang jangan nakal, dengerin apa kata Ayah. Jangan berantem mulu, belajar yang bener, trus jangan godain anak perempuan sampai nangis apalagi nyolong celana dalem perempuan yang gak tau punya siapa. Jangan ngebantah Ayah, aku bakal ngirim kamu uang dan sering-sering main ke sini." kata Kira.
Wajah Raka memerah ketika Kira mengatakan aib dirinya yang suka mengambil celanadalam perempuan yang Raka pun tidak tahu punya siapa, dia mengambil itu ketika sepulang sekolah.
Nathan yang mendengarnya menahan tawa. Ternyata Raka sangat lucu dan juga sangat memalukan. Sedangkan Ayah Cahyo hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kamu juga, jangan ngebantah suami, dengerin kata-katanya. Sekarang surga kamu ada di Suamimu jadi jangan durhaka." kata Ayah Cahyo sukses membuat Nathan senang.
"Tuh dengerin!" Nathan membuka suara membuat Kira memutar bola matanya malas.
"Kak, nanti aku bolehkan ke rumah Kakak? Sekalian mau silahturahmi sama Vano, bolehkan kak?" Raka mengeluarkan pupil matanya.
Nathan melotot. "Gak, gak, entar lo malah ngeberantakin rumah gue lagi!"
Bibir Raka mengerucut. "Kak, aku gak boleh masa nemuin Kakak tercintahku sama Pig itu."
"Heh!" Nathan tidak terima jika dia dikatai Pig oleh adik iparnya sendiri.
"Udahlah, jangan bikin masalah! Ayah tau tujuan kamu mau ganggu si Vano kan?" Ayah Cahyo berbicara.
Raka menyengir. "Mungkin, tapi aku kan mau ketemu Kakak, Yah."
"Yah, bolehlah masa adik aku sendiri gak boleh sih?" Kira mencium pipi Raka singkat. Itu membuat Nathan yang melihatnya cemburu setengah mati. Memang sih Raka itu adiknya, tapi ya gimana mereka itu seperti sepasang kekasih sih.
Raka yang di cium Kira langsung memasang wajah meledek ke Nathan yang menatapnya tajam.
"Yaudah kalo gitu, aku pergi dulu ya, Yah, Ka, aku janji sering main ke sini." ucap Kira dengan dada yang sesak karna meninggalkan sang Ayah dan adiknya itu.
Ayah Cahyo mengangguk, dia memeluk Kira. "Jangan lupa kirim kabar ke Ayah ya nak." katanya.
"Tapi kan Ayah gak bisa main HP, Yah." sambung Raka dengan wajah tidak berdosa nya.
Ayah Cahyo memukul kepala putranya itu. "Maksud Ayah kan bisa ngirim kabar ke kamu, gitu aja gak tau!"
Kira terkekeh. Dia memeluk erat Ayah Cahyo, seperti tidak mau pergi dari sang Ayah. Dia bahkan menumpahkan air mata di baju Ayahnya.
Ayah Cahyo melepaskan pelukan Kira, dia menghapus air mata Kira dengan ibu jarinya. "Udah jangan mewek-mewekan, Sekarang kamu pulang ke rumah Nathan ya, istirahat."
Kira mengangguk kan kepala. Dia mendekati Nathan yang setia menunggunya, dia memasang wajah jutek ke Nathan saat Nathan tersenyum-senyum kepadanya.
"Aku pergi dulu ya," pamit Kira.
"Hati-hati kak, inget strategi ngelumpuhin musuh!" teriak Raka kencang membuat Ayah Cahyo memukul kepalanya untuk kedua kalinya.
Nathan berjalan keluar gang dia berjalan di sebelah Kira sambil membawa tentengan baju-baju Kira. Dia menatap Kira yang menatap lurus. "Strategi apaan?" tanya Nathan, penasaran dengan perkataan Raka tadi. Kira melirik tajam Nathan. Entah kenapa saat bersama Nathan, dia emosi terus.
...****************...
Mobil Nathan terhenti di bagasi Rumah miliknya. Dia melepaskan sabuk pengamannya dan berinisiatif melepaskan sabuk pengaman yang melekat di tubuh Kira, namun Kira sudah terlebih dahulu bisa melepaskannya membuat Nathan menarik nafas karna gagal cari kesempatan.
Kira berdecak kagum melihat Rumah yang sangat besar dan mewah milik Nathan. Apa dia sedang bermimpi? Kenapa sekarang dia merasa seperti Cinderella yang tinggal di dalam istana?
Nathan menatap Kira yang membuka mulutnya terkagum-kagum, dia menutup mulut Kira dengan telapak tangannya. "Hati-hati, di sini banyak dedemit, loh! nanti kalo masuk ke dalam mulut kamu gimana trus tubuh kamu di ambil alih sama dia gimana?" celoteh Nathan.
Kira menepis tangan Nathan yang berada di mulutnya kencang. Dia menatap galak Nathan. "Jangan pernah ya, sentuh-sentuh bibir saya dengan tangan anda yang kotor itu!"
Nathan menyengir, emang bener sih tangannya kotor, orang tadi dia gunakan untuk garuk-garuk bokongnya.
"Yaudah yuk masuk, gak usah sungkan anggap aja rumah sendiri." ucap Nathan dengan wajah tidak berdosa nya.
Kira menganga tidak percaya. Dia itu kan bukan tamu!
Nathan menarik tangan Kira ke dalam rumah nya secara tiba-tiba membuat Kira terpekik terkejut.
Saat masuk ke dalam Mension, semua para pelayan menyambut mereka di depan pintu utama. Mereka secara serentak menundukkan kepalanya kepada Nathan, Kira saja yang melihatnya bengong.
"Bawakan tas Istri saya dan bawa ke kamar saya!" perintah Nathan dan para pelayan itu mengikuti perintah Nathan.
"Apa gak keterlaluan menyuruh mereka membawa tas padahal saya masih bisa melakukannya." kata Kira, merasa tidak tega. Sekarang sudah jam sepuluh malam, seharusnya mereka sudah beristirahat.
Melihat Kira yang iba kepada para pelayannya, Nathan tersenyum miring. Selembut itu hati Istrinya sampai tidak tega kepada para pelayan itu?
"Udahlah, mereka kan aku gaji."
Kira menatap Nathan kesal. Ya, memang itu kewajiban dia mengaji para pelayan yang berkerja untuknya.
"Ayo ke kamar kita," ajak Nathan, meraih tangan Kira namun Kira langsung menepisnya.
"Apa? Tunggu, Kita? Maksudnya kita sekamar begitu?" Kira mentap Nathan tidan percaya.
Nathan mengangguk kencang dengan senyuman lebar. "Iya," jawabnya.
"Gak, saya gak mau sekamar sama anda." tolak Kira.
"Kenapa? Kita ini suami-istri loh!"
"Pokoknya saya gak mau seka-- ehhhh!" pekik Kira ketika Nathan secara tiba-tiba menggendong tubuhnya. "Turunin saya!" teriak Kira, mencoba turun dari gendongan Nathan namun tenaga Nathan lebih besar darinya, Kira pikir itu tidak berguna jadi dia langsung melingkarkan tangannya di leher Nathan saat menaiki tangga. Walau Kira terpaksa melakukannya, Nathan tetap saja sangat senang.
Sesampai di kamarnya, Nathan menurunkan Kira di atas ranjang yang penuh dengan kelopak bunga mawar yang berserakan diatas ranjang. Matanya menatap wajah Kira lekat-lekat.
"Kenapa kita sekamar?" tanya Kira dengan kedua alis terangkat.
"Karna, karna kita adalah sepasang suami-istri." jawab Nathan santai.
Haruskah dia sekamar dengan Pria ini?
"Oke, saya terima sekamar dengan anda tapi jangan harap kita bisa tidur satu ranjang!" Kira bangun, berjalan ke sofa panjang yang ada di dalam kamar Nathan.
Nathan mendengus. "Kamu itu kenapa sih?" geram Nathan.
"Cuma gak mau tidur satu ranjang sama anda." jawab Kira, mendudukkan bokongnya di sofa.
Nathan mengacak-acak rambutnya frustasi. Inikan malam pertamanya yang seharusnya menjadi malam paling romantis dalam hidupnya tapi kenapa Kira malah menolaknya sih!
"Kenapa?" tanya Kira, dia ingin tertawa melihat Nathan frustasi seperti itu.
Bibir Nathan cemberut. "Gak papa, cuma mau mandi!" ketus Nathan. Nathan berjalan ke arah kamar mandi dengan kesal namun siapa sangka dia terpentok pintu kamar mandi.
Kira tertawa renyah melihat itu, tidak dengan Nathan yang justru menyalahkan pintu itu sampai dia memukul pintu itu kencang sebelum dia masuk ke dalamnya.
"Hati-hati mangkanya!" teriak Kira saat Nathan benar-benar sudah masuk ke dalam kamar mandi.
Nathan membuka pintu kamar mandi, dia menyembulkan kepalanya. "Berisik!" setelah mengatakan itu, Nathan kembali menutup pintu kamar mandi kembali.
Kira semakin mengencangkan tawanya, dia tidak menyangka memiliki suami yang koplaknya sebelas-dua belas dengan Raka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Karyatireza Reza
critanya sngt,,,,bgs smngt thor nulisnya.
2022-05-20
0
Lisa Sasmiati
kok Raka hobbynya aneh ya😱😱
2021-12-05
0
Wali Yunus
lanjut kk nungguwin ni
2021-10-13
0