Istri Arjuna Bab 8b
Langkah ringan berayun membawa Juna ke ruang perawatan ibu mertuanya. Bermaksud menjenguk sembari menjemput Anggi pulang karena tahu istrinya itu masih akan menginap di rumah sakit malam ini.
Dia pulang lebih awal, sudah tentu Anggi harus memupus keinginannya menginap lagi. Sesuai peraturan yang dibuatnya, jika dirinya ada di rumah, maka Anggi juga wajib berada di rumah begitu pukul tujuh malam berdentang terlebih lagi saat waktunya naik peraduan.
Juna benci tidur sendiri sesudah menikah padahal dulu tak masalah. Ditambah setelah mencicipi kehangatan Anggi dia ketagihan rasa nikmat saat membenamkan diri meskipun mulutnya menolak mengakui. Tubuhnya jelas-jelas mendamba Anggi, tetapi kalbunya berkeras hati. Terus berkutat dengan masa lalu.
Di luar kebiasaan, Juna bahkan membeli seikat bunga di perjalanan begitu hampir mendekati lokasi rumah sakit. Bertanya pada si penjual tentang jenis bunga yang cocok diberikan kepada para ibu. Suasana hatinya luar biasa baik, kendati belum paham akan penyebabnya.
Bunga Tulip dipilih setelah beberapa direkomendasikan. Bunga khas Belanda itu memiliki beberapa makna. Salah satunya bermakna mendo’akan kehidupan baru yang lebih bahagia untuk seorang ibu. Sangat sesuai dengan kondisi Ningrum saat ini.
Semangatnya terpacu kala kata pulang menggaung. Serupa rasa bahagia ketika bel sekolah usai berbunyi. Tak sabar ingin segera pulang dan sampai di rumah itulah euphoria yang dirasakan Juna sekarang. Bayangan rumah mewahnya dengan Anggi berada di dalamnya memunculkan bersit aneh. Enggan mengakuinya sebagai rindu.
Sayangnya di dalam ruang perawatan dia tidak mendapati kehadiran Anggi. Setelah menyapa dan berbincang sebentar dengan Ningrum, Juna menyusul Anggi ke kantin sesuai keterangan dari ibu mertuanya, mencari istrinya yang katanya sedang makan malam.
Pemandangan tidak indah menyambut. Senyum di wajah tampannya menguap berganti gertakkan gigi kala melihat Anggi bercakap-cakap dengan seorang pria yang diketahui Juna sebagai mantan pacar Anggi. Tidak sulit bagi Juna untuk mengetahui informasi itu. Banyak mata dan mulut bayaran yang selalu setia menyetorkan informasi padanya dengan alasan harus tahu segala tindak-tanduk istrinya demi menjaga citra pribadi juga perusahaan. Padahal bukan hanya karena, itu melainkan ada getar di hatinya yang ikut andil walaupun kerap didustakan.
“Anggita!”
Anggi menoleh, lantas menatap keheranan. “Mas Juna?”
Juna melangkah lebar, mengangkat dagu memasang raut angkuh lalu merangkul Anggi. “Di sini kamu rupanya.” Juna berucap setengah menggeram. Sedang berusaha mengelola emosi.
“Maaf mengganggu acara mengobrol kalian. Saya suaminya Anggita.” Meskipun tanpa keramahan, Juna menyambung kalimat, berbasa-basi menyapa si mantan pacar sang istri. Mulutnya mendadak terasa asam harus beramah-tamah dengan makhluk tak penting bermuka penjilat seperti Hendrik. Juna mungkin memang brengsek, tetapi bukan buaya darat.
Tidak seperti tadi. Nyali Hendrik menciut ketika berhadapan langsung dengan Juna. Dia berdehem dan menyahuti. “Sa-saya, Hendrik. Teman baik istri Anda, Pak Juna. Senang bisa berjumpa secara langsung dengan pebisnis hebat seperti Anda,” pujinya penuh muslihat.
“Kok sudah pulang?” tanya Anggi spontan begitu saja.
Pertanyaan Anggi semakin menyulut asumsi miring di kepala Juna sejak menginjakkan kaki di kantin yang mengarah pada kecurigaan.
“Aku ingin memberimu kejutan, Sayang.” Juna berujar rendah dengan sudut bibir berkedut. “Apa kamu tidak menyukainya?”
Anggi merasakan aura tak sedap. Dingin menusuk seperti jarum. Berpadu sorot tajam dari telaga hitam milik Juna yang menghunus samar padanya. Anggi menelan ludah kelat. Instingnya membaca situasi, tetapi di samping itu keadaan harus segera dikuasai.
“Ahaha … tentu saja aku senang. Ya sudah, kita pergi dari sini sekarang, Mas. Aku pingin melepas kangen.” Anggi ingin secepatnya pergi dari hadapan Hendrik, maka dari itu mengajak Juna bersegera. Walaupun entah apa yang akan didapatnya setelah ini. Anggi tahu, sikap manis Juna saat ini hanya kamuflase.
“Kalau begitu, kami duluan. Ada urusan mendesak,” ucap Juna penuh arti, kemudian segera menarik Anggi berlalu dari sana.
Suasana mencekam. Tak ada obrolan, hanya derap sepatu yang menjadi senandung pengantar langkah mereka. Saat berada di tempat yang lumayan sepi. Dengan cepat Juna mendorong Anggi hingga punggungnya membentur dinding.
“Jadi begini kelakuanmu saat aku tidak ada! Kamu sedang berniat CLBK dengan mantan pacarmu huh? Aku memintamu menjaga sikap, tapi kamu melanggar!” Deru napas Juna memburu terbungkus marah.
“Enggak Mas! Untuk apa aku mempersulit hidupku yang tidak mudah ini? Aku tidak sengaja bertemu dia barusan. Aku sama sekali tak punya waktu mengurusi hal selain ibu!” sanggah Anggi tak terima.
“Alasan!” Juna menyeret Anggi langsung ke parkiran. Tak memedulikan rintihan Anggi yang kesakitan.
“Tanganku sakit Mas. Jangan begini,” pinta Anggi sembari meronta.
Juna membuka pintu kursi penumpang dan menghempaskan Anggi masuk dengan kencang disusul dirinya.
“Pulang sekarang!” titahnya tegas pada si sopir. Sementara Anggi duduk gemetaran kini, dengan buliran keringat dingin yang mulai mengucur deras.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Mak sulis
siap siap dapat hukuman Anggi..kira2 apa yah hukumannya..jangan yg berat2 ya Jun..
2023-06-27
3
Juan Sastra
manusia bego,,hdup dlm kubangan masa lalu hingga berani menyiksa bathin wanita lemah yg di himpit keadaan ..penyesalan selalu dtg terlmbat juna,,dan semoga kau tak menangisinya nanti..
2023-04-10
0
Yantisejati
cemburu buta tuh juna...
2023-01-24
0